eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Bank Indonesia Kalbar belum ada melakukan kajian ekonomi dampak kebakaran dan lahan (Karhutla). Namun dipastikan berpengaruh besar terhadap perekonomian Kalbar.
“Sejauh ini untuk kajian BI terhadap Kar
hutla belum ada,” kata Kepala Kantor BI Kalbar, Rabu (15/8).
Karhutla kata dia, tidak hanya menjadi isu daerah. Melainkan nasional. “Pengaruhnya sangat besar, seperti dari segi distribusi logistik,” ucapnya.
Karhutla yang menyebabkan asap pekat tentu menghalangi jarak pandang pengemudi yang mengangkut logistik. Misalnya kapal laut atau pesawat yang mengangkut logistik. “Ini juga berpengaruh terjadinya inflasi,” jelasnya.
Baca Juga: Karhutla ‘Tradisi’ Musim Kemarau
Persoalan kabut asap di Kalbar bukan baru kali ini saja terjadi. Namun berulang. Upaya yang dipersiapkan BI menghadapi dampak Karhutla memitigasi risiko. “Dalam kajian BI kita ada namanya risiko, dimana faktor-faktor yang bisa mempengaruhi,” ungkapnya.
“Artinya bisa tidak terjadi dan bisa terjadi terkait ekonomi kedepan, salah satu risiko seperti Karhutla,” timpal Prijono.
Karhutla masuk dalam kategori risiko, sebab pengaruhnya terhadap inflasi. Untuk risiko ini tidak semua daerah memiliki problem yang sama. Seperti Kalbar yang memiliki tanah gambut, sehingga memiliki potensi besar terbakar.
“Kita melihat dampak yang sangat besar berpengaruh pada penyisihan harga. Utamanya komoditas yang sudah ditetapkan oleh pemerintah,” papar Prijono.
Senada disampaikan Pengamat Ekonomi dari Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak, Ali Nasrun, Karhutla bukan persoalan baru di Kalbar. Walau terus berulang terjadi, pemerintah masih belum menemukan solusi tepat mengantisipasinya. Padahal kabut asap akibat Karhutla berdampak besar. “Salah satunya menghambat transportasi,” ujarnya.
Kabut asap mengakibatkan jarak pandang berkurang. Sehingga beberapa usaha tranportasi memutuskan tidak beroperasi. “Kabut asap juga berakibat terhadap biaya produksi semakin tinggi, tentu hal tersebut juga menjadi pertimbangan mereka,” katanya.
Baca Juga: Tangani Karhutla Jangan Ada Istilah Ribet
Karhutla kerap dihubungkan dengan perusahaan nakal. Ada pula tudingan terhadap cara petani membersihkan lahan.
“Pertanyaan ini sudah seperti lingkaran setan. Artinya apabila kita tidak bisa menyediaan lapangan pekerjaan yang baik, tentu salah satu dampak yang terjadi adalah seperti ini,” tuturnya.
Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk jangka panjang adalah dengan melakukan perubahan dari sisi pola kerjanya. Baik di perkampungan maupun perusahaan skala besar.
“Sehingga dengan demikian mereka tidak membakar, atau usaha lain yang tidak ada urusan bakar lahan,” sebutnya.
Sebenarnya sambung dia, larangan membakar lahan sudah diberlakukan sejak zaman Belanda. “Dulu tidak boleh lahan dibakar,” jelasnya.
Kalaupun boleh sambung Nasrun, namun dilakukan secara bertahap. Tidak boleh serentak. “Apalagi dulu orang yang bertani sedikit, tidak seperti sekarang,” tuturnya.
Dia menilai, teknik teknologi pengolahan lahan harus diubah. Akan tetapi, perubahan itu harus memiliki dampak yang dapat dimanfaatkan oleh petani. Misalnya kayu yang ditebang, dipotong-potong dijadikan serbuk dan kertas. Sehingga memiliki nilai ekonomi. “Pada akhirnya tidak perlu membakar, tebang kayu bisa jadi duit,” sarannya.
Sejauh ini, pemerintah sudah berupaya menanggulangi Karhutla yang kerap terjadi di lahan gambut. Salah satunya dengan menggelontorkan dana setengah miliar untuk bibit nanas. Bahkan membangun pabrik nanas di kawasan Rasau jaya.
“Namun setelah bibit diberikan, sampai saat ini nanasnya tidak berbuah-buah, hanya sebiji-sebiji, bahkan pabrik yang dibangunpun terbengkalai menjadi besi tua. Artinya program yang dibuat tidak tuntas,” jelasnya
Pemilihan tanaman nanas, lantaran dapat hidup di lahan gambut. Tidak hanya sekali, bahkan dapat tumbuh berkali-kali ditempat yang sama dengan mudah. Hal ini dilakukan sebagai upaya pemerintah menanggulangi pengolahan lahan dengan cara membakar. “Jangan bilang bakar lahan karena kearifan lokal, sebab yang namanya kearifan tidak harus merusak,” demikian Nasrun.
Baca Juga: Sungguh Berharap Karhutla Ini Segera Berlalu
Terpisah, Wakil Bupati Sambas Hj. Hairiah mengungkapkan, di wilayahnya sudah dijumpai hotspot. Untuk itu, dia mengimbau masyarakat tidak membuka lahan dengan cara dibakar. Karena musim kemarau seperti ini sangat mudah terbakar, apalagi lahan gambut. “Karena bisa saja menyebabkan kebakaran yang luas,” ujarnya, Rabu (15/8).
Ditegaskan Hairiah, sanksi pidana menanti pelaku yang menyebabkan kebakaran lahan cukup berat. Masyarakat diimbau bersama-sama Pemda, TNI dan Polri turut serta dalam penanggulangan Karhutla. “Kita selalu menegakkan hukum bagi masyarakat atau pelaku yang sengaja membakar lahan. Aturannya sudah jelas dan akan dikenakan pidana,” tuturnya.
Karhutla mengakibatkan kabut asap di Kota Pontianak kian tebal. Kualitas udara pun menjadi buruk. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Kota Pontianak menggelar aksi damai di Digulis Universitas Tanjungpura (Untan), Rabu sore (15/8).
Kaum intelektual muda ini turun kejalan sebagai bentuk solideritas terkait keadaan udara yang memburuk di Kota Pontianak dampak Karhutla beberapa hari terakhir. Sebelum berorasi, mereka menyanyi lagu Indonesia Raya. Aksi dikawal kepolisian. Lalulintas tetap ramai lancar.
“Aksi ini Sebagai bentuk solidaritas kita. Karhutla ini menyebabkan kerugian-kerugian besar,” kata sang orator dengan lantang.
Selain kepada puluhan peserta aksi damai, orator juga menyampaikan kepada pengendara yang melintas. Mereka turun ke jalan karena harus kritis terhadap segala persoalan. Menjadi garda terdepan menyuarakan rintihan masyarakat.
Selain kerusakan lingkungan, Karhutla berdampak ke berbagai sektor. Seperti perekonomian, perhubungan (transportasi) serta kesehatan. “Masyarakat sangat dirugikan,” ujarnya
Secara bergantian mereka menyampaikan orasinya. Mereka juga menuntut pemerintah berbuat banyak terkait masalah ini. Menangkap pelaku Karhutla dan ditindakan tegas. Berbagai poster berisikan tuntutan mereka bentangkan. Salah satu tuntutan, ‘Tangkap Oknum Yang Segaja Bakar Hutan’.
Selain tuntutan, mereka juga mengajak masyarakat menjaga hutan. Tidak membakar hutan dan lahan. “Kepada pemerintah dan institusi terkait untuk menindaklanjuti pelaku pembakar,” tuntut pendemo.
Baca Juga: Kapolsek dan Danramil Bonti Gelar Patroli Karhutla
Koordinator aksi, Muhammad Hakiki menuturkan, HMI Kota Pontianak turun ke jalan memenuhi panggilan, seruan dan rintihan masyarakat yang saat ini dilanda kabut asap. Kabut asap telah dampaknya sangat besar. Dapat menganggu hubungan internasional dengan negara jiran. “Seperti Malaysia dan Singapura, sangat dirugikan,” ujarnya kepada wartawan di sela-sela aksi.
Belum lagi ditinjau dari segi ekonomi. Berapa anggaran yang dikeluarkan pemerintah untuk menanggulangi Karhutla ini. “Seandaainya kabut asap ini semakin menjadi, bisa mengganggu proses belajar mengajar,” ujarnya.
Karhutla pasti ada pelakunya, baik dilakukan secara individu maupun kelompok. Secara individual, masyarakat membakar lahan hanya untuk mencari nafkah, namun dapat merugikan orang banyak. “Yang kelompok meskipun dia mendapat izin, tapi harus melihat yang merasakan dampaknya,” tutup Hakiki.
Laporan: Nova Sari, Sairu, Ambrosius Junius
Editor: Arman Hairiadi