Hujan Es Hebohkan Warga Pontianak

eQuator.co.idPONTIANAK-RK. Warga Kota Pontianak dihebohkan hujan es, Rabu siang (8/8). Butiran es sebesar kerikil berjatuhan disusul hujan lebat.

Salah satu kawasan yang mengalami fenomena langka ini di Jalan M. Sohor, Rabu siang (8/8). Kejadian ini disaksikan Yanti, karyawan penjual tanaman hias.

“Awalnya angin kencang dulu, tiba-tiba ada bunyi di atap, terus ku bilang kawan, ternyata dilihat es semua. Kayak kerikil. Sekecil gini,” tutur Yanti  sambil menunjukan jari kelingkingnya kepada wartawan.

Yanti bersama temannya mengumpulkan butiran es tersebut. Lalu dimasukan ke dalam pot tanaman. Peristiwa yang disaksikannya itu tidak berlangsung lama. Diapun mengabadikan kejadian ini menggunakan ponsel pintarnya dan siaran langsung melalui akun facebook miliknya, Bintang Taurus.

“Tadi mereka yang di sebelah juga lihat. Nah, dipungutlah sama dia, banyak tadi. Tapi lima menit jak,” ujarnya.

Es berjatuhan dari langit sebelum hujan turun. “Hujannya belum ada, itu (es) duluan. Setelah itu baru hujan turun,” ceritanya.

Yanti mengatakan, fenomena ini bukan kali pertama dia saksikan. Setahun yang lalu juga pernah melihat hal serupa. “Setahun yang lalu pernah, di Sungai Jawi,” ucapnya.

Merasa penasaran rasanya, Yanti sempat mencicipi butiran es tersebut. Ternyata rasanya seperti batu es biasa. Tawar.

“Tadi saya makan esnya, kayak es batu, rasanya sama kayak es batu, tawar. Dikunyah renyah gitu,” tutur Yanti sambil tertawa.

Di Jalan Surya, Pontianak Selatan, Fahmi juga mengaku menyaksikan hujan es itu. Dijelaskannya, hujan es terjadi sekitar pukul 14.00 WIB.

“Ada bunyi batu jatuh dari atas loteng, saya kira reruntuhan apa yang jatuh dari atas. Sekali keluar cek batunya tidak ada tau-tau jatuh butiran es kecil-kecil kayak kerikil dipegang rasanya lumayan sejuk di tangan,” terang Fahmi.

Menurut pengamatan pria 23 tahun ini, kejadian kurang lebih selama 5 menit. Setela itu hujan deras normal. Dia pun sempat memperlihatkan video yang diambil oleh adiknya berdurasi 18 detik berisi butiran es batu di halaman belakang rumah. Dia mengaku belum pernah menyaksikan fenomena hujan es ini.

“Jadi saya heran kok ada hujan es. Karena selama ini tidak pernah ada hujan es. Saya sempat tanya kawan di Kota Baru hujan biasa saja, di daerah Rasau baru mendung,” jelas Fahmi.

Hujan es juga menghebohkan sosial media. Sebab beberapa akun di Instagram memposting video yang berisi beberapa anak muda heboh dengan adanya hujan es, Rabu (8/8). Berdasarkan keterangan caption, fenomena alam itu terjadi disekitar jalan Purnama, Pontianak Selatan.

Komentar pun membanjiri postingan itu. “Dah biase terjadi di Pontianak, tahun lalu juga ada,” tulis akun @anderryanherrera.

“Di Ampera hujan es batu,” timpal @muhammad_rizal2829.

“Cuaca lagi aneh ni di tengah2 bumi (red;khatulistiwa) pun bise ade ujan es,” ungkap akun @fakhryirfan.

Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Supadio Pontianak, Sutikno menjelaskan kejadian hujan es disertai angin kencang di Kota Pontianak dan sekitarnya ini. Dijelaskannya, sekitar pukul 12.30 WIB  telah terbentuk awan Cumulonimbus di Kota Singkawang. Awan Cumulonimbus ini telah menyebabkan terjadinya angin kencang yang disertai dengan hujan intensitas ringan hingga sedang. Awan ini bergerak sangat cepat. Secara umum wilayah yang dilewati awan cumulonimbus ini hanya sekitar 5 hingga 10 menit kejadian angin kencang dan hujannya.

Dari hasil analisa radar cuaca, setelah Singkawang, angin kencang ini bergerak menuju Kabupaten Bengkayang, Mempawah,  Landak, Kota Pontianak hingga Kabupaten Kubu Raya. Tercatat di Stasiun Klimatologi Mempawah kecepatan angin mencapai hingga 20 knot (sekitar 36 km/jam). Sedangkan di Stasiun Meteorologi Maritim Pontianak mencapai 23 knot (sekitar 41 km/jam) dan di Stasiun Meteorologi Supadio mencapai 20 knot (sekitar 36 km/jam). “Menurut laporan warga, selain angin kencang juga terjadi hujan es di Kota Pontianak,” sebutnya.

Hasil analisa menggunakan radar cuaca memang terdapat awan sangat kuat yang diindikasikan sebagai hujan es di Kota Pontianak sekitar pukul 13.22 WIB. Hujan es ini merupakan fenomena cuaca alamiah yang biasa terjadi. Hujan lebat dan hujan es disertai kilat atau petir serta angin kencang berdurasi singkat lebih banyak terjadi pada masa transisi (musim pancaroba). Baik dari musim kemarau ke musim hujan dan sebaliknya. “Atau pada saat terjadi pemanasan yang sangat kuat akibat beberapa hari tidak hujan,” terangnya.

Sutikno memaparkan, indikasi terjadinya hujan lebat atau hujan es disertai kilat, petir dan angin kencang berdurasi singkat. Sehari sebelumnya, udara pada malam hingga pagi terasa panas dan gerah. Hal tersebut diakibatkan adanya radiasi matahari yang cukup kuat. Ditunjukkan oleh nilai perbedaan suhu udara antara pukul 10.00 dan 07.00 LT (> 4.5°C). Disertai dengan kelembaban yang cukup tinggi ditunjukkan oleh nilai kelembaban udara di lapisan 700 mb (> 60%).  Mulai pukul 10.00 terlihat tumbuh awan Cumulus (awan putih berlapis-lapis). Di antaranya, ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu-abu menjulang tinggi seperti bunga kol.

“Tahap berikutnya awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi abu-abu/hitam yang dikenal dengan awan Cb (Cumulonimbus),” jelas Sutikno.

Pepohonan, dahan atau rantingnya mulai bergoyang cepat. Terasa ada sentuhan udara dingin disekitar tempat berdiri. Biasanya hujan yang pertama kali turun adalah hujan deras tiba-tiba. “Apabila hujannya gerimis, maka kejadian angin kencang jauh dari tempat kita,” sebutnya.

Jika 1 sampai 3 hari berturut-turut tidak ada hujan pada musim transisi/pancaroba/penghujan, maka ada indikasi potensi hujan lebat yang pertama kali turun. Diikuti angin kencang baik yang masuk dalam kategori puting beliung maupun yang tidak.

Sifat-sifat puting beliung atau angin kencang berdurasi singkat, yaitu sangat lokal, luasannya berkisar 5 – 10 km. Waktunya singkat sekitar kurang dari 10 menit. Lebih sering terjadi pada peralihan musim (pancaroba). Lebih sering terjadi pada siang atau sore, dan terkadang menjelang malam.

Bergerak secara garis lurus. Tidak bisa diprediksi secara spesifik. Hanya bisa diprediksi 0.5 – 1 jam sebelum kejadian jika melihat atau merasakan tanda-tandanya dengan tingkat keakuratan < 50 %.

“Hanya berasal dari awan Cumulonimbus (bukan dari pergerakan angin monsoon maupun pergerakan angin pada umumnya), tetapi tidak semua awan Cumulonimbus menimbulkan puting beliung. Kemungkinannya kecil untuk terjadi kembali di tempat yang sama,” tutup Sutikno.

Terpisah, Prakirawan BMKG Maritim Pontianak, Randy Ardiyanto menuturkan, di Pelabuhan Pontianak pukul 13.00 WIB tercatat kecepatan angin sekitar 23 knot. Di wilayah perairan memang ada awan Cumulonimbus di sekitar Pontianak. Itu bisa menyebabkan potensi hujan es, tapi dalam durasi yang singkat. “Dari pantauan kami, dia bergerak ke arah tenggara,” paparnya kepada sejumlah wartawan di kantornya

Disampaikannya, prakiraan gelombang di wilayah perairan Kalbar dalam tiga hari kedepan yaitu dalam kategori rendah hingga sedang.

“Kategori sedang itu di laut Natuna utara, ketinggian gelombang di wilayah tersebut mencapai 0,75 – 2,5 meter untuk tiga hari kedepan,” paparnya.

Sementara untuk kategori rendah, di wilayah perairan pesisir Kalbar seperti di wilayah Kabaputen Sambas, Singkawang, Ketapang, Pontianak. Ketinggian gelombang berkisar 0,1 – 1 meter. “Sedangkan di perairan Selat Karimata, Kepulauan Anambas, Laut Natuna berkisar 0,5 – 1,5 meter,” ujarnya

Sementara arah dan kecepatan angin di perairan Karimata bertiup dari  tenggara hingga barat daya. Kecepatan angin berkisar antara 2 – 20 knot.

Di wilayah perairan, diprediksi umumnya adalah berawan. Kecuali di wilayah laut natuna utara dan perairan Kepulauan natuna ada potensi hujan ringan. “Perairan sekitar Pontianak, laut natuna dan selat Karimata kita prediksi berawan dalam tiga hari kedepan,” tutupnya.

 

Laporan: Ambrosius Junius, Rizka Nandaa

Editor: Arman Hairiadi