eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. PLN Unit Induk Pembangunan (UIP) Kalimantan Bagian Barat menargetkan interkoneksi jaringan listrik Kalimantan bisa dilaksanakan pada 2023 mendatang. Interkoneksi ini akan menggabungkan semua sistem kelistrikan yang telah dimiliki oleh masing-masing provinsi menjadi satu di Sistem Kalimantan.
“Dengan adanya interkoneksi ini tentu manfaat yang dirasakan sangat bagus. Terutama dari sisi keandalan,” ujar General Manager PLN UIP Kalbagbar, Rachmad Lubis saat Media Briefing di Hotel Golden Tulip, kemarin.
Rachmad menjelaskan, titik interkoneksi berada di Sukamara, Kalimantan Tengah. Sementara di Kalbar, sistem jaringan tranmisi sudah dibangun di daerah Tayan yang nantinya berlanjut hingga ke Sandai.
“Sekarang tengah dilakukan pelelangan. Kemudian dilanjutkan untuk Sandai ke Sukadana ini sudah dilakukan kontrak. Lalu dari Ketapang ke Kendawangan yang insyaallah tahun ini akan kita selesaikan. Sedangkan dari Kendawangan sebetulnya ada titik di Air Upas sehingga dari sini menuju ke Sukamara,” paparnya.
Begitu pula untuk di Pangkalanbun ke Sukamara. Akan segera disambungkan pula oleh unit di lokasi tersebut. Keberadaan interkoneksi dengan transmisi yang saling tersambung ini maka Kalimantan memiliki jaringan khusus. Ini sama halnya seperti di Jawa dan Bali.
“Kalau sekarang sistemnya masih berbeda-beda. Seperti Kalbar ada sistem Khatulistiwa, Kalteng sistem Barito, itu sistem besarnya. Kalau ini jadi satu maka sistem kita sama dengan Jawa dan Bali. Artinya secara kelistrikan pembangkit yang ada di Kaltim, Kalsel bisa suplai ke Kalbar, karena sudah tersambung. Demikian jika Kalbar tumbuh pembangkitnya, bisa menyuplai ke daerah Kalimantan lain, sebab jaringan menjadi satu dan pastinya sistem kita akan jauh lebih andal,” paparnya.
Kendati demikian, tak sedikit tantangan yang dihadapi dalam mewujudkan proyek ini. Misalnya saja terkait transmisi yang cukup panjang.
Rachmad menjelaskan, untuk transmisi yang digunakan tentu tidak sedikit. Seperti halnya dari Sukamara ke Kendawangan dengan panjang 300 KMS (kilometer sirkuit) maka dibutuhkan sekitar 450 tower.
“Tentu harus ada 450 tapak yang dibebaskan. Apalagi tanah Kalimantan ini memiliki jenis tekstur tanah yang unik seperti rasa tentu ada cara-cara tersendiri dalam penanganannya. Belum lagi ada jalur perbatasan dan perkebunan sawit, tentu banyak lagi tantangan yang harus kita selesaikan,” pungkasnya. (ova)