Keluhkan Pembangunan Jembatan Terlalu Rendah, Johari: Junsun Saya Tak Bisa Masuk

TERLALU RENDAH. Johari Matrawi menunjukan jembatan yang dinilainya terlalu rendah sehingga menganggu lalu lintas transportasi air di Parit Husin, Dusun Karya Bhakti, RT 027 / RW 01 Desa Punggur Besar, Selasa (24/12/2019). Andi Ridwansyah/eQuator.co.id

eQuator.co.id – PUNGGUR. Proyek jembatan di Parit Husin, Dusun Karya Bhakti, RT 027 / RW 01 Desa Punggur Besar, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya baru saja rampung. Namun jembatan seluas 4×3 meter yang dibangun Dinas PUPR Kubu Raya tahun anggaran 2019 itu nilai kontraknya tidak tertera di banner samping jembatan.

Bagi salah seorang warga bernama Johari Matrawi, pembangunan jembatan itu tidak dilakukan dengan mempertimbangkan dan memperhatikan aspek kegiatan masyarakat. Padahal saat ini masih ada warga menggunakan jalur air untuk beraktivitas. Dikatakan dia jarak tiang jembatan begitu dekat, sehingga mengganggu aktivitas motor air yang melintasi jembatan.

“Yang kita keluhkan ini jarak tiang jembatan terlalu dekat. Hanya 1,60 meter dan ada dua tiang bangunan lama yang tak dicabut. Sementara motor air kite 1,70 meter. Jadi tak muat, tak bisa masuk, dibawa ke kebun,” keluhnya kepada eQuator.co.id, belum lama ini.

Selain jarak antar tiang yang dekat, tinggi jembatan juga dianggapnya terlalu rendah. Sehingga menyulitkan Junsun (kapal motor) maupun sampan melintas.

“Terlalu rendah menurut saya. Dari seluruh jembatan di Parit Husin ini. Jembatan ini yang paling rendah,” ungkapnya.

Matrawi mengaku, hingga kini Junsun (kapal motor) masih menjadi sarana bagi dirinya beraktivitas berkebun dan mengangkut hasil buah. Meski tak banyak lagi masyarakat yang masih mempertahankan kapal motor di Parit Husin dan beralih pada kendaraan roda dua maupun empat.

“Kalau rata-rata sih, dah tak banyak junsun di sini. Tapi masih ada. Sekarang dah banyak pakai mobil,” akunya.

Menurutnya, tak selamanya juga segala aktivitas angkut barang dapat dilalui dengan jalan darat. Mengingat jalan di Punggur Kecil yang kondisinya masih rusak parah, apalagi saat hujan tiba. Tentu, jalur air tetap dibutuhkan masyarakat sewaktu-waktu.

“Untuk itu, kita harapkan ini dapat menjadi pertimbangan,” harapnya.

Matrawi juga sempat menyampaikan keluhannya kepada pemborong yang mengerjakan proyek tersebut. Tujuannya tak lain agar jarak antar tiang dapat diperlebar dan mempertimbangkan tinggi jembatan.

“Waktu itu, dia bilang nanti diusahakan. Tau-tau jadi seperti ini,” kesalnya. (and)