eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak menyelenggarakan diskusi publik tentang Politik Luar Negeri dan Penguatan Kerjasama Indonesia dengan Kawasan Pasifik di Aula Magister Ilmu Sosial Untan, Jumat (25/1).
Diplomat Ahli Utama, Direktorat Asia Timur dan Pasifik Kementerian Luar Negeri Ben Perkasa Drajat mengatakan, diskusi ini merupakan kegiatan rutin dalam rangka sosialisasi kinerja yang telah dilakukan Kemenlu mengenai politik dan kebijakan luar negeri. Sesuai tupoksi akan sharing hal terkait dengan diplomatik kawasan Asia Pasifik. “Beberapa negara yang paling besar Australia, Selandia baru, dan beberapa negara kecil,” ujar Ben dalam sambutannya.
Indonesia memiliki berbagai kepentingan di kawasan Asia Pasifik. Berbagai kunjungan meningkat signifikan serta kerjasama ekonomi semakin persepektif. Untuk kawasan Pasifik banyak Kemenlu memberikan beasiswa terutama di Australia.
“Kami berharap dapat berbagi informasi dan pengalaman. Dan kamu juga akan mendapatkan masukan mengenai potensi daerah yang akan dipromosikan ke luar negeri,” tuturnya.
Ben menuturkan, Indonesia termasuk negara pendonor dalam lingkup Pasifik Selatan. Dalam artian memberi uang kepada negara lain. Meskipun belum dalam jumlah besar. Posisi memberi dalam konteks goelogi politik strategis.
“Kita ada direktorat kerjasama teknik itu yang memberi bantuan. Itu penting. Indonesia yang bantu. Ekonomi juga bisa berjalan,” ucapnya.
Sementara itu, Dekan Fisip Untan Martoyo berharap dengan sering adanya kunjungan semacam ini dapat menguatkan Fisip Untan dalam menggencarkan prodi yang baru 5 tahun dibentuk yaitu hubungan internasional.
“Hubungan dengan negara luar juga memberikan dampak dengan wilayah Kalbar yang merupakan bagian dari negara yang berbatasan langsung dengan negara tetangga,” katanya.
Ia pun berharap mudah-mudahan hubungan ekonomi barang dan jasa bisa terus dikuatkan. Penguatan kerjasama ini bisa dikembangkan dengan kawasan Pasifik yang dulunya sedikit. “Dengan potensi yang kita miliki bisa kembangkan ke arah sana,” ungkap Martoyo.
Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Pemprov Kalbar Alexander Rombonang menilai jumlah penduduk yang besar bukan menjadi suatu patokan sebagai negara maju. Karena angka kemiskinan Kalbar saat ini masih berkisar 7,8 persen. Pertumbuhan ekonomi di Kalbar dari tahun 2011 hingga 2017 mengalami kenaikan. Apalagi pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi kita berada diatasnya nasional.
“Pendapatan daerah kita masih didominasi oleh sektor pertanian industri dan perdagangan. 2018 hingga 2023 kita memiliki pemimpin baru,” tutrnya.
Kenapa infrastruktur? Menurut Alex, karena masih banyak wilayah di Kalbar belum mendapatkan kondisi infrastruktur yang bagus. Potensi yang dapat digali di Kalbar seperti pertanian. Yang bisa ditawarkan keluar adalah ubi kayu dan ubi jalar. Kedelai masih sangat sedikit padahal masyarakat Kalbar adalah pemakan tempe dan tahu.
“Untuk potensi perkebunan masih didominasi oleh karet dan kelapa sawit. Kalau karet sebagian besar hasil pertanian rakyat kalau sawit 80 persen dari hasil perkebunan besar,” ucap Alex.
Di bidang Peternakan, Kalbar bisa ekspor cuma daging babi. Karena 60 persen kebutuhan daging babi didatangkan dari Kalbar. Selanjutnya potensi sumber daya mineral dan batubara. Karena saat ini masih ada lebih dari 50 persen potensi batu bara yang belum terdata. Untuk potensi kepariwisataan hampir seluruh daerah di Kalbar punya potensi. Namun beda dengan daerah luar yang sudah siap dieksplor.
“Artinya kita belum siap. Kemudian fasilitasnya, hotel berbintang hanya 34,” katanya.
Alex mengatakan, Kalbar merupakan daerah yang cukup terbuka. Baik dari sisi darat yang memiliki luas sekitar 900 km dan berbatasan langsung dengan Malaysia. Kemudian ada 3 PLBN. Tahun 2019 ini akan dibangun di Jagoi Babang dan Sintang. Sehingga Kalbar merupakan daerah terbuka yang bisa berhubungan langsung dengan internasional.
“Kita akan menambah pelabuhan dwikora yang sangat terbatas pada waktu tertentu kapal tak bisa masuk. Kita akan merencanakan pembangunan internasional di Kijing, Kabupaten Mempawah,” pungkasnya.
Laporan: Rizka Nanda
Editor: Arman Hairiadi