eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Tekanan harga selama Agustus 2018 di Kalbar tercatat mengalami deflasi. Meskipun beberapa harga komoditas pangan perlu tetap diwaspadai.
Tekanan harga ini menurun dibandingkan bulan sebelumnya. Indeks Harga Konsumen (IHK) Kalbar pada Agustus mengalami deflasi sebesar -0,52% (month to month/mtm).
“Dimana untuk Kota Pontianak sendiri terjadi deflasi sebesar -0,64% (mtm), sementara secara garis besar Kalbar deflasi sebesar -0,52% (mtm),” ujar Kepala Kantor Bank Indonesia Kalbar, Prijono, Selasa (4/9).
Secara tahunan, IHK Kalbar mengalami inflasi sebesar 3,47% (yoy). Lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi IHK nasional. “IHK nasional sebesar 3,20% (yoy),” jelasnya.
Prijono memaparkan, ada lima top komoditi yang menjadi penyumbang inflasi di Kalbar. Yaitu daging ayam ras, ikan tongkol, sewa rumah, pemeliharaan/ service dan tarif taksi.Sementara komoditas yang penyumbang deflasi adalah angkutan udara, sawi hijau, kangkung, bayam dan jeruk.Penurunan tarif angkutan udara terjadi seiring berlalunya momen Idul Fitri dan berakhirnya kegiatan Pesparawi 2018. Penurunan harga komoditas sayur mayur (sawi hijau, kangkung, bayam, dan jeruk) didorong oleh melimpahnya pasokan.
“Di sisi lain, tingginya harga daging ayam ras akibat kenaikan biaya produksi karena naiknya harga pakan dan tingginya harga ikan tongkol/ambu-ambu akibat berkurangnya pasokan karena kondisi gelombang laut menahan deflasi lebih lanjut,” terangnya.
Sementara IHK nasional pada Agustus 2018 tetap terkendali dalam kisaran sasaran 3,5%±1% (yoy). Sedangkan deflasi 0,05% (mtm), setelah pada bulan sebelumnya mencatat inflasi sebesar 0,28% (mtm).
“Deflasi yang terjadi ditengah masuknya periode Idul Adha tersebut juga berbeda bila dibandingkan dengan rata-rata historis periode Idul Adha dalam empat tahun terakhir yang mencatat inflasi 0,19% (mtm),” ucapnya.
Deflasi IHK pada bulan ini, terutama bersumber dari deflasi kelompok volatile food dan administered prices, disertai melambatnya inflasi inti. “Dengan perkembangan tersebut, inflasi secara kumulatif sampai dengan Agustus 2018 tercatat 2,13% (ytd) dan secara tahunan mencapai 3,20% (yoy) atau masih berada dalam kisaran sasaran inflasi,” jelasnya.
Disamping itu, dia juga menuturkan terdapat pula risiko-risiko ketika terjadi inflasi. Sehingga hal ini juga perlu menjadi perhatian.
“Seperti peningkatan harga minyak dunia, kebakaran lahan, bencana asap anomali cuaca yang dapat mengganggu produksi dan distribusi bahan pangan, lalu ada Wacana kenaikan gaji PNS yang dapat meningkatkan ekspektasi harga,” ungkapnya.Dalam rangka pengendalian inflasi, Prijono mengatakan. pihaknya bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kalbar akan terus memperkuat koordinasi kebijakan.
Terpisah, dalam siaran pers Badan Pusat Statistik (BPS) Kalbar mencatat Agustus 2018 Kota Pontianak mengalami deflasi sebesar -0,64 persen dengan IHK sebesar 144.15.
“Deflasi ini terjadi dikarenakan ada penurunan indeks pada dua kelompok pengeluaran dan kenaikan indeks di lima kelompok pengeluaran,” ujar Kepala BPS Kalbar, Pitono, kemarin
Ada dua kelompok penurunan indeks dari yang tertinggi secara berurutan. Yaitu bahan makanan sebesar -1,8 persen, kelompok transportasi dan komunikasi dan jasa keuangan sebesar -1,78 persen.
“Sedangkan yang mengalami kenaikan indeks yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,25 persen, kemudian perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,27 persen, sandang 0,07 persen, kesehwtan 0,04 persen, serta pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,08 persen,” paparnya.
Untuk tingkat inflasi tahun kalender agustus 2018 sebesar 2,96 persen dan tingkat inflasi dari tahun ke tahun (agustus 2017 terhadap agustus 2018) sebesar 3,11 persen. (nov)