eQuator – Jangan seperti pemadam kebakaran. Begitu kira-kira prinsip yang dipegang Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum (Ditjen Polpum) Kemendagri, Mayjen Soedarmo.
Bahwa konflik sosial bisa diantisipasi dengan deteksi dini. Lebih dari itu, menurut mantan Staf Ahli Bidang Ideologi dan Politik Badan Intelijen Negara (BIN) itu, pencegahan juga harus dilakukan dengan upaya-upaya pendekatan yang sifatnya humanis kepada kelompok-kelompok yang ada di masyarakat.
Soedarmo yakin, dengan pendekatan-pendekatan khusus, bisa terbangun rasa kebersamaan, menjauhi konflik-konflik sosial yang sifatnya terbuka.
Dia berpendapat, kelompok-kelompok yang ada di masyarakat yang jarang ditemui, diajak bicara dari hati ke hati, akan gampang meletupkan konflik. Terutama, kelompok-kelompok masyarakat yang ada di pedalaman, jauh dari Jakarta, yang jarang atau bahkan belum pernah dikunjungi pejabat pusat.
“Maka program ke depan, kami akan mengunjungi daerah-daerah di pedalaman, Papua, Kalimantan dan beberapa daerah pedalaman lainnya, yang selama ini jarang dikunjungi,” ujar Soedarmo, saat berbincang dengan sejumlah wartawan, beberapa waktu lalu.
Pria yang pernah menjabat sebagai Atase Pertahanan RI di Bangkok itu memberi contoh kasus heboh pembakaran masjid dan kios di Tolikara, Papua, pertengahan Juli 2015. “Seperti Tolikara, itu jarang dikunjungi,” ujarnya.
Ditekankan lagi, bahwa sentuhan-sentuhan humanis sangat penting untuk membangun rasa kebersamaan sebagai satu bangsa. “Perlu sentuhan-sentuhan yang bisa membantu untuk menciptakan persatuan dan kesatuan, meningkatkan nasionalisme, bela negara. Itu akan terus kita lakukan,” ulasnya. (jpnn)