eQuator.co.id – SINTANG-RK. Kondisi anak tangga yang memang sudah dianggap tak layak serta tak memadai lagi untuk menjamin keselamatan pendaki, membuat jalur pendakian Bukit Kelam ditutup oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Seksi Wilayah II Sintang.
“Jadi untuk sementara jalur pendakian Taman Wisata Alam (TWA) Bukit Kelam ditutup dahulu, ini demi keselamatan pengunjung,” ujar Kepala BKSDA Sintang, Bharata Sibarani, kemarin.
Memang beberapa waktu lalu, kata Bharata pihaknya bersama tim BKSDA memantau kondisi sarana dan prasana tangga menuju puncak Bukit Kelam. Hasilnya memang ada beberapa tiang tangga yang terlepas.
“Maka dari itu, BKSDA menyatakan tangga tidak lagi layak untuk ditapaki para pengunjung yang ingin mendaki ke puncak Bukit Kelam,” jelasnya.
Menurut Bharata, masyarakat yang menyukai wisata dapat memacu adrenalin pasti akan kecewa dengan keputusan penutupan sementara ini. Pasalnya tidak bisa menikmati keindahan alam berada di atas bukit terbesar kedua di dunia itu.
Dia pun meminta agar masyarakat pecinta alam dan menyukai wisata yang memacu adrenalin ini tetap bersabar sembari tangga-tangga itu diperbaiki.
“Berwisata tentu harus mengedepankan keselamatan. Kami memohon masyarakat tetap bersabar sementara waktu,” jelasnya.
Terlepas dari itu, BKSDA katanya juga berencana akan membangun ragam wisata adrenalin yang seru dan aman berbentuk Via Ferrata. Jalur pendakian menggunakan kabel atau kawat baja di Bukit Kelam, seperti yang ada di Gunung Parang Purwakarta.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, sarana dan prasarana tangga untuk mendaki Bukit Kelam hingga ke puncaknya itu tak pernah diperbaiki sejak dibangun 1987 silam. Bukit Kelam sendiri di bawah wewenang BKSDA, tidak lagi di Pemerintah Kabupaten Sintang.
Camat Kelam Permai, Maryadi mengatakan, Bukit Kelam dinilai mampu menarik wisatawan lokal, nasional dan internasional. Apalagi saat berada di puncaknya. Maka akan disajikan sebuah panorama alam yang masih asri dan sejuk.
“Hanya kita akui kondisi infrastruktur untuk mencapai puncaknya sangat memperihatinkan. Mirisnya ada satu anak tangga yang sudah disambung dengan kayu yang lain,” ujarnya.
Meskipun demikian, Maryadi mengaku optmis bahwa pemerintah tidak akan menutup mata dengan aset wisata itu. Sebab, beberapa waktu lalu, BKSDA sudah melakukan presentasinya di hadapan bupati dan wakil bupati terkait perencanaan ke depan.
“BKSDA pun sepertinya ada planning untuk Bukit Kelam,” terangnya.
Sementara itu, Kepala Disporapar Sintang, Hendrika mengatakan, Pemkab mendukung penuh perencanaan yang akan dilakukan BKSDA. Apalagi, Bukit Kelam adalah sasaran wisatanya Bumi Senentang.
“Bukit Kelam adalah miliknya Kabupaten Sintang sejak dulu. Tetapi untuk kewenanganya dikeluarkan ketentuan masuk BKSDA agar tidak dirambah dan dirusak,” katanya.
Hal menarik yang dapat dilihat saat mendaki Bukit Kelam adalah tanaman kantong semar yang berbeda dengan daerah lainnya, dan anggrek hitam. “Kalau kita mendakinya pasti akan ketemu dengan kedua tanaman itu,” terangnya.
Untuk sampai puncaknya, Hendrika menyebutkan hanya membutuhkan waktu tiga jam. Itupun harus melalui perjuangan dan tenaga yang ekstra.
“Karena mendaki anak tangga yang curam. Sampai di puncaknya kita pun disajikan dengan panorama alam yang masih asri,” ujarnya.
Laporan : Saiful Fuat
Editor : Andriadi Perdana Putra