Ilham Bagi Pemimpin Muda Asia

Dahlan Iskan Kisahkan Hidupnya

Dahlan Iskan.

SURABAYA–RK. Perjalanan hidup Dahlan Iskan menjadi inspirasi bagi pemimpin muda dari berbagai negara di Asia. Dia menjadi pembicara dalam forum South East Asia Leadership Academy (SEALA) di ruang Shima Hotel Majapahit, Sabtu (23/1).

Dahlan yang tampil dengan sepatu ket bertutur secara runtut mulai masa kecil hingga aktivitasnya sekarang. Dari anak keluarga buruh tani, menjadi wartawan, CEO PLN, menteri BUMN, hingga kegiatan bisnis sosialnya di bidang energi. Dia menceritakan tahap demi tahap di hadapan 32 peserta forum dari 9 negara tersebut.

Dahlan bercerita setelah tidak menjadi menteri dia memang ingin fokus pada kegiatan sosial. Dia memilih pengembangan bidang energi yang masih menjadi masalah utama di Indonesia. ”Karena pulau-pulau kecil banyak yang belum dialiri listrik,” ujar dia.

Energi listrik selama ini membutuhkan biaya besar. Tentu itu tidak akan cukup terjangkau bagi warga lokal dengan penghasilan kecil. Dahlan pun menemukan alternatif solusinya. Yakni, pohon kaliandra merah yang bisa diolah menjadi bahan biomassa penghasil listrik.

Penduduk lokal di pulau akan diajari menanam pohon kaliandra. Lantas, pohon tersebut dibeli. Penduduk punya uang untuk membeli listrik yang dihasilkan dari pohon itu. Cara itu berbeda dengan pola pikir pemerintah mengenai listrik saat ini. Warga harus membayar listrik tanpa tahu dari mana mereka mendapatkan uangnya.

”Ini hal baru untuk Indonesia,” ujar Dahlan.

Dahlan menuturkan bahwa dia sudah berjanji pada diri sendiri untuk tidak lagi mencari uang. Dia ingin mengabdikan dirinya untuk masyarakat setelah bisa melewati operasi ganti hati di Tiongkok. Termasuk saat dia menjadi CEO PLN dan menteri BUMN. Dahlan mengaku tidak mengambil gaji dan fasilitas negara seperti kendaraan dinas. ”Dan sekarang saya fokus ke socialpreneur,” ujarnya.

Kisah tersebut cukup memukau para peserta yang berasal dari berbagai latar belakang berbeda. Mulai dari pengusaha, lembaga swadaya masyarkat, dan pemerintah. Rata-rata usia mereka 30-45 tahun. Mereka berasal dari sembilan negara. Yakni Indonesia, India, Pakistan, Malaysia, Myanmar, Sri Lanka, Bangladesh, dan Singapura.

Kegiatan di Surabaya selama sepuluh hari itu menjadi pertemuan SEALA yang ketiga. Setelah sebelumnya berlangsung di India pada pertemuan pertama. Sementara SEALA kedua di Malaysia.

Pada saat sesi tanya jawab pun banyak peserta mengajukan pertanyaan pada Dahlan. Misalnya Jill Tanamal yang cukup kagum dengan sosok Dahlan. Dia baru sekali itu bertemu langsung dengan Dahlan dan tergugah dengan kisah yang dia ceritakan. ”Sosoknya menginspirasi,” kata perempuan lahir di Indonesia tapi kini menjadi warga Jerman itu.

Ia menuturkan, pada diskusi itu, dirinya pun sempat bertanya tentang motivasi diri sendiri atau latar belakang yang membuat Dahlan Iskan bisa sukses. Tapi, dalam diskusi tersebut memang Dahlan tidak menyebukan secara eksplisit. ”Tidak semua harus disebutkan. Tapi dari penjelasan itu bisa dirasakan dari penjelasannya,” ujar Jill Tanamal.

Prajna Murdaya, salah seorang alumnus SEAL angkatan II, menuturkan bahwa pertemuan selama sepuluh hari itu ditujukan untuk membangkitkan dan memperkaya karakter pribadi setiap peserta. Mereka akan kembali ke komunitas masing-masing dengan membawa ide dan semangat perubahan yang lebih baik. ”Tujuannya pada pengembangan diri untuk punya values yang jelas,” ujar dia.

Dia menuturkan, rata-rata peserta itu sudah punya pengalaman lama di bidang masing-masing. Setidaknya sampai sepuluh tahun. SEALA sebenarnya terbuka untuk siapa saja. Tapi, memang ada seleksi terlebih dahulu untuk masuk ke forum tersebut. ”Karena ini bukan sekadar acara formalitas pertemuan belaka,” ungkap dia.

Prajna menyebut bahwa Dahlan dipilih sebagai keynote spiker pada acara tersebut lantaran sosoknya yang begitu kuat dan menginspirasi. Dari orang desa menjadi menteri. ”Beliau juga bisa membuat masyarakat menjadi lebih baik,” imbuhnya. (Jawa Pos/JPG)