Hari Gini Nyeberang Pakai Rakit Bambu?

Jembatan Parembang Putus dua tahun

ANTRE NYEBERANG SUNGAI. Warga mengantre menaiki rakit bambu untuk menyeberangi Sungai Parembang, Minggu (14/2), karena belum ada jembatan. SUKARTAJI

eQuator.co.id – Nanga Pinoh-RK. Jembatan Sungai Perembang putus ditendang arus sungai pada 2012 lalu. Mirisnya, hingga kini belum juga diperbaiki Pemkab Melawi. Padahal jembatan tersebut merupakan jembatan yang menghubungkan beberapa desa di Kecamatan Pinoh Selatan.

Warga Kecamatan Pinoh Selatan, Sabilil mengatakan, Jembatan Sungai Perembang merupakan salah satu urat nadi tiga desa di kecamatan tersebut. Khususnya Desa Landau Garong, Sungai Bakah dan Nyanggai.

“Hingga saat ini warga harus menyeberangi sungai menggunakan jasa rakit yang dibuat warga setempat. Hal tersebut jelas menjadi penghambat bagi warga yang menggunakan jalur tersebut,” kata Sabilil, kemarin.

Sejak jembatan tersebut putus, belum ada upaya dari pemerintah untuk membangun kembali akses transportasi di ruas jalan yang menghubungkan tiga desa itu.

“Dulu masih ada jembatan gantung sebagai jalur yang digunakan kendaraan roda dua untuk melewati sungai tersebut. Jembatan itu dibangun sekitar tahun 1993, belum pernah direhap, sehingga putus,” cerita Sabilil.

Kini masyarakat terpaksa menggunakan jasa rakit yang dibuat khusus dari bambu. Jika menggunakan rakit teersebut, warga yang menyeberangi mobilnya harus membayar Rp50 ribu.

“Kita berharap pemerintah segera membangun kembali jembatan di sungai tersebut. Agar akses transportasi di ruas jalan menuju tiga desa ini kembali lancar seperti sebelumnya. Apabila membangun kembali jembatan di lokasi tersebut, upayakan dibuat dengan prencanaan yang matang, serta yang mengerjakannya harus mengutamakan kualitas. Sehingga ketika diterjang air bah, tidak ambruk lagi,” harapnya.

Laporan: Sukartaji

Editor: Hamka Saptono