Kelam Permai Bisa Jadi Lumbung Padinya Kalbar

TES PANEN. Bupati Jarot Winarno mengetes langsung alat panen harvester combine dari Kementerian Pertanian, Kamis (5/4) siang, kepada petani di Kelam Permai. Humas Pemkab Sintang for Rakyat Kalbar

eQuator.co.idSintang-RK. Bupati Jarot Winarno memperkenalkan harvester combine kepada kelompok tani di UPT BPP Kelam, Kecamatan Kelam Permai, Kamis (5/4) siang. Kawasan itu bisa jadi lumbung padinya Sintang.

Bahkan Kalbar, kata Jarot. Asalkan memenuhi syarat 3 L. Lebih luas,Lebih banyak panen, dan Lebih sering.

“Jadi luas tanamnya inikan baru 2.000 hektar, untuk tahun ini menjadi 3.500 hektar. Tiap tahun bertambah terus,” tuturnya.

Lebih banyak panen artinya lebih produktif. Ia mengingatkan bahwa angka produktivitas nasional sekitar 5 sampai 6 ton perhektar. Sedangkan Sintang  baru mampu di level 2 sampai 3 ton perhektar.

Lebih sering artinya jangan setahun tanam cuma sekali. “Ini sudah rata-rata dua kali, bahkan di Baning panjang dan di Sungai Maram sudah tidak ada hari tanpa tanam. Selesai panen tanam, selesai panen tanam,” beber Jarot.

Nah, teknologi tepat guna, yakni harvester combine atau mesin panen kombinasi ini, ia berharap kualitas dan produktivitas petani meningkat tajam. Waktu yang mereka gunakan untuk memanen bisa berkurang nantinya, sehingga bisa dipakai untuk menyiapkan hal lain.

“Kemudian saya juga ingatkan petani, sekarang kita ini sudah good agriculture practices. Jadi bercocok tanam yang berkelanjutan, bercocok tanam yang baik. Jadi mulai dari memilih benih, memilih pupuk, memilih pestisida, tidak menganggu tanah gambut, tidak merusak kawasan hutan,” papar Jarot.

Imbuh bupati, “Itulah kita praktikkan juga di Kelam Permai ini, sebagai contoh buat Sintang, bahkan contoh buat Kalbar”.

Kegiatan ini dihadiri Dandim 1205 Sintang, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Sintang, Staf Ahli Bupati, Kepala Bagian Humas dan Protokol Setda Sintang, kelompok tani di Kelam Permai, dan unsur terkait lainnya.

Kepala Balai UPT BPP Kelam, Kecamatan Kelam Permai, Suhaidi mengatakan harvester combine ini tiba tahun 2017 lalu. Dibiayai APBN tahun itu dari Kementerian Pertanian.

“Karena datang 2017 lalu, padi belum bisa dipanen. Nah, kita gunakan sekarang, kita perkenalkan alat bersama Pak Bupati kepada petani dan pengurus-pengurus kelompok tani yang ada di sekitar Kelam ini,” tuturnya.

Keunggulan dari harvester combine adalah panen secara otomatis. Alat tersebut dilengkapi penebas, perontok, keluar sudah dalam bentuk gabah.

“Kalau di BPP ini lahannya 3,4 hektar, jadi memang kalau luas segini dan cuaca bagus, serta tanahnya tidak lembek, kurang lebih sekitar 3 jam panen selesai,” jelas Suhaidi.

Ia menambahkan, sistem sewa alat tersebut menggunakan perkilo gabah. Sekilonya sekitar Rp400.

“Jadi kalau dia satu ton, kan hanya Rp400 ribu, kalau memang dikalkulasikan dapat tiga ton umpamanya, ndak sampai dua juta-tiga juta (rupiah),” terangnya.

Kalau sistem manual, setidaknya harus mengupah 10 orang jika ingin panen selesai dalam sehari. “Kalau pakai alat ini, dia keluarkan udah bentuk gabah, jadi lebih efisien,” tandas Suhaidi. (Humas Pemkab Sintang)