eQuator – Pontianak-RK. Memperingati HUT Direktorat Polair ke 65 yang jatuh pada 1 Desember lalu, Kapolda Kalbar Brigjen Pol Arief Sulistyanto meminta jajaran Dit Polair menjadikan momen tersebut sebagai bahan dan wahana introspeksi.
“Mengetahui kekurangan, sehingga bisa memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya,” kata Kapolda Arief nya usai mengikuti rangkaian peringatan HUT Dit Polair, di Dermaga Dit Polair, Kamis (3/2).
Apa yang dilakukan Dit Polair, tentu akan selaras dengan kebijakan pemerintah, dalam membangun poros maritim. “Ini tugas Dit Polair, mendukung program pemerintah,” ujarnya.
Dalam momen itu, sebagai pucuk pimpinan Polri di Kalbar, Arief menargetkan, tak hanya kepada Dit Polair saja untuk meningkatkan kinerjanya, tetapi Direktorat lain. Dari penilaian Indeks Tata Kelola tahun lalu, Dit Polair berada diurutan paling bawah dari satuan lainnya. Kapolda berharap tahun depan Dit Polair berada di urutan paling atas, bisa mengalahkan satuan lainnya. “Walaupun kalau digabung secara total, kita (Polda Kalbar) berada di tingkat ketiga,” katanya.
Jika semua direktorat atau satuan dapat nilai baik, maka Polda Kalbar bisa mendapat peringkat satu. Untuk PR Dit Polair sendiri, kata Arief, banyak yang belum terselesaikan. “Dari kemampuan dan peningkatan jumlah personil, serta peralatan,” ucapnya.
Perayaan HUT Dit Polair ini, dirayakan secara sederhana tanpa dana ekstra, disiapkan oleh internal pula. Selain beragam musik, tarian tradisional serta drama kolosal yang ditampilkan, Wakil Direktur Polair Polda Kalbar, AKBP Andreas Widi Handoko ambil bagian untuk menghibur seluruh anggota Polda Kalbar. Widi bak bukan polisi air, melainkan aktor stand up comedy dan pesulap. Banyak pejabat utama Polda yang dikerjakan dengan trik sulapnya. “Ini adalah syukuran yang artinya berterimakasih kepada Tuhan, untuk memperbaiki rencana kedepannya. Tadi sulap itu hanya trik yang sifatnya menghibur saja dan memberikan pesan-pesan moral,” ujar mantan Kapolres Sekadau dan Singkawang itu.
Sulap yang dilakuakan Widi ini, mulai dari mengubah daun menjadi uang. Sehingga membuat Kapolda bercanda membawakan pohon kecil yang penuh dengan daun. Memutuskan tali yang sebagai alat penting anggota polisi di air, kemudian bisa tersambung kembali tanpa diikat. Mengubah air teh yang diibaratkan beban, bagaimana bisa menjadi air putih yang bersih dengan cara bekerjasama. “Sulap ini saya kemas dengan alat-alat berkaitan dengan tugas-tugas pokok Dit Polair,” katanya.
Widi menggeluti trik sulap ini hanya kebetulan saja. Disela-selanya menghibur anak di saat keluarga berkumpul. Ternyata menarik, dan dia kemas ini untuk menghibur anggota polisi lainnya. “Setidaknya bisa menjadi alternatif untuk memberikan pesan moral kepada anggota,” ungkap Widi. (oxa)