eQuator.co.id – Anak–anak yatim piatu di Aleppo dalam sebuah video meminta dievakuasi. Mereka terjebak di tengah peperangan kota Suriah.
Sebuah sumber dari Afkar Foundation, pengawas panti asuhan bawah tanah di Aleppo timur mengatakan kepada ABC bahwa anak-anak tidak mampu meninggalkan wilayah yang dikuasai pemberontak di wilayah itu setelah evakuasi warga sipil dan pejuang lainnya dihentikan, Jumat (16/12).
Anak-anak diminta untuk kembali ketika mereka mencapai pos pemeriksaan evakuasi. Pada bulan September, ABC membuat profil panti asuhan bawah tanah, di mana banyak anak-anak telah mencari perlindungan. Dalam pesan video yang direkam Rabu (14/12), anak-anak di panti asuhan memohon untuk dievakuasi setelah gencatan senjata antara pemberontak Suriah dan pasukan loyalis pemerintah.
“Hari ini mungkin menjadi hari terakhir Anda melihat saya dan mendengar suara saya. Tolong kami untuk keluar dari Aleppo,” kata seorang anak perempuan berusia 10 tahun dalam video tersebut, Sabtu (17/12) dilansir ABC.
Anak itu adalah satu dari 47 anak yang tinggal di panti asuhan. Anak-anak tersebut berusia antara 3-14 tahun yang kehilangan orang tuanya. Mereka berharap dapat dievakuasi bersama
“Kami ingin hidup seperti anak lainnya di dunia ini,” tuturnya lugu.
Seorang anggota Yayasan Afkar Yayasan mengatakan kepada ABC pada hari Kamis (15/12) lalu tidak mungkin untuk memindahkan anak-anak di sela pertempuran intensif.
Dia meminta tidak disebutkan namanya karena takut akan pembalasan oleh pasukan loyalis kepada Presiden Suriah Bashar al-Assad. Sebanyak 8.500 orang, termasuk 3.000 pemberontak dan 360 orang terluka. Mereka telah meninggalkan wilayah yang dikuasai pemberontak Aleppo timur di bus dan ambulans.
Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia di Suriah Elizabeth Hoff mengatakan Komite Internasional Palang Merah dan Suriah Bulan Sabit Merah diberitahu untuk meninggalkan daerah itu dan tidak diberi alasan mengapa evakuasi ditangguhkan. Televisi pemerintah Suriah menuduh pemberontak menembaki konvoi pengungsi di pos pemeriksaan.
Data organisasi PBB UNICEF menyebutkan konflik di Suriah telah menyebabkan krisis kemanusiaan terbesar sejak Perang Dunia II, dengan lebih dari 8 juta anak dalam bahaya. (Jawapos.com/JPG)