eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Kelompok Pemuda Ramadhan Gang Ramadhan Kecamatan Pontianak Tenggara berhasil menjadi juara pertama Festival Meriam Karbit 2018. Pengumuman berlangsung di salah satu Cafe di Kawasan Kelurahan Banjar Serasan, Pontianak Timur, Sabtu malam (23/6).
Masing-masing perwakilan kelompok meriam diundang. Mereka diberikan penjelasan mengenai penilaian yang dilakukan. Di antaranya bunyi/irama, motif, dekorasi, kreativitas, seni budaya, kekompakan dan kostum.
Kelompok Pemuda Ramadhan menjadi juara pertama dengan nilai 229. Selanjutnya juara kedua jatuh pada Kelompok Awabin Gang Anazah dengan nilai 226 dan juara ketiga kelompok JAGAD Gang Dharma Putra Kelurahan Tambelan Sampit dengan nilai 221. Sedangkan juara keempat kelompok meriam RESDA Gang Muhajirin dengan nilai 217, juara kelima kelompok IKRAN Gang Kuantan nilainya 215, dan juara kelima kelompok meriam IRSIMA Gang Kabul nilainya 210.
Ketua Forum Komunikasi Tradisi Meriam Karbit Seni dan Budaya Pontianak, Fajriudin Anshary mengucapkan selamat kepada kelompok-kelompok yang sudah berhasil menjuarai festival meriam karbit. Penilaian dan pengumuman juara dilakukan secara transparan. “Bagi kelompok meriam yang berhasil mendapatkan juara, dia berhak mendapatkan piala tetap dan uang pembinaan. Dan ada juga piala bergilir,” sebutnya.
Bagi kelompok-kelompok yang sudah mengikuti festival ini, sebagai bentuk penghargaan diberikan sertifikat yang ditanda tangani Pjs Wali Kota Pontianak. Sertifikat juga diberikan kepada kelompok meriam yang tidak ikut festival. Artinya, mereka yang sudah meramaikan juga diberikan atas partisipasinya dalam memeriahkan festival meriam karbit. “Semua kita berikan sertifikat sebagai bentuk penghargaan,” ucapnya.
Fajriudin mengatakan, wacana forum kedepannya dalam festival meriam karbit akan ada kategori panggung terbaik, bunyi terbaik dan dekorasi terbaik. Dari hasil keseluruhan itu siapa yang terbanyak mereka akan mendapatkan juara umum. Kemudian rencananya juga akan melakukan audiensi dengan pihak-pihak terkait. Meminta dibuatkan titik meriam yang permanen. Seperti bentuk miniatur meriam karbit di pinggir sungai.
Ditempat sama, Kepala Bidang Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pontianak, Rendrayani mengatakan, menang dan kalah dalam festival itu hal yang biasa. Menang adalah bonus. Karena tidak ada festival, meriam karbit tetap dimainkan. Karena meraiam karbit sudah menjadi tradisi. Apalagi sudah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda Kota Pontianak pada 2016. “Yang kita utamakan sekarang ini pelestarian budaya tradisi meriam karbit. Kedepan kita berpikir, bagaimana meriam karbit tidak hanya bisa dinikmati di Ramadan atau malam lebaran,” harapnya.
Permainan meriam karbit diharapkan sepanjang tahun bisa dinikmati, terutama bagi para wisatawan. Pihaknya kedepan juga mengusulkan panggar-panggar meriam dibuat permanen. Sementara diusulkan dan upayakan empat titik. Kemudian harus ada kriteria bahwa nanti ketika pelaksanaan meriam karbit, titik itu bisa menajdi Posko Meriam.
“Insya Allah untuk anggaran festival meriam karbit tahun 2019 kita tambahkan. Untuk Posko, pelaksanaan seremonial kita anggarkan sendiri. Bantuan kepada masyarakat untuk meriam karbit mungkin ada tambahan dari Pemkot Pontianak,” ungkapnya.
Selain itu, kata Rendrayani, mudah-mudahan dan dia berharap Pemprov Kalbar juga ikut andil dalam membantu pelaksanaan kegiatan meriam karbit ini.
Laporan: Maulidi Murni
Editor: Arman Hairiadi