Harga CPO Naik, Untung Petani Belum Signifikan

Ilustrasi : Internet

eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Awal 2019, harga minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) terlihat mulai merangkak naik. Meski membawa sedikit angin segar bagi para petani, namun kenaikan tersebut tidak begitu tinggi. Petani belum meraih untung dari kondisi ini.

“Ada kenaikan harga tandan buah segar (TBS) di tingkat petani, namun demikian kenaikannya tidak terlalu tinggi,” ungkap Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Wagio Ripto, kemarin.

Wagio menyebut, ada dua faktor utama yang menyebabkan kenaikan harga CPO berdampak pada harga beli TBS di tingkat petani. Pertama, sebutnya, karena kebijakan pemerintah yang menghapus pungutan ekspor (CPO Fund).

“Diketahui, kebijakan merupakan respon terhadap harga CPO yang  dengan harapan dapat mendongkrak ekspor dan harga CPO global serta harga TBS petani,” terangnya.

Kemudian Wagio menilai, kenaikan harga TBS di tingkat petani itu dikarenakan adanya penurunan pengutan impor dari negara-negara yang mengimpor minyak nabati ini.

“Misalnya di negara  India, yang menurunkan pajak impor untuk komoditas minyak nabati, dan ini membuat ekspor Indonesia naik,” katanya.

Wagio menyebutkan, dengan harga CPO sebesar Rp7.000-an per kg, harga TBS di tingkat petani sebesar Rp1.600 per kg. Sementara, beberapa waktu sebelumnya, harga CPO sempat dikisaran Rp6.000-an per kg, dengan harga TBS Rp1.100-1.200 per kg. Dengan harga yang mengalami kenaikan itu, sebetulnya masih belum terlalu mendongkrak perekonomian petani sawit.

“Memang sekarang trennya memang mengalami kenaikan, tapi belum kembali pada harga yang normal. Kondisi ini sebetulnya tidak begitu memberikan keuntungan, akan tetapi kerugian yang dirasakan agak berkurang,” tuturnya.

Mengenai adanya mandatori biodiesel 20 persen (B20) kepada non PSO, Wagio beranggapan hal tersebut tidak terlalu berpengaruh signifikan terhadap kenaikan harga yang terjadi saat ini.

“Pengaruhnya tidak begitu besar, namun yang utama itu penghapusan pajak ekspor dan karena banyak negara yang menurunkan tarif impornya,” terangnya.

Sebelumnya, Dosen Pertanian Untan, Radian MS pernah menyebutkan awal tahun ini tren harga CPO memang cenderung positif. Menurut pantauannya, jika sebelumnyam harga TBS di tingkat petani di bawah Rp800 per kilo.

“Sekarang sudah mulai beranjak naik jadi Rp1.000 per kilo. Namun kita masih belum memperkirakan kondisi ke depannya,” ucapnya.

Meskipun harga sudah menunjukkan kenaikan, namun menurutnya harga tersebut belum pada harga ideal. Karena itu, dia  menilai pemerintah perlu memaksimalkan peyerapan CPO di dalam negeri.

“Yaitu dengan membangun industri hilirisasi. Selain itu, kebijakan terkait mandatori 20 persen biodiesel juga merupakan solusi yang tepat,” ujarnya.

 

Laporan : Nova Sari

Editor : Andriadi Perdana Putra