eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang melanda Kalbar berdampak terhadap dunia usaha. Salah satunya travel agent perjalanan.
Ketua Association of the Indonesia Tours and Travel Agencies (Asita) Kalbar, Nugroho Henray Ekasaputra sangat menyayangkan kondisi kabut asap yang selalu terjadi setiap tahunnya ini.
“Sebab ini terjadi bukan baru kali ini saja, dan tentu sangat berdampak, bagi kita pelaku usaha yang bergerak di bidang jasa transportasi,” ujarnya, Minggu (26/8).
Kabut asap ini membawa masalah bagi usaha mereka. Tak sedikit penumpang yang komplain akibat pesawat delay. Lamanya delay bermacam-macam. Selaku penjual tiket pesawat, mereka juga kena imbas komplain penumpang. “Tentu kami berupaya menjelaskan bahwa jarak pandang pesawat ke bandara terganggu akibat asap, sehingga mau tidak mau delay,” sebutnya.
Pihaknya berharap pemerintah bisa segera menanggulangi kabut. Terpenting lagi, jangan sampai ke depan kejadian serupa terulang. Pemerintah mesti bisa mengantisipasinya. Lokasi dan pelaku pembakar lahan mengakibatkan kabut juga sudah bisa ketebak. “Untuk penumpang kami meminta dengan kondisi seperti ini tentu agar bersabar saja,” pungkas Henray.
Sementara salah seorang pemilik Biro Perjalanan Wisata di Kota Pontianak, Anton mengatakan, walau terjadi kabut asap penjualan tidak terjadi penurunan yang siginifikan. Namun tidak pula melonjak naik. “Tidak berpengaruh pada penjualan, baik itu tiket pesawat maupun kapal,” jelasnya.
Namun tentu rasa khawatir penumpang pasti ada. Tapi karena kebutuhan pribadi atau pekerjaan, mau tidak mau menggunakan transportasi tersebut.
“Banyak penumpang membeli tiket lantaran terdesak. Seperti karena adanya pekerjaan yang menuntutnya harus bepergian keluar daerah,” ulas Anton.
Kabut asap ternyata juga tidak berpengaruh pada tingkat hunian hotel di Kota Pontianak. “Dari beberapa hotel yang dihimpun oleh PHRI sejauh ini terkait kabut asap belum ada pengaruhnya terhadap hunian hotel,” jelas Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kalbar, Yuliardi Qamal.
Yang terjadi hanya adanya keterlambatan dan pembatalan tamu menginap. Lantaran beberapa maskapai penerbangan mengalami delay. Sehingga juga berpengaruh pada kedatangan tamu. “Namun hal ini terjadi tidak di seluruh hotel. Hanya beberapa, tidak terlalu banyak,” tuturnya.
Tingkat hunian hotel biasanya juga dipengaruhi kondisi maskapai penerbangan. Apabila arus transportasi udara lancar, tentu kehadiran tamu menginap di hotel juga lancar. Kecuali bandara di tutup, pasti berpengaruh besar terhadap kehadiran tamu yang menginap di hotel. “Sebab rata-rata tamu yang menginap juga berasal dari luar Kalbar. Dan bersykur sampai sejauh ini hunian kita masih angka 56 persen,” demikian Yuliardi.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan bahwa titik panas yang terpantau di beberapa wilayah seperti Kalbar dan Sumatera Selatan (Sumsel) terpantau terus mengalami penurunan. Berdasarkan pantauan satelit, tersisa 190 titik panas per tanggal 25 Agustus.
Kepala Human BMKG Hary Tirto Djatmiko mengungkapkan bahwa titik api pada 25 Agustus adalah yang terendah kedua. Ada sedikit peningkatan dari sehari sebelumnya (24/8) yang mencatatkan jumlah titik api sebanyak 178 titik. “Terbanyak adalah pada tanggal 22 Agustus yakni 1052 titik,” katanya, Minggu (26/8).
Dalam sepuluh hari terakhir, Kalbar mencatatkan jumlah titik api terpanas yakni 2882 titik. Setelah itu disusul oleh Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) sebanyak 874 titik serta Riau dengan jumlah 338 titik.
Hary optimistis bahwa pengendalian Karhutla untuk wilayah kalimantan akan semakin mudah. Karena pada dasarian akhir bulan Agustus sampai awal bulan September terdapat peluang curah hujan yang cukup besar di wilayah kalimantan bagian barat dan utara. Pontesi curah hujannya ada yang 50 milimeter bahkan 100 milimeter. “Jadi dengan adanya potensi hujan ini titik panas bisa diminimalisir,” jelasnya.
Menurut BMKG, wilayah dengan curah hujan tinggi berpeluang di pesisir Sumatera bagian selatan mulai Sumbar sampai Bengkulu, bagian barat Kaltara dan Kaltim, bagian timur Kalbar, bagianutara Sulbar, sebagian besar Papua.
Meski demikian Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Rafles B. Panjaitan mengungkapkan bahwa operasi penaburan benih untuk hujan buatan masih akan terus dilakukan untuk menjamin dan meyakinkan bahwa hujan akan tetap terjadi.
Selain itu, meski titik panas sudah turun KLHK belum ada rencana untuk menarik atau mengurangi kapasitas operasi satgas Manggala Agni ”Sampai prediksi BMKG menyatakan aman atau musim hujan tiba. Sepanjang masih musim kemarau terus dilakukan patroli terpadu dan patroli rutin,” jelasnya.
Laporan: Nova Sari, Jawa Pos/JPG
Editor: Arman Hairiadi