Nanga Pinoh-RK. Terjun bebasnya harga karet di Kabupaten Melawi, menyebabkan para orangtua kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, apalagi untuk menyekolahkan anak-anaknya.
“Bila ekonomi masyarakat masih rendah, sudah barang tentu membuat anak usia sekolah tidak bisa melanjutkan pendidikan,” kata Dedy Suparjo SPdI, Praktisi Pendidikan kepada Rakyat Kalbar, Minggu (10/4).
Dedy menjelaskan, masyarakat Melawi sebagian besar bermatapencaharian di sektor perkebunan karet. Bila harga karet anjlok, otomatis pendapatan mereka juga tergerus.
Kondisi itu diperparah dengan kondisi perekonomian yang kian sulit belakangan terakhir, di mana harga-harga kebutuhan pokok kian mahal. Bagaimana mungkin, mereka bisa mengalokasikan pendapatannya untuk menyekolahkan anak-anaknya.
Memang pemerintah telah berupaya memberikan pendidikan gratis kepada warga kurang mampu. “Tetapi anak usia sekolah tidak bersekolah, bukan semata-mata karena biaya sekolah. Namun biaya hidup yang mahal juga memengaruhi keinginannya untuk sekolah. Sulit bagi warga untuk menyekolahkan anak mereka, kalau di ekonomi rumah tangga masih morat marit. Mau makan saja susah,” papar Dedy.
Kondisi ini tentu sangat disayangkan, lantara kemajuan pendidikan bisa dilihat dari banyaknya anak usia sekolah yang mengeyam pendidikan formal. Semakin sedikit yang tidak sekolah, berarti semakin maju dunia pendidikan. Namun, sebaliknya, semakin banyak yang tidak sekolah, semakin buruk dunia pendidikan. (ira)