Harga Pertamax-Pertalite Siap Turun

Ilustrasi - NET

eQuator.co.id – JAKARTA – PT Pertamina pada awal Maret bakal memberlakukan harga baru untuk bahan bakar seri pertamax dan pertalite. Menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengakibatkan harga bahan bakar beroktan tinggi itu berpeluang turun. Namun, besaran penurunannya ditentukan pada akhir bulan.

Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang saat dihubungi Jawa Pos mengungkapkan, rencana penerapan harga baru tersebut dilakukan pada 1 Maret. Nilai tukar disebutnya menjadi faktor utama karena selama sebulan ini harga minyak dunia cenderung stabil. ’’Insya Allah turun,’’ kata Abe, sapaan akrabnya.

Dia tahu, banyak orang yang menunggu besaran penurunan harga itu. Namun, Abe belum bisa membocorkannya. Alasannya, masih dihitung tim Pertamina. BUMN energi tersebut juga perlu menunggu perkembangan nilai tukar dan harga minyak sampai akhir Februari. ’’Harga baru nanti lebih banyak dipengaruhi kurs. Bukan minyak dunia,’’ jelasnya.

Mengutip data Bank Indonesia (BI), selama satu bulan ini rata-rata nilai tukar rupiah terhadap USD memang menguat. Jika pada 1 Februari mencapai Rp 13.767 per USD, kemarin (26/2) kurs jualnya ditutup Rp 13.467 per USD.

Harga minyak dunia berfluktuasi di kisaran USD 34 per barel pada 1 Februari dan kemarin dilepas USD 35,85 per barel. Menurut data Nasdaq, minyak jenis Brent itu menyentuh USD 30 per barel pada 11 Februari. Tetapi, setelah itu, angkanya terus naik.

Abe menyatakan, harga minyak dunia cenderung stabil. Jika penurunan tersebut benar terjadi, berarti harga BBM oktan tinggi itu terus menurun. Sebelumnya, pada 1 Februari, harga pertamax di Jakarta mencapai Rp 8.350 per liter. Lantas, di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali harganya Rp 8.450. Harga pertalite saat itu merata di Jawa dan Bali Rp 7.800.

Namun, pada 5 Februari harga-harga tersebut turun. Harga pertamax di Jakarta dan Jawa Barat turun menjadi Rp 8.150. Di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali Rp 8.250 per liter. Harga pertalite turun menjadi Rp 7.600 per liter di Jawa dan Bali.

Untuk premium, sebagaimana diberitakan sebelumnya, Dirjen Migas Wiratmaja Puja menuturkan bahwa pemerintah konsisten dengan penetapan harga setiap tiga bulan sekali. Dia berharap masyarakat lebih bersabar karena pemerintah juga melihat ada nilai positif dari ritme tersebut. ’’Ekonomi lebih stabil dan menjanjikan perencanaan usaha yang lebih baik,’’ tandasnya. (dim/c14/oki)