eQuator.co.id-Mempertemukan banyak orang sibuk sungguh tidak mudah. Cuma saya heran. Dalam kasus ini, mengapa begitu mudahnya?
Alhamdulillah…
Ide pertemuan sebenarnya juga tidak direncanakan. Awalnya yang mau saya pertemukan hanya pengasuh pondok pesantren dengan perusahaan ATPM solar panel saja. Toh hanya mereka berdua yang saling berkepentingan.
Tapi hati kecil saya berbisik begini. ‘’Sayang sekali kalau hanya dihadiri dua pihak. Padahal banyak pihak lain yang bisa mendapat manfaat dari pengetahuan itu.’’
Gara-gara bisikan hati itu, saya pun menulis pesan pendek kepada beberapa orang. Yang menurut saya punya keinginan yang sama. Punya tujuan sama.
Dari mana saya tahu pikiran mereka? Tentu saja dari interaksi saya dengan mereka-mereka selama ini.
Begitulah ihwal pertemuan itu. Semua undangan hanya saya kirim lewat pesan pendek. Melalui whatsapp.
Sebenarnya bukan undangan resmi. Lebih tepat sebuah tawaran kalau ada waktu. Dengan sedikit penjelasan, ‘’Di sana ada siapa? Mau ngapain?’’
Benar-benar hanya acara kecil. Informal pula. Datang ke pesantren. Saling berkenalan. Ngobrol tentang solar panel sambil lihat-lihat pesantren. Lalu pulang. Hanya itu.
Undangan saya kirim hari Rabu menjelang tengah malam. Setelah mendapat kepastian pengasuh pondok pesantren dan pimpinan perusahaan solar panel sama-sama memberi konfirmasi siap bertemu hari Sabtu.
Dari tiga orang yang saya ajak bertemu di pesantren, semuanya mau. Tuan rumahnya yang terkejut. Tidak menyangka akan hadir beberapa orang penting di pesantrennya yang kecil itu.
Mungkin melalui cara formal, pertemuan itu sulit terlaksana. Surat saya mungkin masih tertumpuk di meja sekretarisnya. Karena tidak jelas ‘’legal standingnya’’.
Apalagi Sabtu bukan hari kerja. Hari Sabtu umumnya menjadi hari golf nasional. Khususnya untuk teman-teman yang saya undang itu. Barangkali itulah salah satu hikmahnya silaturahmi.
Saya memang senang berkawan dengan siapa saja. Tidak peduli statusnya. Agamanya. Etnisnya. Semua saya anggap sama.
Kebetulan, beberapa teman saya orang-orang sukses. Direktur di sana dan di sini. Owner perusahaan ini dan itu. Saya bisa belajar gratis dari mereka.
Saya mengenal mereka lewat banyak jalan. Kebanyakan lewat perantara teman lain. Juga media sosial seperti Facebook. Ada juga teman-teman semasa kanak-kanak, yang sekarang sudah menjadi ‘’orang’’.
Kadang saya bertanya pada diri sendiri. Saya ini siapa? Saya ini kan bukan siapa-siapa? Wong statusnya hanya WTS. Wartawan tanpa suratkabar. Dulu memang pernah kerja di Jawa Pos. Jadi wartawan betulan. Tapi itu dulu banget. Zaman old.
Sekarang saya penulis lepas. Jadi penulis buku. Jadi editor buku. Atau menulis kolom di koran dan website. Jabatan paling keren saya saat ini adalah admin disway.id dan pengurus lembaga zakat Lazismu.
Bisa mengundang orang-orang penting ke pesantren tahfidz di Bintaro itu benar-benar di luar dugaan saya. Alhamdulillah… (jto)