Jarang Menerima Ucapan Terima Kasih, Malah Sering Dicaci

Jiwa Sosial Tinggi, Kelompok Pemadam Kebakaran Kian Bermunculan

DAMKAR. Pemadam Kebakaran Desa Sungai Rengas merayakan HUT ke-5, kemarin. Rizka Nanda-RK
DAMKAR. Pemadam Kebakaran Desa Sungai Rengas merayakan HUT ke-5, kemarin. Rizka Nanda-RK

eQuator.co.idPONTIANAK-RK. Untuk menjadi seorang pemadam kebakaran (Damkar) harus memiliki jiwa sosial yang tinggi. Kendati risikonya cukup tinggi, tak menyurutkan pejuang Damkar untuk tetap bersemangat memadamkan si jago merah.

Di Kota Pontianak terdapat Forum Komunikasi Pemadam Kebakaran Pontianak, jumlahnya kini 43 kelompok. Satu diantaranya adalah kelompok Damkar Desa Sungai Rengas.

Ketua Kelompok Damkar Sungai Rengas, Supriyanto menuturkan,  kebakaran di salah satu rumah warga pada tahun 2012 adalah cikal bakal berdirinya Damkar Sungai Rengas ini. Karena belum ada Damkar yang dekat, maka pada kebakaran waktu itu warga bergotong royong memadamkan api dengan alat alakadarnya.

“Semenjak ada kebakaran itulah kita berinisiatif membentuk pemadam kebakaran Sungai Rengas,” kata Supriyanto pada saat perayaan HUT Damkar Desa Sungai Rengas, kemarin.

Bermodalkan rasa sosial yang tinggi, enam orang yang dikepalai oleh Supriyanto akhirnya sepakat merintis Damkar Sungai Rengas dengan cara mengumpulkan iuran untuk pembelian mesin sedot air. Kemudian mereka pun berinisiatif untuk menghubungi pemadam kebakaran lain yang sudah terbentuk untuk mendapatkan dukungan. Bukan main, dukungan dari Damkar lain pun datang. Salah satunya dari Damkar Panca Bhakti yang langsung memberikan bantuan berupa slang serta mesin dan beberapa peralatan lainnya.

“Sementara waktu itu modal armada kita pakai pikap pribadi dan masih warna hitam,” ceritanya.

Respon masyarakat untuk terus mensuport perkembangan Damkar Sungai Rengas kian datang silih berganti. Ketika bersosialisasi pun semuanya menunjukkan rasa antusias yang tinggi. Untuk setiap kelompok Damkar pasti memiliki momen yang tak terlupakan saat bersama-sama berjuang melawan api.

“Untuk momen yang paling berkesan itu saat kita menangani karhutlah di daerah alas kusuma. Susah payah itu terasa,” kenang Supriyanto.

Saat karhutlah terjadi damkar mereka mendapat kendala yang  sangat berat bagi setiap pemadam, yakni tidak ada sumber air di area sekitar. Ditambah lagi selang yang tidak terlalu panjang serta jumlah mesin yang terbatas.

“Saat itu kita cari tempat sumber air yang agak dalam. Kita keruk lahan itu dengan cara manual, kalau disitu kering kita pindah lagi, kalau kering kita pindah lagi, itu sakitnya disitu. Kalau kayak gini, dibilang susah ya susah, endak juga endak,” tuturnya.

Namun dari kejadian itulah cerita didalam kelompok bertambah. Kini damkar Sungai Rengas telah memiliki 4 unit armada mobil dan 2 unit sepada motor serta 4 unit mesin Robin. Jumlah anggotanya pun sudah menjadi 60 orang yang berasal dari bermacam-macam etnis.

“Jadi lewat organisasi ini kita berbaur menjadi satu, intinya satu tujuan, memadamkan api,” ungkap Suriyanto.

Diakui dia, sejak tahun 2013 kebakaran di Desa Sungai Rengas masih terbilang rendah. Untuk penyebab, biasanya akibat dari ledakan kompor gas dan konsleting listrik.

“InsyaAllah akan terus dikembangkan.  Karena kita merintis dari nol sampai sekarang kita sudah punya tangki dan cara pemadaman kita harus bisa lebih cepat dan tanggap,” tutupnya.

Sementara itu, Ketua Forum Komunikasi Pemadam Kebakaran Pontianak Ateng Tanjaya mengatakan, meski keberadaan Damkar ini di pinggiran kota, kemajuannya sudah begitu pesat. “Artinya mereka tak pernah ketinggalan walaupun baru umur lima tahun, tidak pernah ketinggalan,” kata Ateng.

Dikatakan dia, keberadaan Damkar di Kota Pontianak semakin bertambah. Hal itu menurutnya mencerminkan semangat yang luar biasa sekaligus mencerminkan kebhinekaan yang tinggi.

“Itu luar biasa, padahal menjadi pemadam itu luar biasa sulitnya,” ungkapnya.

Ateng menceritakan banyak hal yang harus dipertimbangkan untuk menjadi Damkar. Para anggota Damkar harus bisa mengeluarkan waktu, tenaga, pikiran, termasuk perasaan. Bahkan, kadang-kadang juga bisa menjadi korban, karena menyelamatkan nyawa orang lain.

“Kalau sudah menolong jarang menerima kata terima kasih, tapi juga sering dicaci maki. Tapi mereka punya semangat itu luar biasa. Sekarang total 43 perkumpulan pemadam itu Pontianak dan sekitarnya sampai Jungkat, Ambawang, Supadio, dan Kakap,” bebernya.

Ia berharap seluruh anggota Damkar tetap bersemangat, dan menjaga kesehatan, serta keselamatan. Kemudian terus menjalin kebhinekaan Republik Indonesia. “Tunjukan bahwa pemadam kebakaran itu warga menjadi warga negara Indonesia,” pungkasnya. (Riz)