eQuator.co.id – Pontianak-RK. Sebagian pembaca mungkin pernah menonton serial kartun kucing lucu Garfield. Atau RollBots yang merupakan animasi robot anak di era 2008-2009. Atau sederet film animasi lainnya seperti Megastructures, Franklin and Friends, yang kerap tayang di channel Space Toon sekitar tahun 2012.
Namun, sedikit dari kita yang mengetahui dalam beberapa film yang diproduksi Infinite Frameworks Studios dan telah mendunia tersebut, ada campur tangan anak bangsa. Seorang putra asal Kalimantan Barat lah yang sangat berperan membidani lahirnya film-film tersebut.
Namanya Anang Prabowo, lahir di Pontianak 29 Juni 1980. Pria yang pernah mengecap pendidikan di SD Muhammadiyah 2 Pontianak, SMP 3 Pontianak, dan SMU Taruna Bumi Khatulistiwa Kubu Raya, ini pernah menghantarkan Infinite Frameworks Studios yang bermarkas di Batam memenangkan Piala Citra tahun 2015 untuk kategori animasi terbaik.
Penghargaan itu diberikan untuk film berjudul “Petualangan Garuda Cilik”. Anang terlibat di tim Asset Creation film tersebut.
Memulai karir di bidang animasi pada 2008, sekarang Anang memiliki spesifikasi keahlian di bidang Maya, MEL, Phyto, Character Rigging, Facial Rigging, Caracter Animation, Softimage, Animation, XSI, Mental Ray, Computer Animation, 3D, Computer Graphic dan Feature Films.
Hanya saja, bakatnya itu sangat bertolak belakang dengan jurusan dan konsentrasi keilmuan yang digelutinya saat duduk di bangku kuliah. Setelah menamatkan kuliahnya di Fakultas Ilmu Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (FKG UI) tahun 2006, pria yang hobi main game dan gemar nonton film kartun sejak kecil ini bukannya meneruskan menjadi dokter gigi. Ia justru mengambil kursus 3D Character Animation di Bina Nusantara (Binus) Center.
“Dari kecil emang saya udah suka nge-game sama nonton film kartun sih, terus sampe gede engak ilang-ilang,” tutur Anang via seluler kepada Rakyat Kalbar, Sabtu (27/2).
Setamatnya dia dari SMU Taruna Bumi Khatulistiwa dan mengikuti Ujian Masuk Perguruan Tinggi di UI, Anang diberikan dua pilihan jurusan dari kampus. Untuk pilihan pertama, ia memilih jurusan komputer (IT). Sedangkan FKG untuk pilihan kedua. Nasib meluluskannya ke FKG.
“Enggak banyak mikir waktu nentuin pilihan kedua. Eh masuknya malah pilihan yang kedua,” selorohnya.
Seiring waktu bergulir, Anang harus berkutat dengan dunia barunya, ilmu gigi. Hingga ia bertemu dan berkenalan dengan salah seorang teman indekosnya yang kuliah di bidang teknologi komputer. Dari situlah Anang merasa yakin kalau bakatnya justru di bidang animasi.
“Pas jaman kuliah, dikenalin sama software 3D sama teman yang kuliahnya di IT,” beber dia.
Bak gayung bersambut, kurang lebih setahun kemudian, bakat Anang dalam bidang animasi pun mulai diperhitungkan. Ia ditawari oleh Binus Center menjadi instruktur di tempat kursusnya.
“Sebenernya gak terlalu pinter ngajar sih, tapi waktu itu kupikir coba ajalah buat part time sambil cari-cari kerjaan tetapnya,” ucapnya.
Pada waktu hampir bersamaan, November 2007, Infinite Frameworks Studios juga membuka rekrutmen bagi calon animator. Anang pun melamar dan diterima sebagai junior layout artist.
Pada Januari-Desember 2008, sebagai junior layout artist, Anang dipercayai menggarap proyek pembuatan film animasi “RollBots” yang dipesan oleh studio di Kanada. Pada proyek yang sama di bulan Desember 2008-Desember 2009, Anang juga diminta menggarap proyek animator film Garfield 1 dan CG Artist pada proyek film Megastructures.
Sukses dengan proyek tersebut, pada Januari 2010-Desember 2012, Infinite Frameworks Studios kembali mempercayakannya untuk bergabung dalam tim pada proyek Lead Rigger on Franklin n Friends. Berkat dedikasinya, Anang diangkat Asisten CG Supervisor pada Januari 2013-Desember 2014 dan Technical Director pada Januari 2015-Juni 2015.
Sayangnya, kata dia, hampir semua dari karya-karya animasi yang dibuat tersebut merupakan pesanan dari studio-studio luar negeri. “Waktu di Batam sih hampir semua kerjaannya pesanan dari luar. Yang pesan perusahaan-perusahaan yang emang produksi serial animasi seperti Nelvana, Brown Bag Films, dan lain-lain. Stasiun televisi lokal beli hak tayangnya dari luar,” beber Anang.
Industri animasi di Indonesia, menurut dia, belum menjadi perhatian. Sehingga, wajar saja banyak dari teman-teman sesama profesi memilih berkarya di luar negeri. Beberapa dari mereka ada yang sudah sering masuk televisi dan koran. Namun masih banyak juga mereka yang punya karya gemilang yang tidak atau belum terekspose.
“Mereka yang lebih memilih berkarya di luar sana, saya rasa lebih ke kepuasan pribadi sih. Maksud saya, ada beberapa dari mereka yang memang ingin berkarya dengan style yang mereka inginkan dan itu belum terwadahi di studio-studio dalam negeri,” ungkapnya.
Kendati begitu, beberapa tahun belakangan ini bakat-bakat animasi mulai mendapat tempat dengan munculnya beberapa serial animasi lokal. Anang senang dengan beberapa pelatihan atau Diklat yang mulai dilakukan pemerintah. Dia berharap agar pemerintah sendiri bisa lebih mencurahkan perhatiannya dalam menggarap potensi anak-anak bangsa.
“Kalau soal SDM sih jelas, enggak kalah lah sama SDM dari luar sono. Mungkin kalah di jumlah aja ya, hehe,” tukas dia.
Kendati bangga sebagai anak Indonesia yang karyanya bisa diakui sampai internasional, Anang mengakui kondisi sekarang tidak banyak produk-produk animasi lokal yang bisa diterima penonton lokal. Kebanyakan penonton lokal, menurutnya, lebih senang dengan suguhan ratusan judul film dari luar.
“Di Indonesia cuma ada beberapa studio animasi yang bermain di serial televisi, tapi denger-denger PFN juga mulai gerak di animasi,” tuturnya.
Kedepan, Anang pribadi mengaku akan terus membuat karya-karya baru yang bisa diterima tak hanya dari luar negeri tapi juga oleh penonton lokal. Dan kini, setelah keluar dari Infinite Frameworks Studios dan bekerja di PT Bali Animasi Solusi Ekakarsa (BASE) di Denpasar selaku Technical Director Supervisor, Anang disibukkan dengan bekerja bersama Balai Diklat Industri setempat untuk pelatihan tenaga animasi.
“Saya pengen terus berkarya aja, bikin animasi yang berkualitas dan mendidik, punya pesan moral yang bagus. Sekarang sih proyeknya belum ada yang bakal tayang. Karena studio yang sekarang baru aja beroperasi,” demikian Anang Prabowo.
Laporan: Fikri Akbar
Editor: Mohamad iQbaL