eQuator.co.id – Stasiun Poncol di Semarang dan Stasiun Cirebon di Cirebon sama-sama bangunan cagar budaya. Sama-sama mengalami renovasi. Tapi hasilnya berbeda.
Dulu, saat masih kuliah, antara tahun 1986 – 1991, hampir tiap hari saya ke stasiun yang diresmikan penggunaannya pada tanggal 6 Agustus 1914 itu. Kebetulan. Saya kos di Jalan Satria. Tak jauh dari stasiun. Saya punya usaha agen majalah di kos-kosan itu. Menggunakan nama jalannya: Satria Agency.
Stasiun Poncol dibangun berdasar gambar arsitek Henri Maclaine Pont, seorang arsitek berkebangsaan Belanda. Karya Pont yang satu ini mencuri perhatian dunia internasional pada zamannya. Karya arsitektur Stasiun Poncol pernah ikut ambil bagian dalam forum internasional Paris Exposition di Prancis pada tahun 1925.
Banyak yang berubah di Stasiun Poncol yang dibangun pada tahun 1914 itu. Terutama: interiornya. Saya tidak tahu apa istilahnya dalam seni arsitektur. Saya melihat pemandangan yang tidak lazim. Terutama di lobi utama.
Stasiun Poncol memiliki ciri interior tembok berlapis batu marmer yang ditempelkan menggunakan empat baut pada setiap sudutnya. Sayangnya, estetika dinding marmer itu rusak oleh kehadiran stiker digital printing berukuran raksasa bergambar sketsa dua objek wisata kota Semarang: Gereja Blenduk dan Vihara Sam Phoo Kong.
Pada dinding lobi bagian atas, ada papan iklan ukuran besar. Papan itu ditempelkan ke tembok menggunakan sekrup.
Lantai lobinya terlihat baru. Menggunakan bahan keramik. Lantai marmer yang lama, entah mengapa, tidak ada lagi. Sepertinya baru selesai direnovasi. Sayangnya, kontraktor lupa membuat saluran perkabelan di bawah lantai. Akibatnya, banyak jalur kabel yang menjulur di atas lantai.
Sebagai situs cagar budaya, renovasi Stasiun Poncol justru menghasilkan vandalism yang merusak keaslian bangunan itu sendiri.
Kondisi yang berbeda saya lihat di Stasiun Cirebon, Jawa Barat. Yang juga sama-sama bangunan cagar budaya. Stasiun Cirebon ini dibangun tahun 1920 berdasarkan karya arsitek Pieter Adriaan Jacobus Moojen (1879–1955) dalam gaya arsitektur campuran art nouveau dengan art deco.
Stasiun Cirebon baru-bari ini direnovasi. Bedanya, gaya arsitektur kolonialnya yang antic itu tetap dipertahankan. Pemasangan lampu warna-warni pada eksteriornya menjadikan stasiun tersebut tampak indah pada malam hari.
Sekarang, Stasiun Cirebon menjadi salah satu ikon kota yang sangat disukai turis dan penghobi fotografi. Siang maupun malam, stasiun ini selalu menjadi objek fotografi yang instagramable. (jto)