eQuator.co.id – Pontianak-RK. Rupiah kemarin memang menguat terhadap dolar AS. Namun, sejumlah pengusaha yang bergerak di bidang properti sudah keburu mengeluh harga bahan baku bangunan merangkak naik. Keuntungan yang diperoleh mereka semakin mengecil.
Salah satunya yang “menjerit” adalah Anggota Real Estate Indonesia (REI) Kalbar, Iwan Santoso. Pengusaha properti ini menyatakan, beberapa kebutuhan material memang diperoleh dengan harga lebih tinggi belakangan ini. Karena melemahnya rupiah yang sempat menyentuh level Rp15.000.
“Kenaikan dolar ini berpengaruh besar bagi kita pelaku usaha di bidang properti, sebab harga kebutuhan material industri usaha yang juga ikut naik, ini yang buat kita sedikit kesulitan,” ujar Iwan kepada Rakyat Kalbar, Kamis (6/9).
Ia menjelaskan, modal yang dikeluarkan oleh dirinya dan pengembang lain bertambah gara-gara naiknya harga material tersebut. Di sisi lain, naiknya kapital untuk membangun perumahan dan bangunan lainnya itu tidak sejalan dengan harga penjualannya. Terutama untuk perumahan bersubsidi.
“Jadi kita tidak boleh menaikkan harga rumah, artinya dengan naiknya bahan-bahan material ini pengeluaran kita besar, tapi menjualnya dengan harga yang sama, tidak boleh dinaikkan, karena sudah ada ketentuannya,” beber Iwan.
Rumah subsidi tahun 2018 paling tinggi dijual sebesar Rp142 juta. “Sehingga keuntungan yang kita dapatkan kecil, terkecuali kita menjual rumah komersil, itu bebas, ” ungkap anggota Hipmi Kalbar ini.
Padahal, menurut dia, ketika pembangunan perumahan dilakukan, tak sedikit jenis usaha yang tumbuh. Terjadi multiplier effect untuk perekonomian secara regional.
“Kalau kita lihat, itu kontribusi dari pengembang saat membangun perumahan, ada ratusan jenis usaha yang tumbuh, seperti pembuat kusen, pembuat batako, penjual seng, semen, belum lagi tukang, kita berharap kondisi seperti ini nantinya bisa kembali stabil,” harap Iwan.
INTERVENSI BI & SENTIMEN POSITIF ARGENTINA
Kestabilan yang diharapkan Iwan ini mulai terlihat kemarin. Dolar AS yang beberapa hari sebelumnya bergerak liar, mulai melandai. Kombinasi meredanya tekanan eksternal serta langkah-langkah yang diambil pemerintah dan Bank Indonesia (BI) menjadi faktor penguat rupiah.
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menuturkan, berbagai upaya pemerintah untuk menurunkan nilai tukar rupiah mulai menunjukkan hasil. Itu dibuktikan dengan nilai tukar yang menguat kemarin. Karena itu, dia berharap masyarakat tidak perlu terlalu resah.
”Baguslah. Berarti ada pengaruh daripada kebijakan pemerintah. Buktinya jam-jam ini turun (nilai tukar rupiah, Red),” ujar JK di kantor Wakil Presiden, kemarin (6/9).
Setelah sempat terpuruk, rupiah memang menguat tipis. Berdasarkan data Spot Exchange Bloomberg pada pembukaan perdagangan kemarin (6/9), rupiah rebound di posisi Rp 14.875 per dolar AS atau menguat 0,42 persen.
Mata uang Garuda ini ditutup terapresiasi di level Rp 14.893 per dolar AS atau meningkat 0,30 persen dari penutupan sebelumnya yang sebesar Rp 14.938 per dolar AS. Rupiah kemarin, diperdagangkan dengan kisaran Rp 14.875-Rp 14.905 per dolar AS.
Sementara berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah kemarin berada di posisi Rp 14.891. Posisi tersebut juga menguat dibanding sehari sebelumnya yang berada di level Rp 14.927 per dolar AS.
Bagaimana dengan imbauan masyarakat agar menukarkan dolar AS ke rupiah? JK menyebut hal itu belum dilakukan pemerintah. Sebab, pengusaha senior ini meyakini jika pemerintah dan bank sentral bisa menjaga rupiah tetap kondusif.
”Jadi sehingga siapa yang simpan-simpan dolarnya (untuk spekulasi) nanti rugi belakangan itu,” tegasnya.
Untuk kesinambungan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, pemerintah pun memperbanyak kerja sama dengan negara lain untuk meningkatkan ekspor. Misalnya dalam pertemuan JK dengan Deputi Perdana Menteri Republik Demokratik Kongo (DPM RDK) Léonard She Okitundu Lundula, di kantor Wapres kemarin.
Penguatan dan peningkatan perdagangan dan investasi itu memang untuk jangka panjang. Selain itu, yang menjadi perhatian pemerintah adalah uang masuk dari pekerja migran Indonesia yang bekerja di luar negeri. Karena mereka bisa mendatangkan dana dari luar negeri. Sehingga bisa menambah cadangan devisa.
”Tapi TKI yang profesional yang lebih tinggi gajinya. Ke Jepang, Hongkong atau ke negara lain. Bukan lagi TKI hanya untuk domestik, asisten rumah tangga,” jelas dia.
Pihak bank sentral sendiri telah menyatakan tetap waspada mencermati pergerakan nilai tukar rupiah. “Dalam dinamika harian, Bank Indonesia akan tetap konsisten dan sekuat tenaga untuk melindungi rupiah dari pelemahan yang cepat dan tajam,” jelas Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah di Jakarta.
Nanang melanjutkan, pihaknya menjaga stabilisasi di pasar valas untuk memastikan ketersediaan valas mencukupi. “BI akan terus memastikan pergerakan likuiditas dan efisiensi di pasar valuta asing Indonesia tetap terjaga,” ujarnya.
Di samping itu, otoritas moneter juga menyatakan dukungannya terhadap upaya yang ditempuh pemerintah untuk mengendalikan defisit neraca transaksi berjalan, diantaranya dengan menaikkan tarif PPh impor bagi sejumlah komoditas.
Sebelumnya, untuk menekan defisit dan memberi dampak pada penguatan nilai tukar, pemerintah telah menyesuaikan tarif Pajak Penghasilan (PPh) pasal 22 impor terhadap 1.147 barang.
Rinciannya, 210 item komoditas mengalami kenaikan tarif PPh 22, dari 7,5 persen menjadi 10 persen. Kemudian ada 218 item yang juga mengalami kenaikan PPh impor. Tarifnya berubah dari 2,5 persen menjadi 10 persen. Di luar itu, 719 item komoditas mengalami kenaikan tarif PPh impor, dari 2,5 persen menjadi 7,5 persen.
Beberapa barang yang mengalami kenaikan impor antara lain bahan bangunan seperti keramik, baju selam, produk tekstil, ban, motor, kosmetik dan lain-lain. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, penyesuaian di sisi fiskal tersebut dilakukan agar secara tidak langsung memberi kestabilan pada nilai tukar. Pihaknya mengaku terbuka jika ada usulan lain yang perlu dilakukan untuk menekan defisit perdagangan dan defisit transaksi berjalan.
“Kita lihat saja dari menteri perindustrian kalau butuh insentif tambahan (lagi),” kata perempuan yang kerap disapa Ani itu.
Defisit yang terjadi di Indonesia salah satunya disebabkan oleh impor migas yang tinggi. Per Juli 2018, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit USD 2,03 miliar. Defisit itu dipicu oleh defisit sektor migas senilai USD 1,19 miliar. Nilai impor seluruh komponen migas, yaitu minyak mentah, hasil minyak dan gas masing-masing mencapai USD 81,2 juta, USD 382,4 juta dan USD 11,7 juta. Secara year on year (yoy), impor minyak mentah naik 15,01 persen, impor hasil minyak naik 28,81 persen dan impor gas naik 4,29 persen.
Menurut Ani, untuk menekan defisit ini, Indonesia perlu belajar dari Islandia. Islandia yang bergantung pada impor minyak berhasil mengembangkan energi baru terbarukan (EBT) geothermal. Hal tersebut mampu memperbaiki defisit neraca perdagangan Islandia, sebab impor migasnya tersubstitusikan dari energi hasil geothermal tersebut.
“Sebagai importer oil, kita harus mengubah strategi investasi geothermal untuk mengakselerasi sumber energi,” ujarnya. Dengan mendorong pengembangan EBT, defisit dapat ditekan dan nilai tukar rupiah tak mudah goyah akibat capital flight dana asing.
Bagaimana dengan para importir yang terkena dampak kenaikan tarif PPh? Yang salah satunya importir mobil mewah. Presiden Direktur Prestige Image Motorcars Rudy Salim menyatakan bahwa pihaknya mendukung keputusan pemerintah tersebut.
Namun, dia menilai, barang-barang mewah seperti mobil, presentase terhadap keseluruhan nilai impor hanyalah 20 persen. Sementara 70 persen impor adalah impor bahan baku dan penolong.
“Akar pokok masalahnya kita semua tahu kalau masalah dollar ini disebabkan selain saat ini perang tariff juga karena hampir semua bahan baku kita sekitar 70 persen import bahan modal. 20 persen import selebihnya dan bagian kecil baru barang barang mewah/luxuries items,” jelasnya pada koran ini, kemarin.
Karena itu, Rudy menyayangkan pernyataan Wapres Jusuf Kalla yang mengimbau masyarakat agar mengurangi pembelian barang impor atau barang mewah, salah satunya mobil mewah. Imbauan tersebut bertujuan menstabilkan kurs rupiah.
“Saya setuju kalau saat ini kita jangan “ terlalu” pamer kemewahan disaat ekonomi sulit dan dollar gila gilaan. Tapi dengan himbauan Pak Wapres ini saya khawatir malah akan menimbulkan masalah baru ,yaitu kecemburuan sosial,” tegasnya.
Pengamat Ekonomi INDEF Bhima Yudhistira menuturkan, menguatnya rupiah dipengaruhi oleh sentimen adanya negosiasi Argentina dan International Monetary Fund (IMF). Sehingga proyeksinya dana talangan IMF akan meredakan sejenak krisis Argentina. Kemudian dari dalam negeri, BI mlakukan intervensi skala besar melalui operasi pasar sekunder.
“Meskipun rupiah menguat tipis tapi resikonya cadangan devisa tergerus untuk intervensi rupiah,” jelasnya saat dihubungi, kemarin.
Karena itu, Bhima memprediksi penguatan rupiah ini hanya bersifat temporer. Sebab dari sisi global, masih ada Afrika Selatan dan Turki yang krisis keuangannya diproyeksikan masih berlanjut. Selain itu perang dagang antara AS dan China juga masih belum menemui titik temu.
“Ditambah lagi rencana Fed naikan bunga acuan 2 kali lagi tahun ini,” imbuhnya.
Laporan: Nova Sari, JPG
Editor: Mohamad iQbaL