Harga Naik di Akhir Tahun, Petani Harus Jaga Kualitas Karetnya

Ilustrasi-NET

eQuator.co.id – Ngabang-RK. Petani karet sejumlah kabupaten di Kalbar bisa sedikit bernafas lega jelang akhir tahun 2016. Pasalnya, harga jual komoditas andalan yang sempat anjlok di level Rp4.000 tersebut mulai naik di level Rp8.500 perkilogramnya.

“Kita berharap kenaikan harga karet bertahan hingga pada tahun seterusnya, sehingga masyarakat petani tidak mengeluh lagi,” harap Ketua Asosiasi Petani Karet Indonesia (Apkarindo) Landak, Supendi  Supendi, di Ngabang, Landak, Rabu (28/12).

Kenaikan harga karet ini, lanjut dia, tentu disambut baik petani yang akan merayakan hari raya Natal dan tahun baru. Supendi mengimbau agar masyarakat yang bertani melakukan diversifikasi pertanian. Agar tidak hanya bergantung kepada karet.

“Kita jangan cuma punya kebun karet saja, tapi bisa punya kebun lain, misalnya punya kebun sawit, jengkol, lada, dan komoditi lainnya. Kalau harga karet murah kita bisa kerja sawit, atau jengkol,” tuturnya.

Lagipula, menurut dia, sekarang pemerintah pusat gencar menggalakan ketahanan pangan dan petani sudah dibantu  pencetakan sawahnya. “Maka petani harus bisa mengembangkan potensi lain. Jadi tidak hanya tergantung pada hasil kebun karet saja,” pesan Supendi.

TEMBUS RR9.000

Di Melawi, harga jual karet juga naik signifikan. Salah seorang penampung karet di Nanga Pinoh, Sekin, menyebut kualitas karet biasa dibelinya dari petani dengan harga Rp8.500 perkilogram.

“Kalau kualitas bagus Rp9.000 perkilo,” ungkapnya.

Dengan harga seperti itu di ibukota Kabupaten Melawi, Nanga Pinoh, berarti setidaknya di pedalaman mampu dijual di atas Rp7.000 perkilo. Meski harga tersebut cukup membantu masyarakat petani karet yang merayakan Natal, diakui Sekin, memang belum mampu mengimbangi harga Sembako.

“Setidaknya Rp12 ribu perkilo baru bisa mengimbangi harga barang, karena sudah bisa membeli sekilo beras,” ujarnya.

Sebagai pembeli, ia berharap harga karet bisa terus membaik hingga akhir tahun. Berdasarkan pengalamannya pada tahun-tahun sebelumnya, penghujung tahun harga karet biasanya turun.

“Tidak tahulah tahun ini, mudah-mudahan harga karet tetap bertahan, bila perlu naik lagi dari harga sekarang,” ucap Sekin.

Menurut dia, dengan level harga sekarang, para petani seharusnya bisa menjaga kualitas karet yang dihasilkannya. Jangan sampai harga yang sudah mulai bagus ini dirusak dengan keluarnya karet berkualitas jelek.

“Karena kualitas karet sangat berpengaruh kepada harga jual karet di pabrik,” tegasnya.

Sbagai pembeli, pihaknya memang sulit untuk menjaga kualitas karet, termasuk dalam membina petani.  Misalnya, dia tidak beli karet yang kualitas B atau C, tapi ada pembeli lain yang mau menampungnya. Itu yang menjadi kendala dalam membina petani karet di lapangan.

“Tapi kalau semua pembeli kompak tidak mau menerima karet yang jelek, saya yakin kualitas karet di Melawi kedepan akan bagus, karena mau kemana petani menjualnya kalau tidak ada yang mau membelinya,” tandas Sekin.

 

Laporan: Antonius dan Dedi Irawan

Editor: Mohamad iQbaL