eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Sedikitnya 300 meriam karbit disiapkan masyarakat pinggiran sungai Kapuas untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri 1437 Hijriah. Silih berganti dentumannya terdengar menggelegar menambah semarak malam takbiran di Kota Pontianak.
Dari 300 lebih meriam yang terbuat dari balok kayu itu, 154 diantaranya ikut serta dalam Festival Meriam Karbit yang digelar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Pontianak bekerja sama dengan Forum Komunikasi Tradisi Meriam Karbit Kalbar. Sebagai bentuk kepedulian Pemerintah Kota Pontianak dalam melestarikan permainan tradisional, Wali Kota Pontianak, H Sutarmidji SH MHum menjanjikan reward bagi kelompok peserta yang berhasil menjadi pemenang dalam festival yang digelar setiap malam Idul Fitri ini.
“Pemenang Festival Meriam Karbit akan mendapat reward berupa pembangunan di kawasan di mana peserta itu berada. Bentuknya pembangunan fasilitas umum seperti jalan, lampu penerangan jalan dan lainnya. Dengan demikian, secara tidak langsung kita mengajak masyarakat untuk peduli dengan wilayahnya masing-masing,” ujarnya usai pembukaan Festival Meriam Karbit di pinggiran Sungai Kapuas di Gang Muhajirin, Kelurahan Banjar Serasan, Kecamatan Pontianak Timur, Selasa (5/7) malam.
Menurut pria yang akrab disapa Midji ini, sebagai cikal bakal berdirinya Kota Pontianak, permainan tradisional yang terbuat dari kayu balok ini akan terus dipertahankan dan dilestarikan serta ditumbuhkembangkan. Untuk itu, pihaknya akan mengemas festival yang banyak mengundang perhatian masyarakat ini dengan lebih meriah dan lebih baik.
“Saya berharap ke depan ini tetap menjadi even tahunan pariwisata Kota Pontianak, tidak hanya di malam Idul Fitri, tetapi mungkin dalam setahun bisa digelar dua hingga tiga kali festival serupa,” tutur Midji.
Sementara itu, Kepala Disbudpar Kota Pontianak, Hilfira Hamid menjelaskan, jumlah peserta festival tahun ini sebanyak 28 kelompok dengan jumlah keseluruhan 154 meriam karbit. Kendati menurun dari tahun sebelumnya, tradisi ini tetap dipadati penonton. Ada beberapa kriteria penilaian, mulai dari suara dentuman, kekompakkan tim, dekorasi hingga atraksi seni budaya. Para juri disebar di sejumlah titik untuk melakukan penilaian.
“Para juri akan menilai semalaman hingga semua selesai bermain,” jelasnya.
Meriam karbit adalah salah satu permainan rakyat tradisional ciri khas Kota Pontianak yang terbuat dari kayu. Cara memainkannya, dengan mengisi air dan karbit secukupnya, kemudian didiamkan beberapa menit. Setelah itu, meriam siap disulut dan suara ledakannya sangat menggelegar. Asal muasal tradisi meriam ini konon untuk mengusir hantu kuntilanak pada 1771 oleh pendiri Kota Pontianak, Sultan Syarif Abdurrahman Al-Kadrie saat itu.
Laporan: Isfiansyah, Gusnadi
Redaktur: Arman Hairiadi