Kandidat Konsentrasi di Battleground

eQuator.co.id – ’’Pemilu sudah usai. Kamu semua orang-orang bodoh,’’ seru Camella kepada kerumunan massa pendukung Donald Trump di depan Trump Tower, New York City, Sabtu (5/11) waktu setempat atau kemarin (6/11) WIB. Adu mulut pun tak terhindarkan. ’’Crooked Hillary!’’ balas para pendukung Trump.

Jika yang dimaksud Camella adalah hanya di New York, pemilu presiden memang bisa dikatakan sudah usai. Semua pollster, termasuk yang cenderung republikan sekalipun, menempatkan New York sebagai negara bagian yang sudah pasti milik Clinton. New York termasuk state yang menyumbang 29 electoral votes. Angka itu cukup jumbo dari 271 votes yang dibutuhkan untuk melenggang ke Gedung Putih.

Namun, para pendukung Trump di New York tidak menyerah. Mereka tetap ngotot seperti layaknya itu sebagai battleground atau area yang masih bisa diperebutkan kedua kandidat. Kerumunan massa yang berada di depan Trump Tower kemarin diinisiatori komunitas keturunan Kristen-Pakistan.

’’Tidak benar jika Trump anti-imigran. Dia malah menjamin imigran bisa hidup layak,’’ kata Tariq Rehmat, juru bicara komunitas keturunan Kristen-Pakistan. ’’Yang Trump dan kita semua tidak inginkan adalah imigran ilegal,’’ lanjut Rehmat.

Dia pun optimistis Trump bisa meraih tiket ke Gedung Putih. ’’Kita semua ke sini karena impian Amerika. Dan kita akan memiliki presiden yang membuat Amerika kembali hebat,’’ ucap Rehmat. Aksi yang diikuti puluhan orang di 5th Avenue itu pun diikuti para pendukung Trump dari komunitas lain seperti keturunan Asia. Sejumlah warga kulit putih juga dengan antusias mengikuti aksi dukungan tersebut. ’’Kami masih yakin Trump akan menang di sini,’’ ujar Jimmy Su, pendukung Trump dari komunitas keturunan Asia.

Jika pendukung dan relawan masih ngotot di tempat masing-masing, kandidat lebih fokus berkampanye di battleground atau daerah basis lawan yang belum solid. Dengan sistem winner takes all, cara tersebut memang lebih efektif jika dibandingkan harus menghabiskan energi di area lawan yang solid. Sebab, akan sia-sia apabila negara bagian itu jelas-jelas telah dikuasai lawan secara telak.

Polling terakhir yang dilakukan CNN, misalnya, menyebutkan bahwa battleground saat ini adalah Arizona (11), Florida (29), Nevada (6), Nebraska 2nd Congressional District (1), New Hampshire (4), dan North Carolina (15). Sedangkan negara bagian milik Demokrat yang belum solid adalah Colorado (9), Michigan (16), Pennsylvania (20), Virginia (13), dan Wisconsin (10). Basis republikan yang statusnya masih lean adalah Georgia (16), Iowa (6), Maine 2nd Congressional District (1), Ohio (18), dan Utah (6).

Kedua kandidat pun mati-matian merebut suara dan area lawan yang belum solid untuk memastikan 271 electoral votes bisa dikantongi. Sejauh ini Clinton (diprediksi telah menguasai 268 electoral votes) hanya perlu merebut satu negara bagian battleground. Sedangkan Trump (204) harus meraup semua battleground.

Dua hari menjelang puncak pemilu, Trump berkampanye di sejumlah battleground negara bagian yang cenderung Demokrat tetapi belum solid. Taipan 70 tahun itu berkampanye di Sioux City, Iowa; Sterling Heights, Michigan; Moon Township, Pennsylvania; dan Leesburg, Virginia. Sehari menjelang hari H, Trump mengadu nasib di Sarasota, Florida; Raleigh, North Carolina; Scranton, Pennsylvania; Manchester, New Hampshire; serta menutup rally di Grand Rapids, Michigan.

Sedangkan Clinton akan berkampanye di Cleveland; Ohio; dan Manchester, New Hampshire, pada dua hari menjelang pemillu. Sehari menjelang puncak pilpres, Clinton berkampanye di Raleigh, North Carolina, Grand Rapids, Michigan; dan akan menutup rally di Philadelphia, Pennsylvania. (*/c17/oki)