eQuator.co.id – KAYONG UTARA-RK. Kabut asap dan ancaman api makin pambar di Selatan Kalbar. Setelah Ketapang sesak nafas dibuatnya, sejak Ahad (8/9) malam api menjalar hingga ke bangunan RSUD Sultan Muhammad Jamaludin I Kayong Utara, dan SMP Negeri 03, di Desa Harapan Mulia, Kecamatan Sukadana.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kayong Utara, Muhammad Oma, mengetahui Karhutla mengancam sarana kesehatan dan pendidikan serta pemukiman warga di wilayah kerjanya. “Sudah sempat padam apinya. Kita madamkan sampai subuh. Tapi ini apinya (Senin, red) kembali menyala. Mugkin bisa saja ini disebabkan angin cukup kencang sehingga api kembali menyala,” duga Oma saat ditemui di lokasi kebakaran, Senin (9/9).
Manggala Agni dan BPBD memadamkan kebakaran hingga pukul 03.00 Senin dinihari. Kesulitan utama melawan api tak lain sumber air yang jauh sehingga proses pemadaman tidak dapat dilakukan dengan cepat.
Alasan sulitnya sumber air membuat Oma berkoordinasi dengan BPBD Provinsi agar melakukan water bombing. Alasan lain, lantaran kebakaran sudah mendekati aset pemerintah.
“Selain itu juga ada satu permukiman warga, Rumah Sakit, dan Sekolah. Dalam hal ini saya sudah mengimbau Direktur RSUD agar waspada,” terangnya.
Ia mengkhawatirkan kondisi angin yang saat ini cukup kencang dihadapkan sulitnya menemukan sumber air. “Pada intinya kita semua sama-sama waspada. Kami hanya menjalankan tugas dan melakukan pemadaman,” kata Oma.
Nur, seorang warga yang tinggal tidak jauh dari lokasi mengaku kebakaran lahan baru kali pertama. Sebelumnya kawasan itu belum pernah terbakar. Saat kali pertama api menyala, keluarganya di dalam rumah selain susah bernafas, mata terasa perih yang sangat mengganggu.
“Mengetahui ada kebakaran, saya menghubungi BPBD agar memadamkan api. Sebab, api saat itu semakin mendekat dan asapnya sudah masuk ke dalam rumah. Mata kami semua terasa perih,” tutupnya.
Harap Turun Hujan
Pekatnya kabut asap di Kota Pontianak membuat kualitas udara ditengara merosot ke tataran tidak sehat beberapa hari terakhir. Para pendidik dan penyelenggara sekolah mulai khawatir akan kesehatan anak didik mereka. Sejumlah sekolah hari ini ada yang meliburkan siswanya termasuk Perguruan Mujahidin.
“Besok, siswa Mujahidin diliburkan. Karena kabut asap,” kata seorang petugas jaga sekolah Mujahidin, kepada Rakyat Kalbar, Senin (9/9). Pria paroh baya itu menyebut siswa diliburkan dua hari.
Plt. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pontianak, Syahdan, belum bisa dikonfirmasi terkait kebijakan meliburkan siswa. Apakah secara menyeluruh atau hanya sebatas inisiatif kebijakan masing-masing sekolah saja. Dikonfirmasi via telepon dan pesan singkat melalui WhatsApp sampai berita ini diturunkan belum ada jawaban.
Seperti diberitakan sebelumnya, otoritas Siaga Karhutla melaporkan titik api berkurang drastis dibanding pekan lalu. Namun kabut asap di Kota Pontianak malah dirasakan pekat. Kondisi cuaca pun sudah tak lagi sehat. Wakil Gubernur Kalbar, Ria Norsan, mengatakan luas kebakaran lahan di wilayah Kalbar saat ini memang berangsur berkurang.
“Itu sedikit. Kemarin ada 1000. Sekarang hanya 300 lebih. Tetapi kabutnya tidak seperti ini kan? Nah, ini yang kite lagi tanda tanya. Kita lagi memantau. Apakah ini asap kiriman,” ujar Norsan diwawancarai usai doa bersama untuk negeri, di alun-alun Kapuas Pontianak.
Menurut mantan Bupati Mempawah dua periode itu, penanganan kebakaran lahan di wilayah Kalbar dilakukan secara maksimal. Proses pemadaman di lahan yang sulit dijangkau akses jalan darat, dilakukan lewat udara. Dengan teknik water bombing menggunakan helikopter yang biayanya puluhan juta sekali ngebom.
Norsan mengatakan saat ini ada beberapa helikopter yang rusak. Dan akan segera diganti dengan yang baru. Supaya efektivitas pemadaman lewat udara terus berjalan.
“Kita sudah minta tindak lanjut dari BNPB pusat untuk segera diganti. Supaya kita bisa kerja lebih maksimal,” ujarnya.
Kebakaran lahan di wilayah Kalbar tidak hanya terjadi di konsesi perkebunan dan tanaman hutan industri, tapi juga di lahan pertanian masyarakat. Bila konsesi lahan perkebunan gampang terdeteksi baik hotspot maupun luasnya, tidak mudah menghitung luas perladangan yang terbakar atau dibakar menyambut musim tanam.
Norsan menegaskan, bagi perusahaan yang terbukti lahannya terbakar pasti disanksi. “Kita sudah mengeluarkan Pergubnya,” tukasnya.
Di Pergub itu, lanjut dia, tegas menyatakan perusahaan yang terbukti sengaja membakar lahan bakal dicabut izin operasionalnya selama 5 tahun. “Dan, kita akan ajukan ke Polda untuk diproses secara hukum,” tegas Norsan.
Terlepas proses hukum terhadap perusahaan perkebunan, HTI, dan masyarakat peladang serta petani, ia berharap dalam sehari dua hari ini Kalbar diguyur hujan. Agar kabut asap akibat kebakaran lahan di wilayah Kalbar bisa berakhir.
“Kita hari ini berdoa bersama. Selain untuk situasi kondisi Indonesia saat ini, terutama di Papua, yang sedang menghadapi musibah. Kita juga mendoakan mudah-mudahan di seluruh wilayah Kalbar cepat diturunkan hujan. Agar kabut asapnya hilang,” harapnya.
Kejar Pembakar Lahan
Sementara itu, di Kota Singkawang yang notabene minim perkebunan sawit dan hutan tanaman industri, kebakaran lahan tetap terjadi. “Singkawang saat ini sudah menangani dua perkara Karhutla. Ditambah dengan kejadian kemarin, saat ini kami memeriksa satu orang yang diduga melakukan pembakaran lahan di Sagatani. Sedangkan di Pasir Panjang kami mencari pelaku,” ujar Kapolres Singkawang, AKBP Raymond M Masengi, SIK,MH, Senin (9/9).
Raymond akan mengejar pembakar lahan. Kabut asap sudah pekat, otomatis penegakan hukum harus dilakukan.
“Kami mengimbau kalau mengelola lahan agar tidak membakar. Silahkan gunakan cara lain tapi tidak membakar lahan,” pintanya.
Plt. Kasatreskrim Polres Singkawang, IPTU Suprihatin, menjelaskan dua Laporan Polisi (LP) dengan dua tersangka di Jalan Veteran dengan luas sekitar 7,5 hektare. Kemudian di Jl Wonosari seluas 6,6 hektare.
“Perlu kami jelaskan bahwa ada tindakan menjadi penyidikan dan akan kami sidik di Sagatani dengan luas 7 hektare,” ujarnya.
Terlapor, kata dia, diduga membakar lalu merembet ke tanaman di lahan perkebunan lainnya. Kalau di Pasir Panjang di pinggir jalan tidak terlalu luas dan api cepat padam. Dua orang saksi diperiksa karena tak jauh dari lokasi kebakaran. Suprihatin menduga, pengendara yang melintas membuang puntung rokok, lalu api menyebar.
Jajaran Polda Kalbar memang terus melakukan pencegahan dan penanggulangan Karhutla. Penindakan hukum membuat 57 orang ditetapkan sebagai tersangka kasus Karhutla.
“Dari 59 LP,” tutur Kabid Humas Polda Kalbar, Kombes Pol Donny Charles Go, Senin (9/9) malam.
Dari 57 tersangka itu, dua diantaranya adalah korporasi (perusahaan). “Semuanya di wilayah Sanggau, pimpinan perusahaan yang bertanggung jawab atas terjadinya kebakaran lahan,” ungkapnya.
Namun saat ditanya perusahaan mana, Donny belum menjawab. “Dalam waktu dekat akan ada operasi kontinjensi yang lebih menitikberatkan kepada penegakan hukum yang melibatkan 170 personil,” beber mantan Kapolres Sanggau ini.
Ia pun mengajak masyarakat bersama-sama menjaga alam dengan tidak membuka lahan dengan cara dibakar. “Pembakaran lahan merupakan cara-cara yang merusak lingkungan dan alam, bila kita hindari pembakaran lahan saat membuka lahan, sudah tentu alam akan menjaga kita,” tandas Donny.
Laporan: Abdul Halikurrahman, Kamiriluddin, Suhendra, Andi Ridwansyah
Editor: Mohamad iQbaL