eQuator – Kabar buruk bahwa ribuan anak-anak buruh migran Indonesia yang tidak sekolah di jiran Malaysia, makin menjauhkan anak bangsa dari cinta negeri. Siapa peduli dengan ketika orangtua mereka sendiri kerap ditimpa problema sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI) baik legal maupun ilegal?
Untunglah, masih ada Tentara Nasional Indonesia (TNI) melalui Indonesia Leason Officer (ILO) ambil perhatian. Perwira ILO di Kota Kinabalu, Mayor Kav Jemmy Sitorus punya inisiatif bersama Bintara ILO TNI Sertu Joko dan Perwira ILO TNI Tawau Kapten Inf Yoso Sudiro, tak ingin anak-anak di negeri orang makin jauh dari merah putih.
“Karena itu kita memberikan pembekalan wawasan kebangsaan dan pengetahuan pendidikan bela negara kepada mereka,” tutur Jemmy.
Sebuah lembaga pendidikan yang didirikan untuk mendidik para anak-anak buruh migran Indonesia yang ada di Sabah Malaysia, menyelenggarakan Jambore.
Pesertanya berasal dari perwakilan siswa CLC (Community Learning Center) berjumlah sekitar 660 anak diberikan pembekalan dan pengajaran sebelum untuk mengikuti Jambore Anak Indonesia se-Malaysia ke-2 yang digelar 10-13 November 2015 di Nature Scout Park, Sandakan-Sabah, Malaysia Timur.
“Para Perwira ILO TNI di sana mengupas tuntas tentang makna pentingnya wawasan kebangsaan dan bela negara kepada para peserta,” katanya melalui
siaran pers Bagian Penerangan Kodam XII Tanjungpura, Minggu (15/11),
Kesadaran para buruh migrant untuk memberikan wawasan kebangsaan di jiran tentulah sebatas rindu tanah air saja. Karena itu, para perwira ILO justru merasa berkepentingan lantaran mereka sedang tidak berada di negeri sendiri.
“Pemahaman ini sangat penting dan vital untuk mewujudkan keutuhan bangsa yang sudah mulai memudar. Dalam hal rasa cinta Tanah Air dan penghargaan terhadap bangsa dan Negara,” tutur Jemmy.
Jangankan di luar negeri, pudarnya rasa nasionalisme bisa terjadi akibat pemahaman dan kepedulian masyarakat kita akan wawasan kebangsaan semakin minim.
“Terlebih dalam kondisi saat ini, dimana sebagian masyarakat Indonesia terutama generasi muda yang sudah tidak paham lagi tentang pilar kehidupan berbangsa dan bernegara. Akibatnya, timbul berbagai permasalahan kebangsaan di negeri ini,” tambahnya.
Contoh kecil mulai terkikisnya rasa kebangsaan, tawuran antar pelajar, demo dengan pembakaran bendera merah putih, pengrusakan sarana umum, pelajar yang mengeroyok pekerja pers, pemboman di rumah ibadah, perselisihan antar kelompok masyarakat, antar golongan, antar agama, dan antar etnis. “Dan banyak lagi permasalahan bangsa ini yang tidak mampu sadar dengan sendirinya,” katanya.
Materi bela negara diberikan sebagai modal dasar generasi muda untuk membantu menjaga keutuhan wilayah NKRI suatu saat nanti bila negara membutuhkan.
“Landasan hukum yang mengatur tentang Bela Negara tercantum dalam UUD 1945 Bab X Pasal 27 Ayat (3) yang berbunyi, bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya Bela Negara,” kata Mayor Kav Jemmy Sitorus.
Dia memuji gerakan Pramuka sebagai bagian dari komponen cadangan dalam sistem pertahanan negara juga harus turut dalam upaya bela Negara. Bila sewaktu-waktu dibutuhkan oleh Negara, seluruh anggota Pramuka harus siap digunakan kemampuannya.
“Maka dari itu perlu diadakannya latihan pendidikan dasar bagi para anggota Pramuka. Untuk menanamkan nilai-nilai disiplin dan mental kejuangan dalam kehidupannya, sehingga akan tercipta anggota Pramuka yang sekaligus pelajar yang dapat dipertanggungjawabkan sikap dan perilakunya,” katanya.
Sejalan dengan Tugas Pokok TNI dalam Operasi Militer Selain Perang (OMSP), salah satunya memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini sesuai dengan sistem pertahanan semesta.
“Semua komponen masyarakat harus bertanggung jawab dalam melakukan pemasyarakatan wawasan kebangsaan dengan cara sendiri misalnya melalui mediamassa dan pendidikan wawasan kebangsaan lewat lokakarya, seminar dan lainnya,” ujarnya.
Ternyata kegiatan pembekalan berjalan lancar, para peserta yang jauh dari kampong halaman, jauh dari negeri sendiri cukup antusias mengikuti pembekalan.
Para Perwira ILO TNI berharap kegiatan semacam ini tak hanya untuk Pramuka saja tapi juga masyarakat Indonesia yang ada di Sabah. Terutama para generasi muda untuk menumbuhkan nilai-nilai kejuangan dan cinta tanah air. (*)