eQuator – Upaya memberantas peredaran narkoba di Indonesia terus dilakukan. Termasuk pemberantasan peredaran narkoba yang dikendalikan dari balik jeruji besi yang masih marak terjadi nyaris di seantero lapas negeri ini.
Modusnya pun beragam. Mulai dari keterlibatan jaringan narkoba internasional sampai dengan keterlibatan oknum petugas lapas yang ikut mencicipi nikmatnya pragmatisme peredaran narkotika di dalam penjara.
Ironis memang, lapas yang sejatinya sebagai lembaga pemasyarakatan bagi para narapidana untuk mendapatkan pembinaan sekaligus dibekali dengan berbagai keterampilan supaya bisa mengasah skill sebagai bekal napi sebelum kembali ke tengah-tengah masyarakat, ternyata malah menjadi sarang peredaran narkotika.
Bahkan, menjadi lokasi strategis tempat bersembunyi bandar, bahkan gembong narkotika untuk memuluskan jaringan mereka.
Bagaimana solusi kongkret yang sejatinya bisa dilakukan pemerintah dalam menangkal maraknya peredaran narkotika di lapas-lapas di negeri ini? Serta apa saja kendala maupun tantangan yang harus dihadapi? Simak wawancara wartawan Rakyat Kalbar, Gusnadi bersama Sekretaris Komisi A DPRD Kota Pontianak, H. Suarmadjat, ST selengkapnya; Selasa (1/12).
+Bagaimana Anda melihat maraknya peredaran narkotika di lapas?
-Ini adalah satu dari sekian banyak bukti nyata bahwa biarpun pelaku di dalam lapas, tetapi tetap saja bisa menggerakkan peredaran narkoba dari balik jeruji besi. Bukannya malah tobat, justru tambah beringas.
+Keberadaan serta penggunaan HP secara bebas di dalam lapas dituding sebagai salah satu sarana penunjang para bandar dalam berkomunikasi dengan pihak luar? Pendapat Anda?
-Mengenai kenapa masih bisa berkomunikasi dengan pihak luar, saya pastikan penyebabnya adalah keberadaan handphone di dalam lapas. Yang perlu dipertanyakan di sini bagaimana pengawasan di dalam lapas? Kenapa bisa narapidana memiliki handphone. Bukankah ada penjagaan yang memeriksa setiap yang orang berkunjung, tetapi kenapa barang itu bisa masuk serta dipergunakan oleh para napi untuk berkomunikasi.
+Menurut Anda apakah ada kongkalikong antara penghuni lapas dengan petugas sipir?
-Kalau benar bisa lepas begitu, tidak menutup kemungkinan ada kerja samanya. Terlebih pemeriksaan itu dilakukan cukup ketat, tidak mungkin bisa lepas lagi, tapi kenyataannya demikian.
+Apakah karena praktik suap atau sopoy sehingga HP kerap berseliweran di dalam lapas?
-Dalam kasus yang baru terjadi mungkin saja tidak. Tapi banyak kasus yang sudah-sudah, bukannya di luar mereka menjalankan aktivitasnya, melainkan di dalam lapas narkoba itu bisa keluar. Coba bayangkan, bagaimana hal itu bisa tidak ketahuan. Oke kalau kiranya lepas dari pemeriksaan, tetapi bagaimana saat mereka usai menggunakannya, itu sudah pasti ketahuan.
+Apa solusi yang Anda tawarkan?
-Melihat dari penjelasan kepala lapas, setiap kali mereka melakukan razia di internal lapas, banyak menemukan handphone yang kemudian dibakar. Ini langkah bagus sekali. Namun pembenahan internal, khususnya sipir yang melakukan penjagaan harus benar-benar diberikan pemahaman. Supaya hal seperti ini jangan sampai terus terjadi dan terjadi.
+Selain itu, pembinaan khusus terhadap penghuni lapasnya sebaiknya seperti apa?
-Nah, ini yang juga harus diperhatikan. Memang benar sudah ada berbagai pembinaan yang dilakukan, seperti kerajinan dan sebagianya. Tapi bagaimana bisa membuat mereka sadar terkait apa yang dilakukannya, itu bukan hanya merugikan yang bersangkutan saja, melainkan orang banyak, itu yang belum maksimal. Saya melihat mereka secara formal untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, mereka di tahan. Tetapi ternyata hal itu tak membuat mereka sadar. Bahkan, kembali lagi melakukan kasus yang sama. Pembinaan spiritual mereka harus lebih digencarkan lagi.
Oleh karena itu, pengetatan penjagaan serta pemeriksaan secara intens terhadap para penghuni lapas perlu terus ditingkatkan. Sinergitas dengan melakukan kerja sama dengan pihak lain, seperti membentuk tim gabungan dengan stakeholder yang memiliki wewenang perlu dilakukan guna di masa mendatang. Hal itu penting guna menekan angka peredaran narkotika di dalam penjara.
Reporter: Gusnadi
Redaktur: Andry Soe