eQuator.co.id – Pontianak-RK. Peminat pasar modal di Kalbar mengalami peningkatan drastis. Hingga Oktober kemarin, jumlah investor tumbuh lebih dari dua kali lipat.
“Bila terus seperti ini sampai akhir tahun, maka angka pertumbuhan 300 persen bukan tidak mungkin bisa tercapai,” ujar Taufan Febiola, Kepala Bursa Efek Indonesia (BEI) Perwakilan Kalbar, Senin (31/10).
Jumlah investor pasar saham di Kalbar pada 2015 sebanyak 1.015 orang. Oktober 2016, jumlah investor sudah tembus 7.846 orang. “Ada penambahan sekitar 2.100 investor baru sepanjang tahun ini,” katanya.
Tidak hanya jumlah investornya, transaksi pasar saham juga mengalami peningkatan. Jika pada 2015 mencapai Rp3,5 triliun, maka Oktober 2016 sudah tembus Rp5,3 triliun.
“Ini menandakan ekonomi kita mengalami peningkatan, sehingga kemampuan masyarakat untuk berinvestasi juga meningkat,” ujar Taufan.
Selain semakin sejahtera, kata dia, juga disebabkan meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang pasar modal. Kepercayaan masyarakat terhadap perdagangan saham bisa tumbuh, tidak terlepas dari gencarnya sosialisasi yang dilakukan BEI. “Tidak hanya kepada para pekerja dan pengusaha saja, tetapi juga kepada mahasiswa dan pelajar,” jelas Taufan.
Dikatakannya, sebelumnya pertumbuhan investor pasar saham di Kalbar terkendala pemahaman masyarakat. Padahal dalam beberapa tahun terakhir, rata-rata imbal hasil investasi di pasar modal jauh lebih tinggi, dibandingkan produk investasi lainnya.
“Peran pasar modal sebagai wahana investasi sesungguhnya dapat menjawab kebutuhan investor. Khususnya dalam hal potensi menghasilkan imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan produk investasi lainnya,” katanya.
Apalagi saat ini modal awal investasi di pasar saham sudah semakin terjangkau oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Salah satu cara untuk mendongkrak pertumbuhan jumlah investor secara nasional, BEI meluncurkan program kampanye yang dinamakan ‘Yuk Nabung Saham’.
“Kita mengajak masyarakat sebagai calon investor untuk berinvestasi di pasar modal, dengan membeli saham secara rutin dan berkala. Konsep menabung dalam program ‘Yuk Nabung Saham’ mengacu pada paradigma masyarakat Indonesia yang masih berpegang pada budaya menabung,” ujar Taufan.
Untuk menyukseskan program ini, BEI bekerjasama dengan Bidang Pengawasan Sektor Pasar Modal (BPSPM) OJK dan Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia (APRDI). Kemarin ketiganya menggelar media gathering bersama wartawan di Kalbar.
Praktisi Investasi, Ryan Filbert mengatakan, akibat regulasi sering berubah-ubah, juga berpengaruh pada sektor keuangan bidang investasi. Salah satunya deposito yang sudah tidak semringah dulu, saat Bank Indonesia (BI) ratenya masih 7,25 persen.
“Suku Bunga Acuan Bank Indonesia sudah diturunkan menjadi 6,50 persen. Bank-bank pun menyesuaikan, dengan menurunkan bunga depositonya,” ungkap Ryan, kemarin.
Penurunan ini membuat jenis instrumen investasi lain menjadi lebih bergairah. Menurutnya, saat suku bunga turun, investasi yang memiliki risiko lebih tinggi.
“Misalnya saham dibandingkan deposito akan menjadi menarik. Di samping bunga deposito tergerus, perusahaan yang sahamnya diperjualbelikan, berpotensi untuk tumbuh,” jelas Ryan.
Walaupun cukup menjanjikan, pasar modal bukannya tidak memiliki risiko. Namun setidaknya, sektor ini menjanjikan return yang jauh lebih baik dibanding deposito. “Banyak orang menjadi lebih berani untuk ke pasar modal, karena melihat bunga deposito turun,” katanya.
Menurutnya, para investor harus jeli dalam memilih saham perusahaan mana yang berpotensi untuk terus tumbuh. Risiko tersebut menjadi lebih minim, dengan berbagai pengawasan dari berbagai otoritas resmi termasuk OJK. Apalagi ada fasilitas konsultasi dari BEI dan sekuritas. Instrumen lain pun juga tak kalah menjanjikan. Makanya, saat ini pasar modal menjadi sektor yang cocok untuk berbagai kalangan masyarakat.
“Berbeda dengan property, di mana butuh biaya besar untuk menebus property yang kita inginkan. Jangankan untuk beli cash, untuk DP-nya saja kadang-kadang sulit terjangkau,” ucap Ryan.
Laporan: Gusnadi
Editor: Hamka Saptono