Kaliandra Potensi Dongkrak Ekonomi Desa

Tanaman Kaliandra

eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Belum banyak yang melirik tanaman kaliandra merah untuk dikembangkan. Padahal, mulai dari batang, bunga hingga daunnya memiliki manfaat beragam.

Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak bekerjasama dengan sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sedang mengembangkan kaliandra di sejumlah desa di Kalbar. Dengan komoditi ini diharapkan dampat mendongkrak ekonomi warga.
“Alasan kita memilih kaliandra, sebab tanaman ini yang cepat tumbuh, bahkan di daerah gersang sekalipun,” ungkap Dekan Fakultas Kehutanan Untan Pontianaki, Gusti Hardiansyah, belum lama ini.

Dijelaskannya, batang kaliandra dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku energi biomassa. Daunnya dapat diolah sebagai pakan ternak. Sedangkan sari bunga atau nektarnya mampu menghasilkan madu jika dihisap kelulut.
“Dengan adanya potensi ini kita meyakini jika kaliandra dibudidayakan dengan benar akan memberikan dampak ekonomi bagi desa-desa yang mengembangkannya,” terangnya .
Saat ini pengembangan kaliandra hanya sebatas keperluan pendidikan. Namun dia berharap upaya ini dapat menghasilkan model yang dapat diterapkan nantinya.

“Hutan pendidikan tidak hanya menjadi fokus pembelajaran mitigasi dan perubahan iklim, serta memperhatikan keanekaragaman hayati, namun juga mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarkat di sekitar hutan,” terangnya.
Kepala Dinas Kehutanan Kalbar Marius Marcellus mendukung penuh upaya dalam pengembangan kaliandra. Mengingat manfaat ekonomi yang diberikan dapat mendorong kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan. “Sejauh ini terkait budidaya tanaman tersebut belum banyak yang mencoba mengembangkannya,” katanya.
Saat ini kaliandra belum terlalu menjadi sorotan. Oleh karena itu, diharapkan apa yang dilakukan Fakultas Kehutanan ini dapat menjadi program percontohan bagi desa-desa lainnya. Sebab ini akan memberikan kesejahteraan kepada masyarakat desa yang bertumpu pada hasil hutan.

Pemerintah kata dia, tidak boleh melarang masyarakat untuk memanfaatkan hasil hutan tanpa memberikan solusi bagi perekonomian mereka. “Dapat dilihat bahwa desa memiliki tingkat kemiskinanya tinggi. Untuk itu, melalui upaya ini kita bisa dorong status desa menjadi desa mandiri,” lugasnya. (nov)