eQuator.co.id – Saya suka kopi. Tapi tidak punya bisnis kopi.
Teman-teman menyarankan agar saya mengganti kalimat “tidak punya bisnis kopi” menjadi “belum punya bisnis kopi”.
Siapa tahu suatu saat saya benar-benar punya. Who knows?
Tanda-tanda saya akan punya bisnis kopi tampaknya menguat belakangan ini. Terutama setelah bertemu Rani Mayasari, owner coffee shop Kupielon dan brand kopi Gunung Halu di Bandung akhir Agustus 2019 lalu.
Dalam diskusi selama dua jam di coffee shop-nya yang berada di kota Bandung, saya menemukan model bisnis coffee shop yang benar-benar menarik.
Pertama, Kupielon menawarkan model bisnis kemitraan. Model bisnis ini sekilas mirip dengan model bisnis waralaba. Tetapi setelah didalami ternyata berbeda.
Kupielon tidak mengenakan tarif atas pemakaian brand oleh mitra. Bahkan Kupielon membuka peluang bagi semua mitranya untuk membuat model bisnis dengan merek sendiri.
Kedua, dengan tidak mewajibkan biaya atas merek, investasi bisnis kedai kopi bersama Kupielon menjadi lebih murah.
Ada kedai kopi yang biaya pemakaian mereknya saja ratusan juta setahun. Beban ratusan juta itu tentu saja akan ditanggung konsumen.
Berarti harga jual produknya akan lebih mahal.
Sedangkan bila bekerjasama dengan Kupielon, tidak ada beban biaya pemakaian brand. Mitra hanya membayar alat produksi yang digunakan.
Harga jual produk akhirnya juga wajar. Tidak harus dimahal- mahalkan.
Ketiga, Kupielon sudah membuat konsep bisnis yang mudah dioperasikan. Mitra tidak perlu mencari-cari. Hanya perlu mengimplementasikan saja.
SOP Kupielon sangat simple: tiga pasti: pasti mudah, pasti jadi dan pasti enak.
Dalam bisnis kedai kopi, ada beberapa komponen penentu keberhasilan yang harus dipahami: alat kerja, resep dan keahlian meracik.
Banyak jenis alat kerja untuk membuat kopi. Rata-rata mahal. Apalagi mesin pembuat kopi alias coffee maker. Tidak ada yang murah.
Implikasinya: bisnis kedai kopi hanya bisa dijalankan oleh mereka yang modalnya lumayan. Bagi yang modalnya pas-pasan, jangan coba-coba.
Kupielon memberi solusi. Membangun bisnis kedai kopi bisa dilakukan tanpa modal besar. Maka investasi bisnis kedai kopi bisa dilakukan oleh para pemula dan anak-anak muda. Bisa patungan pula.
Resep kopi begitu banyak. Padahal hanya sedikit yang disukai konsumen. Apalagi kalau membidik pasar anak muda. Lebih spesifik lagi pilihannya.
Dalam bisnis kedai kopi, konsistensi rasa sangat menentukan. Ada sebuah pelatih: rasa kopi boleh biasa saja. Asal konsisten. Sebab, setiap orang memiliki cita rasa yang tidak sama.
Kopi bercita rasa biasa, bisa jadi dinilai enak. Sebaliknya kopi dengan cita rasa istimewa mungkin bernilai biasa saja. Artinya setiap cita rasa kopi punya penggemar yang berbeda.
Perlu riset pasar untuk menentukan varian cita rasa sebelum memulai bisnis kedai kopi. Tentu saja riset ini tidak mudah, tidak cepat dan tidak murah.
Kupielon sudah melakukan semuanya selama tujuh tahun. Dari hulu ke hilir. Dari kebun hingga menjadi segelas kopi yang siap dinikmati.
Cita rasa kopi yang konsisten memerlukan tenaga kerja dengan keahlian khusus. Biasa disebut barista. Ketika bisnis kopi sedang booming seperti sekarang, turn over barista sangat tinggi.
Banyak kedai kopi yang mendadak mati suri karena baristanya pergi. Pindah ke kafe sebelah yang menawarkan gaji dan insentif lebih tinggi. Model bisnis Kupielon membuat situasi yang tidak pasti bisa dihindari.
Barista senior Bank Indonesia adalah pengecualian. Barista yang satu ini belum pernah bekerja di kedai kopi.
Bisnis tidak selalu untung. Tapi banyak cara untuk menghindari buntung. Salah satunya: SOP tiga pasti. Pasti mudah. Pasti jadi. Pasti enak.
Anda tertarik? Sekolah Wira segera membuka kelas online. Mulai Oktober nanti. Dipandu Joko Intarto, ‘Barista Senior Bank Indonesia’ dan owner Kupielon Rani Mayasari.(jto)
*Redaktur tamu eQuator.co.id, praktisi webinar