Jawa Pos Lanjutkan Tradisi Terbaik

Inovasi Media Cetak Indonesia Kian Diakui

Foto: JPNN

eQuator.co.id – METRO MANILA – Jawa Pos kembali meraih penghargaan internasional. Dalam Asian Media Awards 2016 yang dihelat Asosiasi Surat Kabar Dunia (WAN-IFRA) Asia Pacific di Manila, Filipina, tadi malam, Jawa Pos menyabet dua penghargaan bergengsi.

Medali emas kembali diraih untuk kategori best sport photography. Karya pewarta foto Jawa Pos Wahyudin mengalahkan The New Straits Times Malaysia (bronze) dan The Straits Times Singapore (silver). Ini adalah penghargaan kedua Jawa Pos untuk kategori yang sama. Sebelumnya, Jawa Pos meraihnya di Asian Media Awards 2014 di Hongkong.

Jawa Pos juga meraih medali perak untuk kategori best front page design dengan judul headline Prajurit Muda Gugur di Pesawat Tua. Itu adalah penghargaan keempat untuk kategori yang sama. Sebelumnya, Jawa Pos menyabetnya di Asian Media Awards 2012 di Bangkok, Thailand (gold), 2013 di Bangalore, India (gold), dan 2014 di Hongkong (silver).

Penghargaan di Asian Media Awards 2016 tadi malam dihelat dalam gala dinner ajang Publish Asia 2016 di Fort Santiago, kawasan historis di Manila, Filipina.

Dari Indonesia, tak hanya Jawa Pos yang merayakan prestasi ini. Media dari Indonesia lainnya juga meraih penghargaan. Republika meraih gold untuk best front page design. Sedangkan dalam kategori best front page design, Tempo menyabet gold dan Marketeers meraih silver.

“Sebagai komisaris utama Jawa Pos Group dan sebagai anggota komite Asia Pasifik WAN-IFRA dari Indonesia, saya merasa bangga ada banyak media dari Indonesia mendapatkan penghargaan malam ini. Selamat kepada Republika, Majalah Tempo, dan Marketeers yang bersama Jawa Pos mendapatkan penghargaan di berbagai kategori,” kata Komisaris Utama Jawa Pos Group Azrul Ananda di Manila kemarin. ”Ini menunjukkan adanya gairah di kalangan print media Indonesia untuk selalu menampilkan yang terbaik. Semakin banyak dari Indonesia yang menang, semakin baik pula untuk perkembangan media cetak di Indonesia,” tambah Azrul.

Azrul menjadi salah satu pembicara dalam Publish Asia 2016 kemarin. Azrul memaparkan anomali penetrasi Koran yang cukup unik di Surabaya. Terutama di tengah gempuran media online yang cukup masif.

Berdasarkan Roy Morgan Research 2015, tren global Indonesia memperlihatkan penetrasi internet sebanyak 43 persen dan penetrasi koran tertahan di angka 34 persen. Namun di Surabaya, terjadi kebalikannya. Penetrasi koran justru menunjukkan geliat positif. Penetrasi koran belum terkalahkan di angka 52 persen, sedangkan internet hanya 36 persen. Padahal Surabaya merupakan kota besar kedua setelah Jakarta.

Tak hanya itu, revenue bisnis Jawa Pos Group pun mendapatkan angin segar. Cenderawasih Pos, Manado Post, Balikpapan Pos, Lombok Post dan Fajar di Makassar yang masih satu manajemen dengan Jawa Pos Group justru meraih peningkatan pendapatan. Bahkan ada yang mencapai angka 11 persen. Itu semua terjadi di saat media dan bisnis lain yang berada di Jakarta mengalami penurunan pendapatan cukup drastis hingga angka 30 persen.

Menurut Azrul, kuncinya adalah tidak pernah berhenti untuk terus aktif dan kreatif. Fokus pada berita lokal dan isu regional. Juga, memikirkan keberlanjutan dengan membuat platform bagi anak muda. “Itu tergantung pada Anda, mau berinovasi atau tidak,” lanjut Azrul depan lebih dari 300 perwakilan media yang berasal dari 23 negara.

Di sesi yang berbeda, Sanat Hazra, technical director Times of India pun memaparkan hal serupa. “We create our own future. Selalu berinovasi, lebih pro aktif membangun hubungan dan mendekatkan diri dengan pembaca.,” tegas Hazra.

Untuk membuktikan konsep tersebut, Hazra dan tim menargetkan membuat inovasi secara rutin. Mereka membaginya menjadi 6 periode sejak November 2011 hingga Oktober 2015. Rata-rata dalam satu periode terdapat 10-20 inovasi. Hasilnya revenue pun naik drastis.

Saat memaparkan materinya, dia memunjukkan salah satu contoh halaman iklan produk elektronik yang dikemas menarik. Satu bagian di cetak dengan tinta biasa, sedangkan bagian lainnya di cetak dengan tinta terbaik kemudian dilaminasi glossy. Sehingga warna yang muncul berbeda. “Bagian yang dilaminasi menunjukkan bahwa dimensi terbaik inilah yang akan diperoleh pembaca jika membeli televisi dengan keunggulan layar AMOLED (teknologi layar beresolusi tinggi),” ujar Hazra disambut tepuk tangan meriah dari peserta diskusi.

Hal tersebut membuktikan bahwa media cetak punya masa depan yang menjanjikan. Pada intinya, media harus tetap berperan sebagai penyampai informasi yang tepat dan bisa memberdayakan warga negara maupun negara.

Saat memberi sambutan pembukaan Publish Asia 2016, Presiden Filipina H.E Benigno Aquinno III menekankan bahwa jurnalis media diharapkan menjaga integritasnya. “Selama ini pers telah mendapatkan kepercayan dari publik yang cukup baik. Jagalah hal tersebut, bukan dengan menyebar rumor dan berspekulasi namun bicaralah sesuai fakta sehingga bisa membawa masyarakat menuju perubahan yang lebih positif,” lanjutnya. (JPG)