eQuator.co.id – Pontianak-RK. Memutuskan menjadi entrepreneur yang mandiri adalah hal tersulit bagi Yudha Indra Pramanto, setelah delapan tahun bekerja dan terbiasa menerima gaji di akhir bulan.
Meninggalkan jabatan sebagai Head Department di sebuah hotel, dengan berbagai fasilitas yang memadai, memang dipandang sebagai langkah yang nekat. Wajar, jika keputusan Yudha ini sempat mendapat tantangan dari banyak teman-temannya. Bahkan, dari keluarganya sendiri. Tidak satupun anggota keluarganya kala itu yang setuju dan mau mendukungnya.
Namun, pria yang pernah menjadi Kepala Rumah Tangga Duta Besar Indonesia untuk Praha Republic Ceko tahun 2000-2002, dan sebagai Food and Beverage Manager Hotel Santika Pontianak tahun 2002-2007 ini tak patah semangat. Berbekal tekad yang kuat dan kesabaran menghadapi setiap tantangan bisnis, pria kelahiran Pontianak, 25 April 1976 ini akhirnya mampu melewati segala rintangan, dan berhasil membangun bisnisnya sendiri, Atallah Catering and Atallah One Stop Hospitality Solution (Hotel and Restaurant Consultant).
Bagaimana kisah pria yang hobi hiking, climbing dan off road MTB ini secara gambling? Semua diceritakannya pada Rakyat Kalbar saat bertandang ke kediamannya di Jalan Suhada Nomor 7A, Kecamatan Pontianak Selatan, Kota Pontianak, Kamis (1/9) siang.
“Nama usaha saya adalah Atallah-Aisyi One Stop Hospitality Solution, adalah sebuah usaha yang bergerak pada bidang yang terkait dengan hospitality industry, baik perhotelan ataupun restoran. Dimana pekerjaan yang dilakukan adalah konsen pada bidang hotel and restaurant management, hotel and restaurant menu consultant, training and development program, cooking class, cooking demo, hotel and restaurant design consultant, hotel and restaurant equipment supplier, serta juga bergerak pada penyedia katering dalam semua jenis event dan cake decorator and baking class centre, dimana nama katering kami adalah Atallah Aisyi Catering and Cake Shop Corner,” terangnya.
Setelah segudang prestasi diraih, akhirnya Yudha memutuskan untuk menjalankan usaha tanpa ikatan, tekanan, serta perintah maupun ketentuan dari perusahaan. “Usaha ini sebenarnya sudah dimulai delapan tahun lalu saat masih menjadi karyawan sebuah hotel. Namun, baru total atau benar-benar ditekuni setelah memutuskan untuk membuka usaha sendiri tiga tahun lalu, dan berhenti menjadi karyawan dari sebuah hotel chain (kelompok) nasional.
Menurutnya, bukan keputusan yang mudah terlebih posisinya di perusahaan tersebut cukup strategis, ditambah fasilitas yang disediakan perusahaan. “Setelah lima tahun menimbang-nimbang, akhirnya saya memutuskan untuk tidak menjadi karyawan pada perusahaan manapun dan tanpa dukungan siapapun, kecuali segelintir teman-teman terbaik. Keluarga sama sekali tidak mendukung rencana tersebut, namun dengan perkembangan dan ketekunan serta kesabaran, alhamdulillah semua perlahan dijawab oleh Allah,” katanya.
Keluar dari perusahaan dan tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak, bukan malah membuatnya lemah. Sebaliknya, dia bangkit seraya membidik peluang memanfaatkan kemampuannya di bidang kuliner, baik lokal maupun mancanegara. “Inspirasinya mungkin melihat teman-teman yang lebih dahulu memulai usaha, dan sukses. Kemudian jadi motivasi untuk memulai usaha,” katanya.
Meski kemampuannya tidak diragukan, tapi kesuksesan ternyata belum berpihak kepadanya. Terbukti, berbagai jenis usaha yang dijalani tidak membuahkan hasil. Jangankan meraup untung, balik modal pun tidak, bahkan kerapkali merugi. “Tidak semudah yang dilihat. Saya harus jungkir balik memulai usaha, harus siap jatuh bangun. Saya mencoba beberapa bidang usaha, sebelum akhirnya menemukan pola terbaik yang harus dijalani. Saya pernah mencoba bisnis transportasi dan properti tapi gagal. Akhirnya, karena saya memang kuliah di perhotelan, tepatnya pada bidang makanan dan minuman, saya kembali ke dunia saya yaitu kuliner, dan sepertinya Allah sudah menyiapkan jawaban atas semua perjalanan saya,” tuturnya.
Biarpun cocok di bidang kuliner, ternyata modal memasak seenak mungkin ternyata tidaklan cukup dalam membangun suatu usaha. Dijelaskan Yudha, ia harus belajar trik-trik apa yang tepat dalam memasarkan produk, atau supaya kuliner yang dibuat diminati konsumen, sehingga mau membeli makanannya.
“Bagaimana meyakinkan publik mengenai usaha saya, dan bagaimana mereka menghargai usaha kita atas pentingnya sebuah usaha yang sedang dibangun. Bagaimana membangun kepercayaan mengenai rancangan kita pada pemilik modal untuk memulai usaha yang akan mereka rintis. Para pengusaha tentu ingin menggunakan konsultan untuk mendapatkan impact lebih dari customer mereka, dan mereka juga ingin usaha mereka lebih maju dengan menggandeng kami,” katanya.
“Mengatasi hambatan dan tantangan, kita harus siap menerima masukan. Sepahit apapun, jangan pernah gengsi untuk merintis usaha. Kemampuan membaca pasar merupakan kebutuhan para pengusaha kuliner akan konsultan,” imbuhnya.
Yudha mengakui, sejauh ini cukup banyak pelaku usaha besar yang memanfaatkan jasanya sebagai konsultan. Terlebih, diinternal ia tengah mengembangkan sayap ke tingkat nasional. “Untuk buka cabang belum ada, baru di Pontianak saja. Namun kami sudah mulai merambah ke Jakarta untuk demo masak di sana, dan melakukan seminar tentang masakan sehat dan halal,” lugasnya.
Harga bukan persoalan inti dalam meraih keuntungan sebesar mungkin. Justru berlaku fleksibelitas harga, bagaimana membuat klien merasa nyaman, dan terpenting adalah menjaga hubungan jangka panjang. “Kalau income variatif ya. Kami bukan perusahaan yang saklek mematok harga sebuah pekerjaan. Semua bisa dibicarakan secara kekeluargaan, namun tetap secara profesional. Yang terpenting adalah, antara kami dengan klien lebih menerapkan hubungan jangka panjang yang baik dan berkesinambungan,” imbuhnya.
Prestasi kuliner yang telah diraih Yudha, wajar saja jika jasa yang ditawarkan jarang ditolak sejumlah pengguna jasa. Pasalnya, spesifikasinya tidak lagi diragukan, bukan hanya di tingkat lokal, bahkan banyak penghargaan nasional dan internasional telah diraih.
Yudha pernah berkarier di Kitchen Attendant Nikko Hotel International Jakarta tahun 1995-1996, Restaurant Attendant Allesandro Naninni Jakarta tahun 1996-2000. Dia pernah menjadi Kepala Rumah Tangga Duta Besar Indonesia untuk Praha Republic Ceko tahun 2000-2002. Selanjutnya, tahun 2002-2007 menjadi Food and Beverage Manager Hotel Santika Pontianak, tahun 2007-2008 di Front Office Manager Cross Exposure Program Hotel Santika Premiere Malang, 2008-2011 di Food and Beverage Manager Santika Hotel Pontianak, 2011-2012 di Food and Beverage Manager Hotel Santika Tasikmalaya. “2013 sampai sekarang, owner Atallah Catering dan owner Atalah One Stop Hospitality Solution,” bebernya.
Selain itu, Yudha merupakan seorang Training and Development Manager pada Pontianak Culinary Profesional, Anggota Dapur Halal Indonesia, Anggota Komunitas Chef Peduli Halal, Anggota Gerakan Chef Halal on the Street, dan Anggota Chef Garuda. “Saya juga tergabung di Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Kalbar pada Bidang Perdagangan dalam Negeri dan selaku Ketua HIPMI Culinary Club juga,” sebutnya.
Yudha juga pernah mengikuti berbagai macam dan jenis pelatihan, serta memberikan pelatihan di banyak lini. “Tahun 1995-1996 saya belajar di Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Perhotelan Nikko Internasional Jakarta. Tahun 1997-2000 saya masuk ke Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Jakarta, tahun 2007-2008 saya mengikuti Executive Development Program For General Manager Hotel Santika Indonesia,” tutupnya.
Laporan: Gusnadi
Editor: Yuni Kurniyanto