HUT ke-8, CU Bahtera Pindah Kantor Baru

POTONG KUE. Ketua Pengurus CU Bahtera, Hardi Situmorang memotong kue ketika perayaan ulang tahun CU Bahtera ke-8, Selasa (1/11) di PSE Keuskupan Agung Pontianak Jalan WR. Supratman. Gusnadi-RK

eQuator.co.id – Pontianak-RK. Di tengah maraknya bank umum dan BPR (Bank Perkreditan Rakyat), tidak menyurutkan Credit Union (CU) Untuk berkembang. Keberadaannya sekarang bahkan tumbuh pesat.

Salah satunya CU Bahtera. Selama delapan tahun perjalanannya di Kota Pontianak telah menyasar UMKM. “Sampai sekarang anggota sudah 635 orang dengan aset sudah Rp3,5 miliar,” ujar Ketua Pengurus CU Bahtera, Hardi Situmorang, usai peringatan HUT ke-8 CU Bahtera dan sekaligus syukuran pindah kantor baru di PSE Keuskupan Agung Pontianak, Selasa (1/11) di Jalan WR. Supratman No. 100.

Diakui Situmorang, selama delapan tahun beroperasi, banyak tantangan yang dilalui. Tidak sedikit masyarakat menolak apa yang pihaknya tawarkan. Namun penolakan itu tidak membuat tim CU Bahtera surut, sampai masyarakat menyadari pentingnya simpan pinjam. Sehingga CU Bahtera akhirnya mampu berkembang di tengah banyaknya bank umum dan BPR.

“Masterplan bisnis yang kita rancang setiap dua tahun merencanakan sampai 2017 anggota bisa mencapai 1000 orang, kemudian aset bisa mencapai Rp5 miliar-Rp6 miliar,” ungkapnya.

Menurut dia, banyaknya program CU Bahtera yang cukup sukses dan dapat diterima masyarakat. Namun, di momen HUT ke-8 ini, CU Bahtera merilis program baru yang disebut “Bahtera Ria”. Program ini berguna bagi nasabah jelang hari besar atau hari raya.

“Bahtera Ria memberikan solusi pada nasabah jelang hari raya yang terkadang kesulitan kebutuhannya hari raya itu sendiri. Makanya, kebahagiaan itulah yang bisa dipenuhi Bahtera Ria, sehingga keluarga bisa mempersiapkannya,” jelasnya.

Selama 8 tahun keberadaannya, banyak pelajaran yang bisa dipetik CU Bahtera guna mengembangkan bisnis keuangannya. Terutama, dalam menggarap UMKM yang memiliki keterbatasan.

“Masyarakat kurang mampu sebenarnya memiliki potensi, karena rata-rata masyarakat kurang mampu memiliki ekonomi mikro perlu dibimbing dan diberi masukan agar mereka bisa merasakan kesejahteraan dan kedamaian. Inilah yang ingin kami tanamkan,” papar Situmorang.

Sementara Dewan Penasehat CU Bahtera, Paulus Florus menyatakan, saat ini memang banyak persaingan bisnis keuangan. Hanya saja, berbagai regulasi di perbankan membuat UMKM tidak dapat memenuhinya. Peluang ini dimanfaatkan CU Bahtera untuk merangkul mereka dengan persyaratan yang sangat mudah.

“Kita tidak khawatir karena pendekatan kita berbeda. Kalau di BPR ada persyaratan formal, jaminan dan lain sebagainya, sehingga banyak masyarakat tidak mampu dan tidak bisa memenuhi itu semua,” lugasnya.

Menurutnya, dalam memberikan bantuan ke masyarakat khususnya pelaku UMKM harus dilakukan secara fleksibel namun tepat sasaran. “Kita tidak terlalu mementingkan administrasi, modalnya hanya percaya, jujur dan mau mengansur dan kita berikan pinjaman,” jelasnya.

Paulus menyarankan CU Bahtera lebih meningkatkan kinerja. Kuncinya memberikan pelayanan prima agar mudah menjangkau nasabah dan efisien.

“Intinya adalah mutu pelayanan yang selama ini keterbatasan SDM kita, jadi pelayanan jemput bola belum optimal dan ini menjadi catatan kita untuk dioptimalkan. Karena para pedagang misalnya, tidak bisa meninggalkan pekerjaan mereka dan minta dijemput baik itu tabungan dan angsuran mereka,” tutupnya. (agn)