eQuator.co.id – Kubu Raya-RK. Ini pertemuan yang tidak meributkan biaya pemadaman Karhutla seperti dikemukakan Kapolri Jenderal Tito Karnavian belum lama ini. Gubernur Cornelis dan Kepala BNPB Laksamana II Willem Rampangilei memperpanjang status Kalimantan Barat dalam kondisi Siaga Darurat Karhutla, Senin (22/8) malam, di Istana Rakyat Jalan A. Yani, Pontianak.
Untuk kondisi itu, Gubernur duluan mengajukan siaga darurat ancaman asap itu kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Pusat. Kalbar salah satu dari enam provinsi yang ditetapkan sebagai siaga darurat tersebut. Hasilnya?
“BNPB sedang mempersiapkan pengiriman satu unit helikopter water bombing lagi dan satu pesawat hujan buatan untuk standby di Pontianak,” ungkap Willem Rampangilei.
“Penetapan status siaga darurat oleh Provinsi ini lebih baik dibandingkan sebelumnya,” tambah dia.
Pada 2015, beberapa daerah mengalami keterlambatan penetapan status darurat Karhutla sehingga penanganan menjadi tidak optimal. “Api Karhutla sudah terlanjur besar dan meluas sehingga sulit dipadamkan,” kata mantan Komandan Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Lantamal) VIII Manado itu.
Dari evaluasi data BNPB, September merupakan periode puncak musim kering. Kondisi itu biasanya disertai peningkatan titik panas, atau puncak dari jumlah hotspot akibat Karhutla.
“Periode hotspot terbanyak dari Karhutla adalah di Sumatera dan Kalimantan selama Agustus hingga Oktober, dengan puncaknya pada September,” ungkap Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB, pada acara Forum Komunikasi Wartawan di Gardenia Resort Kubu Raya, Selasa (23/8).
Mengantisipasi bencana asap akibat Karhutla, enam provinsi telah menetapkan status Siaga Darurat Karhutla yaitu Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Periode siaga darurat Karhutla masing-masing provinsi bervariasi (lihat grafis).
“Gubernur Kalbar telah menyiapkan perpanjangan masa siaga darurat Karhutla hingga November,” ujar Sutopo.
Dengan ditetapkannya status siaga darurat tersebut akan diperoleh kemudahan akses bagi BNPB dan BPBD untuk menggerakkan potensi sumber daya yang ada. BNPB telah mengerahkan delapan helikopter water bombing, dua pesawat water bombing, dan dua pesawat hujan buatan.
Presiden Joko Widodo pun telah memerintahkan seluruh pimpinan dan jajaran Polri dan TNI di daerah (Kapolda dan Pangdam) untuk sepenuhnya membantu operasi BNPB dan BNPD. Tentu disertai reward and punishment.
SIAP BOM KALBAR
Gubernur Cornelis menyadari kalau Kalbar yang bermasalah pada lahan gambut di musim kering. Pada 16 Agustus pekan lalu, dia mengajukan surat ke BNPB meminta dibantu helikopter dan pesawat water bombing untuk menurunkan hujan buatan.
“Bantuan heli sudah diminta untuk ngebom daerah yang sulit dijangkau. Untuk memadamkan api, kita minta dua (heli), dan sudah disetujui. Malah ada yang sudah sampai. Jadi semuanya tiga heli untuk ngebom dan hujan buatan, semua bantuan pusat, anggaran semua juga dari pusat,” ujar Cornelis usai menerima kunjungan Kepala BNPB, Senin (22/8) malam.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) juga menyiapkan pesawat CASA TNI AU dan bahan semai untuk hujan buatan. Diperkirakan hujan buatan akan dilakukan minggu depan. Keterbatasan pesawat terbang menyebabkan operasi hujan buatan seringkali terkendala.
Untuk meng-cover wilayah Kalimantan yang luas diperlukan pesawat Hercules C-130 yang mampu menjelajah dengan membawa bahan semai 8 ton hujan buatan. Cornelis menjelaskan, datangnya Kepala BNPB ke Pontianak untuk memonitoring penanggulangan bencana asap di Kalbar. Karena itu Gubernur meminta masyarakat untuk tidak membakar lahan lagi.
“Jangan bakar-bakarlah, kalau memang ada daerah yang terbakar sama-sama gotong royong memadamkannya,” pintanya.
Untuk makin meningkattkan kesiagaan Karhutla, 25 Agustus, Gubernur mengundang Bupati dan Wali Kota, BNPB Kabupaten dan Kehutanan termasuklah Dinas Kesehatan, guna mengatasi masalah asap serta membahas ancaman rabies.
SIGNIFIKAN
Sementara itu, Kapus Data Informasi dan Humas BNPB Pusat, Sutopo Purwo Nugroho, membenarkan titik panas di Kalimantan Barat meningkat secara signifikan karena terlambat diatasi. Satelit Modis dari NASA mendeteksi 158 hotspot pada Jumat (19/8) pagi yang sebelumnya (18/8) hanya 106 hotspot.
“Jumlah hotspot fluktuatif setiap harinya terus dipantau,” kata dia.
Sutopo juga menjelaskan, Karhutla di Riau masih terjadi di beberapa tempat. Pantauan satelit menunjukkan sebaran asap atau gas CO2 menyebar hingga Selat Malaka. Namun belum mempengaruhi kualitas udara di Malaysia dan Singapura.
Indeks Standar Pencemaran Udara di Malaysia dan Singapura masih relatif baik. Pantauan Satelit Modis dari Lapan terdapat 339 hotspot pada Jumat pagi (19/8/2016) yaitu 218 hotspot dengan tingkat kepercayaan Sedang (30 – 79%) dan 121 hotspot untuk tingkat kepercayaan Tinggi (80 – 100 %).
Laporan: Marselina Evy dan Isfiansyah
Editor: Mohamad iQbaL