Kejar Atas

Oleh: Dahlan Iskan

Virus Wuhan-nya terus berkembang tapi menuliskannya perlu istirahat sehari. Anggap saja DI’s Way hari ini selingan: topiknya hanya soal sepeda motor.

Tapi sepeda motor tetap penting. Pun di Taiwan. Baru kali ini saya merasakannya. Naik motor di Taipei selama dua hari.

Begitu fleksibel berurusan di ibu kota Taiwan itu dengan mengendarai sepeda motor.

Lebih cepat. Cari parkirnya lebih mudah. Banyak lokasi parkir untuk sepeda motor di pinggir jalan. Pun di pusat kotanya.

Jumlah sepeda motor di Taiwan sangat banyak. Serasa di Vietnam atau di Indonesia.

Asyik juga naik sepeda motor di Taipei. Yakni saat harus mendatangi lokasi-lokasi kampanye pilpres di sana. Juga saat mendatangi TPS-TPS di hari pemungutan suara.

Tentu saya tidak mengendarainya. Saya dibonceng teman lama. Yang dulu sering ke Indonesia. Dan sering pula tinggal di rumah saya.

Di Taiwan ada dua jenis SIM untuk mengendarai sepeda motor. SIM untuk 50 cc ke bawah dan SIM untuk di atas 50 cc.

Keluarga teman saya ini punya dua mobil: sedan Volvo dan Innova. Bapaknya sangat fanatik Volvo. Gara-gara keselamatannya terjaga saat Volvo-nya tabrakan.

Ketika beli mobil baru –setelah tabrakan itu– ia beli Volvo lagi. Sebelum perusahaan mobil Swedia itu dibeli oleh perusahaan mobil Tiongkok, Geely.

Meski punya dua mobil untuk sehari-hari teman saya itu pilih pakai sepeda motor. Istrinya pun pilih pakai motor. Demikian juga anaknya yang masih SMA.

Saya lihat memang ada tiga sepeda motor di rumah itu. Mobil baru dipakai kalau pergi sekeluarga.

Saya tidak memberitahunya ketika akan ke Taiwan. Khawatir tiba-tiba batal. Atau pindah tujuan.

Saya baru menghubunginya ketika sudah tiba di hotel. Bahkan setelah pulang dari makan malam.

Ia kaget saya ada di Taipei. Apalagi ketika saya beritahu bahwa saya baru saja melihat kampanye pilpres.
“Maukah melihat kampanye yang lain lagi?” tanyanya.
“Mau. Tapi saya sudah di hotel,” kata saya.
“Sekarang saya jemput,” katanya.
Tapi, katanya, sekarang sudah pukul 9 malam. Kampanye harus berakhir pukul 10 malam.
Waktunya sudah begitu mepet.
“Kalau begitu bolehkah saya jemput pakai sepeda motor?“ katanya. “Dengan sepeda motor 10 menit lagi saya bisa sampai di hotel,” tambahnya.
“Mau. Tidak apa-apa,” jawab saya.

Saya pun siap-siap di lobi. Rasanya hanya saya tamu hotel bintang 5 ini yang dijemput dengan sepeda motor.
Saya bersyukur ia punya pikiran menjemput saya dengan sepeda motor. Bisa parkir di dekat lokasi kampanye.
Kalau naik mobil bisa-bisa waktu habis untuk cari tempat parkir.

Di Taiwan pengguna sepeda motor banyak sekali. Jumlah sepeda motor di Taiwan 13.000 juta. Untuk penduduk 23 juta.

Baru sekarang itu saya perhatikan: sepeda motor diistimewakan di Taipei.
Di setiap simpang empat ada kotak garis putih di atas aspal. Kalau lampu lagi merah mobil tidak boleh berhenti di kotak itu.

Itulah kotak untuk sepeda motor. Saat lampu lalu-lintas lagi merah semua sepeda motor berhenti di kotak itu. Di depan mobil.

Kotak itu cukup besar. Bisa dua baris sepeda motor. Tiap baris bisa 7 buah.
Begitu lampu menjadi hijau sepeda motor yang duluan melesat.

Mayoritas sepeda motor di sana adalah Kymco. Bentuknya seperti motor bebek. “Kymco itu sebenarnya Honda,” ujar teman saya itu.

Bagaimana Honda bisa menjadi Kymco ada ceritanya. Waktu itu Honda ingin masuk ke Taiwan. Tapi pemerintah Taiwan tidak mau Honda masuk begitu saja.
Harus ada alih teknologi. Harus pula berpartner dengan pengusaha Taiwan.

Maka jadilah Kymco –sepeda motor Taiwan dengan teknologi Honda.
Kini Kymco juga masuk ke pasar sepeda motor listrik. Jenis motor listrik ini mulai laku di Taiwan.
Tahun lalu penjualannya sudah nomor dua setelah Kymco bensin.

Malam itu pun saya ber-Kymco ria. Dari satu lokasi kampanye ke lokasi lainnya. Selalu bisa parkir di lokasi dekat kampanye.

Keesokan harinya saya minta dijemput dengan sepeda motor lagi. Yakni di hari pemungutan suara. Bisa keliling TPS dengan mudah. Toh udaranya sejuk: 19 derajat celsius. Juga tidak ada debu. Dengan udara seperti itu naik sepeda motor pun asyik-asyik saja.

Saya ingin tetap membela sepeda motor –jangan sampai dikalah-kalahkan oleh peraturan yang mengistimewaan mobil.
Sepeda motor adalah senjata lapisan bawah untuk mengejar lapisan atas.(Dahlan Iskan)