Kabut Asap Perburuk Ekonomi Kalbar

Warga Diminta Waspada Karhutla

Ilustrasi-net

eQuator.co.idPONTIANAK-RK. Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) mengakibatkan kabut asap. Bencana yang rutin terjadi ini membawa dampak buruk bagi Kalbar.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kalbar, Andreas Acui Simanjaya mengatakan, Karhutla sebagian besar terjadi akibat rendahnya rasa tanggung jawab warga. Pemerintah bersama pihak berwajib sebaiknya melakukan sosialisasi secara masif tentang kerusakan, kerugian dan ancaman pidana terkait Karhutla. Karena kabut asap berdampak terhadap multisektor. Tidak hanya lingkungan dan kesehatan, tapi turut memperburuk ekonomi daerah.
“Misalnya jasa transportasi, biasanya biaya relatif menjadi lebih mahal. Sebab truk yang biasanya jalan malam hari tidak bisa maksimal,” jelasnya, Senin (23/7).
Sosialisasi pencegahan Karhutla mesti dilakukan secara sinergi dengan. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah melakukan
pelatihan untuk kalangan remaja.
“Ini sudah beberapa tahun lalu kita lakukan. Dimana para remaja yang berasal dari berbagai daerah di ajak untuk menjadi agen waspada Karhutla di daerahnya masing-masing,” tuturnya.
Dari beberapa kali sosialisasi yang dilakukan, ternyata berdampak positif. Para remaja yang ikut dalam sosialisasi menjadi agen yang dapat membangun kesadaran masyarakat yang ada di daerahnya masing-masing. “Dan ini akan berkelanjutan,” tukas Acui.

General Manager Garuda Indonesia Kalbar, Sussana Rotua Saragih mengatakan, sejauh ini penerbangan belum ada pengaruhnya kabut asap. Seperti belum ada pembatalan penerbangan akibat kabut asap. “Memang terkait cuaca kita melihat dari data infomrasi BMKG dan komunikasi ini hampir setiap jam kita lakukan, sebab landing dan take off pesawat semua tergantung cuaca,” ujarnya belum lama ini.

Sementara itu, hotspot yang terjadi di Kecamatan Kuala Behe sudah dipadamkan masyarakat setempat. Karena setelah mendapat perintah Kapolres Landak AKBP Bowo Gede Imantio, Kapolsek Kuala Behe Ipda Hertomo langsung memerintahkan personelnya menuju lokasi hotspot. Titik panas sebelumnya diketahui dari aplikasi LAPAN FIRE pada Sabtu (21/7) sekitar pukul 15.15 WIB.

Menurut anggota piket Siaga Karhutla Kuala Behe, Hertomo, Bripka Roni dan Bripda Reza Nasution langsung berangkat ke lokasi hotspot di daerah Takong Dusun Kandis Desa Kuala Behe. Dalam perjalanan satu jam lebih menuju lokasi kebakaran. Lokasi yang di bakar tidak begitu luas, karena untuk berladang.

“Ketika anggotanya datang ke lokasi itu melihat masih terbakar. Di sekitar lokasi ada masyarakat yang menunggu untuk memadamkan api supaya tidak merembet ke lokasi lainnya,” ucapnya.

Hampir 1 jam, menunggu api, setelah itu, Bripka Roni memberikan imbauan kepada pemilik lahan, Midun dan dibawa ke kantor Polsek Kuala Behe.

Di Polsek, Midun mengaku sengaja membakar lahan untuk berladang. Kapolsek menegaskan, membakar lahan di musim kemarau tidak boleh. Dalam UU  Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di pasal 69 ayat 2  disebutkan, kearifan lokal boleh melakukan pembakaran lahan maksimal dua hektat per Kepala Keluarga (KK). “Dengan persyaratan wajib memberitahukan kepada desa dan lahan yang akan ditanam jenis varietas lokal,” jelas Hertomo.

Setelah mendengarkan penjelasan dari Kapolsek tentang ketentuan hukum, akhirnya Midun bisa mengerti dan menerima. Dia pun berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya. “Masyarakat selama ini hanya tahu tentang kearifan lokal boleh membakar lahan 2 hektare per KK.  Tetapi mereka lupa bahwa tidak boleh dilakukan pada saat musim kemarau atau debit air kurang,” tutup Hertomo.

Musim kemarau wajib diwaspada dan menjadi perhatian bersama.

Berbagai imbauan telah disampaikan kepolisian. Seperti tidak membakar lahan, tidak membuang puntung rokok sembarangan. Kepedulian warga terhadap lingkungannya sangat diharapkan.

“Kita kepolisian menngingatkan warga. Sesama warga saling mengingatkan” kata Kapolsek Pontianak Barat, Kompol Bermawis ditemui Rakyat Kalbar di ruang kerjanya, Senin (23/7).

Meski wilayah hukumnya hanya sedikit lahan kosong, namun kawasan ini berbatasan langsung dengan Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya yang masih berupa lahan. Kemudian terhadap warga yang ada di pemukiman agar memperhatikan peralatan elektronik rumah tangganya saat akan berpergian, jangan sampai tidak dimatikan. “Kabel-kabel listrik di rumah-rumah, komputer  kalau ditinggalkan jangan sampai masih hidup dan tersambung dengan listrik,” ujarnya

Bermawis mengungkapkan, kebakaran yang sering terjadi di pemukiman warga disebabkan arus pendek. Setelah menggunakan barang-barang elektroniknya, warga tidak langsung mematikan atau melepaskan sambungan listriknya.

“Yang dicolok tidak dicabut, karena panas ya meleleh dia, itu yang terjadi kita perhatikan  di warga yang terjadi kebakaran,” ungkapnya

Bhabinkamtibmas juga door to door kepada warga di empat kelurahan di Pontianak Barat. Di tempat ibadah, bahkan disaat ada pertemuan dengan warga, menyampaikan pesan dan himbauan.

“Apalagi ini musim kemarau, tentu kita tidak inginkan ada kebakaran di wilayah kita,” tuturnya.

Laporan: Nova Sari, Antonius, Ambrosius Junius

Editor: Arman Hairiadi