eQuator.co.id–Serang–RK. Tradisi Presiden Joko Widodo berlebaran di Luar Jakarta berlanjut. Senin (12/9), Jokowi dan Ibu Negara Iriana memilih salat Idul Adha bersama masyarakat Kota Serang, Banten, di Masjid Ats-Tsaurah Serang. Di saat bersamaan, Wapres Jusuf Kalla juga sedang berada di Amerika Serikat sehingga absen salat id di Masjid Istiqlal Jakarta.
Ridho Abdul Wahab menjadi imam salat Id di masjid tersebut. Sementara, Prof Fauzal Imam menyampaikan khutbah dengan tema ’Makna Berkurban, Mengubah Etos Basa-Basi ke Etos Aksi. Kemarin, Presidne juga menyerahkan hewan kurban berupa satu ekor sapi kepada panitia Idul Adha MAsjid Ats-Tsaurah.
Usai salat, Jokowi mengingatkan bahwa Idul Kurban merupakan momentum untuk menumbuhkan semangat berkorban. Spirit pengorbanan sangat diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat saat ini. “Jangan maunya ingin kaya sendiri, ingin menang sendiri,” ucap Jokowi.
Secara konkret, pengorbanan itu bisa diwujudkan salah satunya dengan gotong royong dan kerja keras demi bangsa dan negara. Segala kepentingan pribadi disingkirkan. ’’Dengan kerja keras itulah kita akan memenangkan persaingan dan kompetisi yang semakin hari semakin sengit,’’ tambahnya.
Di sisi lain, Sejumlah pejabat negara kemarin bertindak sebagai khatib salat Idul Adha. Diantaranya adalah Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Muhammad Nasir. Dia menjadi khatib di Masjid Agung Jawa Tengah, Semarang.
Dalam khutbahnya Nasir berpesan soal pengorbanan manusia menuju kesalehan. Baginya Idul Adha menjadi momentum untuk mengenang episode perjalanan Nabi Ibrahim dan Siti Hajar. “Allah berfirman kepada Nabi Muhammad agar kita semua sebagai umatnya dapat mengambil keteladanan dari Nabi Ibrahim AS,” katanya.
Guru besar Universitas Diponegoro itu menuturkan kehidupan keluarga Nabi Ibrahim dan Siti Hajar dilalui pengorbanan demi pengorbanan. Pengorbanan ini dijalankan Ibrahim untuk menjalankan perintah Allah. Termasuk ketika diperintah untuk menyembelih Ismail, putranya. Padahal Ibrahim menunggu kehadiran anak selama 89 tahun.
Dalam khutbahnya Nasir juga menyinggung urusan pendidikan. Bagi dia aspek pendidikan sangat penting untuk mencetak SDM berkualitas. Kemudian dengan SDM yang berkualitas, masyarakat Indonesia dapat mengelola kekayaan alam anugrah dari Allah. Indonesia nomor 1 sebagai negara penghasil panas bumi dan kelapa sawit. Nomor 2 di dunia untuk penghasil timah. Dan nomor 3 sejagat untuk kakao, karet, nikel, dan beras.
Pejabat lain yang menjadi khatib salat Idul Adha adalah Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Asrorun Niam Sholeh. Asrorun menjadi khatib di Masjid Jami Al-Hidayah Pamulang, Tangerang Selatan.
Asrorun menyampaikan dalam kisah Nabi Ibrahim ada ilmu yang bisa dipetik terkait komunikasi dengan sang anak, Ismail. Ilmu itu adalah tentang betapa pentingnya mendengarkan pendapat anak. Cara berkomunikasi dengan anak dibangun atas dasar pandangan bahwa anak itu adalah makhluk yang unik.
“Anak yang memiliki cara dan pandangan sendiri,” jelasnya.
Asrorun mengingatkan bahwa orangtua memiliki tanggung jawab pengasuhan anak yang baik. Kemudian memberikan rezeki yang halal serta hak pendidikan anak yang baik. “Anak mencari figur anak yang demokratis,” kata dia. Asrorun menegaskan kombinasi pengasuhan dari ayah dan ibu yang baik, bisa mencetak anak yang memiliki ketaatan kepada orangtua. Dia tida ingin ada bullying di tengah keluarga.
Sementara itu, Hari Raya Idul Adha dimanfaatkan keluarga tersangka korupsi untuk membesuk mereka di Rumah Tahanan (Rutan) KPK dan Rutan Guntur. Setiap keluarga yang akan berkunjung harus melapor ke kantor komisi antirasuah.
Sekitar pukul 08.00, keluarga tahanan sudah mulai berdatangan ke kantor KPK di Jalan HR Rasuna Said. Salah satunya keluarga Bupati Banyuasin Yan Anton Ferdian. Yan bersama beberapa pejabat Pemkab Banyuasin diamankan KPK melalui operasi tangkap tangan (OTT) pada 4 Agustus lalu di rumah dinasnya.
Salah satu yang mengunjungi Bupati Yan adalah istri tercintanya, Vinita Citra Karini. Setelah melaporkan ke kantor KPK, Vinita bersama keluarganya langsung menuju ke Rutan Guntur. Sebelum ditangkap KPK, Yan dan Vinita hendak berangkat ke Tanah Suci. Keduanya pun gagal menunaikan ibadah haji.
Keluarga Rohadi, panitera PN Jakarta Utara yang ditangkap karena suap putusan Saiful Jamil juga datang membesuk. Ada sekitar 11 orang yang datang. Namun, hanya lima orang yang diperbolekan masuk dan bertemu pegawai yang dikenal tajir itu. Diantaranya, Tosdja (ayah Rohadi), Aas Rolani (Istri), Darim (kakak), dan Bambang (keponakan).
Bambang mengatakan, Rohadi merasa tertekan di tahanan. “Tangannya gemetar,” terang dia. Bagaimana dengan kabar bagaimana Rohadi ingin bunuh diri, karena mengalami depresi. Bambang menyatakan, dia tidak menanyakan hal itu. Yang dia lakukan adalah memberikan dorongan moril agar pamannya sabar dan tegar menghadapi persoalan itu.
Rohadi titip kepadanya dan keluarga untuk menjaga anak-anaknya yang berjumlah lima orang. Menurut Bambang, selama Rohadi ditahan, keluarga kompak menjaga dan mengasuh anak-anak pria yang mempunyai sejumlah usaha itu. Sampai saat ini, pihak keluarga masih shock.
Ayah dan istri Rohadi jarang makan. “Kadang hanya dua sendok saja,” paparnya. Rumah sakit milik Rohadi di Indramayu juga tutup. Padahal, rumah sakit itu milik bersama. Ada sekitar 41 orang yang mempunyai saham di tempat itu. Dia tidak tahu bagaimana masa depan usaha dalam bidang pelayanan kesehatan tersebut.
Tidak hanya Yan Anton dan Rohadi, Damayanti Wisnu Putranti juga dikunjungi keluarganya. Mantan anggota Komisi V DPR RI itu yang terjerat kasus suap proyek pembangunan jalan di Maluku dan Maluku Utara itu mendapatkan kunjungan dari anak dan bibiknya.
Lina Harjati, bibik Damayanti mengatakan, dia membawakan ketupat sayur dan sup buntut. “Dia minta dibawakan ketupat sayur dan sup buntut,” terang dia. Menurutnya, keponakannya dalam keadaan baik. Dia sering membesuknya. Jadi, selalu mengetahui kondisi Damayanti. Tidak ada pesan khusus yang disampaikan keponakannya.
Sementara itu, tahanan yang lain juga mendapat kunjung. Seperti Abdul Khoir (Direktur PT Windhu Tunggal Utama, tersangka suap proyek jalan di Maluku dan Maluku Utara), Dessy A Edwin (staf Damayanti), Andi Tofan Tiro (anggota Komisi V DPR RI tersangka suap proyek jalan Maluku dan Maluku Utara), Edy Nasution (panitera PN Jakpus tersangka suap perkara pengajuan PK) dan Bertha Natalia (pengacara Saiful Jamil). (Jawa Pos/JPG)