eQuator.co.id – KUBU RAYA-RK. Kelompok Masyarakat (Pokmas) Ragam Usaha, Desa Madu Sari Kecamatan Sungai Raya, mengapresiasi Badan Restorasi Gambut (BRG) dan Dinas Pemukiman Rakyat Kawasan Pemukiman Lingkungan Hidup Provinsi Kalbar yang memberikan bantuan 50 ekor kambing.
Sebelumnya warga desa ini, dalam mata pencahariannya 95 persen mengandalkan komoditas karet sebagai pemenuhan ekonomi hariannya. Namun, dalam waktu berapa tahun terakhir dapat dilihat komoditas ini mengalami penurunan harga bahkan dapat dikatakan anjlok hanya Rp3.000 per kilonya.
Melihat pendapatan yang kecil tentu tidak dapat memenuhi kebutuhan harian masyarakat desa. Sehingga warga setempat mencoba berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
“Sampai saat ini masyarakat desa masih ada yang menoreh karet, meskipun harganya sudah anjlok, namun begitu, tentu bagaimana kebutuhan harian tercukupi, mereka mencari alternatif pekerjaan lain. Misalnya jadi tukang, menanam sayuran,” ujar Ketua Pokmas Ragam Usaha sekaligus Sekdes Madu Sari, Ahmad Busyiri, Rabu (20/3).
Beruntungnya, desa ini masuk dalam program bantuan dari Badan Restorasi Gambut (BRG) melalui program revitalisasi ekonomi masyarakat, melalui Pokmas Ragam Usaha memperoleh bantuan 50 ekor kambing.
“50 ekor kambing ini sudah diberikan sejak tahun 2018 lalu, sampai sekarang sudah banyak kambing yang hamil, dan kemarin baru ada satu ekor yang dilahirkan. Kita berharap ini bisa berkembang lebih banyak,” ucap Ahmad.
Di kelompok ini kata Ahmad, terdiri dari 22 orang. Mereka memilih kambing untuk dikembangkan, lantaran melihat bahan baku yang cukup banyak, sehingga potensi untuk dikembangkan di Pokmas ini.
“Selain bantuan kambing kandangnya juga dibuat oleh bantuan dari BRG. Bantuan ini sangat membantu kami, terlebih di saat harga karet turun. Selain mencari pekerjaan baru seperti bertukang, ternak kambing ini sangat membantu, meskipun saat ini kita belum mendapatkan keuntungan,” katanya.
Keberadaan ternak kambing ini, kata Ahmad, tidak hanya hewannya saja. Namun limbah dari kotoran hewan kambing ini juga dimanfaatkan masyarakat sebagai pupuk kompos yang digunakan untuk pupuk sayuran yang mereka tanami.
“Di sini ibu-ibu rumah tangga juga bertanam sayuran. Memang kalau dilahan gambut agak sulit, sebab unsur tanahnya yang tidak cocok, tapi kita terbantu dengan kotoran seperti air seni kambing yang diolah lagi oleh Pokmas, sebagai penyubur tanaman sayuran. Alhamdulillah ini tumbuh dan berkembang,” paparnya.
Untuk sistem perawatan dan pembagian kambing yang diperoleh dari bantuan tersebut, pihaknya telah menyepakati untuk membagi hasil secara adil.
“Begitu pun dalam perawatannya, semua tentu ikut terlibat. Dan kita sepakat untuk adil agar ke depannya tidak ada anggota yang dirugikan,” katanya.
Kemudian Ahmad menuturkan, di kawasannya tersebut dilarang melakukan pembakaran lahan, terlebih di desa ini juga termasuk kawasan gambut yang rentan terhadap Karhutla.
“Untuk menjaga tanah agar tidak rusak kami sudah tidak membakar lagi. Kalau dulu iya, jika ingin melapangkan lahan kami bakar. Namun karena dampaknya yang kurang baik, terlebih kita juga sudah diberikan pembinaan bantuan untuk menjaga lingkungan, kami sekarang sudah tidak membakar lagi,” pungkasnya. (ova)