eQuator.co.id – Pontianak-RK. Masyarakat internasional sangat takjub terhadap Indonesia. Begitu banyak keberagaman di dalamnya, namun memiliki ikatan persatuan yang sangat kokoh.
“Indonesia sangat bhinneka, tapi sangat kokoh,” kata mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD saat Dialog Kebangsaan bertemakan ‘Merajut dan Merawat Kebhinekaan di Bumi Khatulistiwa Demi Masa Depan Bangsa’ di Hotel Mercure, Pontianak, Minggu (3/3).
Dijelaskan dia, dalam sebuah buku tulisan Antropolog asal Amerika Serikat, Clifford Geertz berjudul ‘The Integrative Revolution’ menyatakan, tidak mudah menjadi negara kebangsaan yang baru. Karena di dalam negara kebangsaan yang baru ada pertentangan. Tapi dibutuhkan. “Yaitu integrasi dan demokrasi,” jelasnya.
Adapun maksud integrasi adalah bersatu. Tanpa bersatu, negara hancur. Namun di saat yang sama, negara kebangsaan yang baru ingin demokrasi. “Integrasi menuntut otoriterisme. Menuntut pengekangan,” ucapnya.
Untuk negara berbhinneka layaknya Indonesia, tanpa pengekangan bisa bocor. Bisa pecah. Sedangkan demokrasi menghendaki kebebasan. “Harus ada kesempatan berpendapat,” sebut Mahfud.
Jadi, Indonesia butuh integrasi atau demokrasi? Menurut Mahfud, Indonesia butuh keduanya. Tanpa integrasi, maka akan hancur. Tapi tanpa demokrasi, akan otoriter. Tidak bebas. Padahal yang dipimpin itu banyak.
Ini lah yang dilihat Clifford. Indonesia adalah sebuah contoh yang bagus. Karena perbedaan di Indonesia dirawat oleh satu kesatuan kebangsaan. “Dalam sebuah ideologi yang disebut ideologi Pancasila,” jelasnya.
Clifford juga mencontohkan India. Memiliki sejarah yang sama dengan Indonesia. Yaitu sama-sama pernah dijajah. Masa-masa perjuangannya pun sama. Masa tahun 40-an. “Indonesia bisa bersatu, tapi India pecah,” tuturnya.
Saat itu Mahatma Gandhi mengatakan untuk menjadikan India sebagai bangsa yang besar. Dibangun dengan integrasi dan demokrasi. Namun tak lama pecah. “Karena asas demokrasi adalah bebas menentukan pilihan sendiri, maka saat itu Pakistan menyatakan merdeka,” pungkasnya.
Mengapa pecah India pecah? Dijelaskan Mahfud, karena bagi Pakistan, India untuk Hindu. Sedangkan Pakistan untuk Islam.
Tapi Indonesia tidak. Tidak terpecah karena agama. Mayoritas di Indonesia tidak sewenang-wenang. Semua bersatu demi kemerdekaan. “Itulah jasa para pendiri bangsa,” tukasnya.
Kemudian tahun 1971, Pakistan pecah juga. Lahirlah Bangladesh. Karena Bangladesh menganggap orang Pakistan sombong. “Bangladesh tidak pernah dibangun oleh Pakistan,” paparnya.
Makanya, Clifford menyebut Indonesia itu hebat. Punya keberagaman, tapi mau bersatu. Mempertemukan integrasi dan demokrasi.
Mengapa Indonesia bisa bersatu? Dijelaskan Mahfud, lantaran Indonesia memiliki geopolitik. Dibangun secara sadar para pendiri negara. Dimana semua bersatu dalam keberagaman.
Indonesia memiliki banyak pulau. 17.504 pulau yang terdaftar. Tak ada yang bisa mengalahkan banyaknya jumlah pulau Indonesia. Tapi bisa bersatu. Jumlah suku pun berbeda-beda. “Presiden bilang 700 lebih. Ada yang bilang 714. Data resmi 1.360 suku,” jelasnya.
Mahfud menegaskan agar tidak mengejek orang yang beragama. Hargai keyakinan mereka. Karena negara ini berasaskan ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’. “Menafsirkan agama selain dari tafsir aslinya diancam dengan penjara lima tahun. Sesuai dengan UU Nomor 5 Tahun 1969,” ujarnya.
“Pemerintah telah membina dan mengembangkan agama-agama yang ada di Indonesia. Agar penyimpangan agama tidak dikembalikan kepada agama induknya,” sambung Mahfud.
Diwawancara awak media usai memberi paparan, Mahfud mengatakan, pentingnya menjaga persatuan dalam keberagaman. Karena keberagaman fakta yang diciptakan Tuhan. “Seperti di Kalbar. Banyak sukunya,” sebutnya.
Ia menegaskan, dalam Pemilu seluruh warga wajib memilih. Karena Pemilu berbicara kesamaan kedudukan, kebebasan memilih dan menjaga persatuan. Jangan pecah hanya karena beda pilihan. “Tanggal 17 April nanti, silahkan memilih. Tanggal 18 kembali berangkulan. Itu yang paling pokok,” tuntas Mahfud.
Di kesempatan sama, Kapolda Kalbar Irjen Didi Haryono menyampaikan, saat ini tahun politik dan sedang tahapan kampanye. Pesta demokrasi tahun ini akan menjadi sebuah nilai yang besar. Menjamin aman dan suksesnya Pemilu, secara tidak langsung mengajarkan kepada masyarakat mengenai pentingnya empat pilar kebangsaan.
Menurutnya, Indonesia bangsa yang besar. Menopang semua elemen. Baik suku, agama maupun ras. Salah satunya adalah Kalbar. Terdapat 17 etnis besar. Keberagamaan ini adalah kekayaan terbesar yang dimiliki.
“Indonesia memiliki banyak suku, etnis, bangsa, namun tetap satu dalam naungan NKRI. Sehingga perlu untuk mendalami wawasan kebangsaan dalam kehidupan sehari-hari,” terangnya.
Ia mengungkapkan, tiap bulan diadakan forum lintas etnis. Terakhir diadakan etnis Banjar bersama tokoh lintas etnis. Semua etnis berkumpul.
“Kami ngobrol, ngopi bareng. Dengan begitu, bisa diketahui perkembangan yang terjadi di wilayah ini. Ada 174 kecamatan dengan 14 kabupaten dan kota di Kalbar. Inilah yang membuat Kalbar bisa bersatu,” tegas Didi.
Kapolda menceritakan, Pilkada Kalbar sempat dipandang sebagai provinsi dengan tingkat kerawanan nomor dua setelah Papua. Tingkat kerawanan Kalbar itu dinyatakan empat lembaga. KPU, Bawaslu, Kemendagri dan Mabes Polri. Namun dengan kebersamaan dan dibuat 29 deklarasi keamanan, akhirnya bisa dibalik. “Yang tadinya rawan, menjadi aman,” tutup Didi.
Gubernur Kalbar Sutarmidji yang turut hadir mengatakan, pembangunan di provinsi ini dilakukan berdasarkan kebutuhan. Ia mencontohkan Kabupaten Sintang. Saat Pilkada lalu, dirinya kalah di Sintang. Tapi Sintang pihaknya prioritaskan. Karena nantinya Sintang dipersiapkan untuk menjadi ibu kota Provinsi Kapuas Raya. “Tahun ini juga tengah dipersiapkan pembangunan gedung kantor Gubernur dan DPRD Kapuas Raya,” jelasnya.
Midji – sapaan karib Sutarmidji ini menceritakan ada sebuah baliho hilang, tapi dirinya yang disalahkan. Padahal hilangnya baliho merupakan tanggung jawab kabupaten/kota bersangkutan. “Bukan urusan provinsi,” ucapnya.
Lalu kata dia, keluar tagar #2024GantiMidji. Karena kebetulan baliho hilangnya di depan pendopo Gubernur. “Saya katakan, saya tidak tinggal di sana. Saya tinggal di rumah sendiri,” tuturnya.
Dikatakan dia, para politisi cengeng bisa merusak demokrasi. Kalau cengeng, jangan jadi politisi. Dia pun berkelakar, baliho hilang saja seperti orang kehilangan harta berharga. “Setelah ditelusuri, ternyata baliho itu melanggar aturan,” ucapnya.
Midji pun mengaku sudah menjelaskan ke orang yang punya baliho. Jangan sampai dirinya yang disalahkan. Bahkan, ia bilang ke Kapolda agar izinkan semua baliho berdiri di jalan-jalan. Tujuannya untuk pendidikan politik. “Tapi aturan harus diikuti,” lugasnya.
Midji kembali mengatakan jangan jadi politisi cengeng. Bila tidak siap jadi tim sukses, jangan ikut. “Lah, calon-calon presidennya senyum-senyum saja, dia yang ribut. Baliho hilang, ribut,” kelakar Midji lagi.
Selama pemerintahannya, Midji berjanji akan ada 400 desa mandiri yang dibangun. Ada banyak pihak yang siap mewujudkannya. Dirinya dibantu Kapolda Kalbar dan Pangdam XII Tanjungpura. “Saya yakin, pembangunan desa mandiri bisa tercapai,” tutup Midji.
Ketua Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kalbar Chairil Effendy mengatakan, kegiatan Dialog Kebangsaan ini merupakan kegiatan yang sangat bagus. Ia juga menjelaskan mengenai kegiatan yang sama dengan tema ‘Narasi Kebangsaan’. Kebetulan tuan rumahnya adalah masyarakat etnis Banjar. “Seperti yang dikatakan oleh Pak Mahfud tadi, keberagaman ini harus tetap dirawat terus-menerus,” tuturnya kepada Rakyat Kalbar.
Dijelaskan mantan Rektor Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak ini, sebuah bangsa memiliki proses yang tidak langsung jadi. Ada sebuah proses terus-menerus yang berjalan. Keberagaman harus dirawat, diperbaharui dan disegarkan kembali. “Oleh karena itu, saya menyambut positif kegiatan ini,” katanya.
Disinggung mengenai Pemilu 2019, Chairil mengimbau masyarakat, terutama masyarakat Melayu untuk menggunakan hak pilih. Terserah memilih siapa. Terpenting merawat kebersamaan. Tidak boleh hanya beda pilihan jadi berseteru. Tidak tegur sapa. “Jadi kita gunakan momen Pemilu dengan sebaik-baiknya,” imbau Chairil.
Senada disampaikan Sesepuh Paguyuban Jawa Kalbar Slamet Rahardjo. Dikatakannya, kegiatan ini sangat bagus dan memiliki tujuan melestarikan persatuan antar-etnis. Agar tidak terpengaruh politik agama dan suku. Kalau kebersamaan dilestarikan, akan menghilangkan konflik.
“Alhamdulillah, setiap bulan ada kegiatan forum antar-etnis. Masing-masing memberikan paparan, sehingga tercipta wawasan yang sama,” terangnya kepada Rakyat Kalbar.
Pertemuan lintas etnis yang rutin dilakukan pada dasarnya bisa menekan konflik. Dengan sering bertemu, secara psikologis akan tercipta rasa saling kenal. Hingga akhirnya tercipta wawasan kebangsaan.
“Bila terjadi konflik, ingat saja Sumpah Pemuda. Ingat saja Pancasila. Konflik tidak akan terjadi,” pesannya.
Menurutnya, benar sekali bila dunia mengagumi Indonesia. Tidak seperti beberapa negara yang pecah menjadi negara-negara kecil. Dia pun mengajak masyarakat khususnya suku Jawa di Kalbar untuk menjalani Pemilu dengan pikiran jernih. Jangan dengan rasa benci. Silahkan memilih dengan bebas. “Toh, selesai Pemilu kembali ke asalnya lagi. Tetapi tetap ingat Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika,” tutup Slamet.
Laporan: Bangun Subekti
Editor: Arman Hairiadi