eQuator.co.id – Milan–RK. Zinedine Zidane tampak sangat tenang saat memasuki ruang konferensi pers di San Siro, Milan. Tak terlihat kegembiraan berlebihan. Hanya tersimpul seulas senyum tipis di bibir yang menunjukkan bahwa dia baru saja membawa tim yang baru ditangani di tengah-tengah musim menjadi juara Eropa untuk kali ke-11.
”Saya hanya sangat, sangat, sangat bahagia. Saya sangat gembira,” ucapnya repetitif dengan nada dan ekspresi datar.
Padahal, Zidane baru saja memenangkan segalanya. Sejarahnya bersama Real Madrid dan Liga Champions sangatlah lengkap. Sebagai pemain, dia membawa Real juara pada 2002. Lalu, ketika meraih la decima dua tahun silam, dia berstatus asisten pelatih Carlo Ancelotti. Kini dia adalah entrenador Real.
Menurut pria yang sukses memenangi Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000 bersama Prancis itu, gelar tersebut teraih berkat sikap positif. ”Fakta bahwa aku melakukannya sebagai pelatih juga karena sikap itu. Kami hanya bersikap positif sepanjang waktu,” ungkap pelatih yang menggantikan Rafael Benitez tersebut.
Zidane lalu mengenang saat diminta Presiden Real Florentino Perez menangani Sergio Ramos dkk Januari lalu. Saat itu dia tidak berpikir apa-apa. Tidak terbebani, tidak takut. Sebaliknya, dia sangat percaya bahwa dengan skuad yang dimiliki Real saat ini, dirinya bisa memenangkan hal besar.
Sebelum final, Zidane juga sempat berbincang dengan Ancelotti. ”Dia bilang kepada saya, kalau saya memenangi Liga Champions sebagai pelatih, rasanya akan berbeda dibanding memenangkan trofi itu sebagai pemain,” kata Zidane menyitir ucapan mantan bosnya tersebut.
Lalu, apa benar yang dikatakan Ancelotti itu? ”Ini perasaan yang spesial. Saya memenangkannya sebagai pemain, sebagai asisten pelatih, dan pelatih kepala. Ini tidak ada tandingannya,” tegas dia.
Pembawaan Zidane memang sangat kalem. Meskipun kadang-kadang (setidaknya saat masih aktif bermain) dia bisa meledak juga. Tapi, kini sisa-sisa ledakan itu sama sekali tidak ada. Dia sudah berubah menjadi pribadi yang sangat dewasa dan mampu mengendalikan amarah. Sebagai pelatih, dia merasa punya tanggung jawab untuk menularkan sikap positif kepada anak buahnya.
Menurut Zidane, secara mental dan fisik, pasukannya sebenarnya sudah terkuras. Sebelum perpanjangan waktu dimulai, beberapa pemain mengalami kram. Mereka juga nervous. Zidane bahkan mendapat pertanyaan apakah Ronaldo cedera.
”Tidak, tidak. Dia tidak cedera. Kram mungkin wajar melihat tensi pertandingan. Tapi, para pemain berhasil menjaga sikap positif yang saya minta dari awal. Mereka sangat sabar,” jelasnya.
Zidane juga secara khusus memuji Ronaldo. ”Saya sangat bangga kepadanya. Dia berjuang, dia berlari sama banyaknya dengan yang lain dan selalu membantu teman-temannya,” puji pelatih 43 tahun itu. (Jawa Pos/JPG)