Harapan Hidup Tipis, Moga Tuhan Berkehendak Lain

MENYUSU. Mariyani (kanan) sedang memberikan susu botol kepada putrinya, Aisyah Putri, yang menderita hydrocepallus, sebelum dibawa ke RSUD Abdul Aziz Singkawang, Kamis (21/1). Dokumen-RK.

Cairan di kepala Aisyah Putri semakin banyak. Tubuhnya yang kecil mencemaskan. Perut bayi penderita Hydrocepallus berusia dua bulan itu dikhawatirkan tidak mampu menampung cairan yang telah menumpuk di kepalanya.

Suhendra, Singkawang

Kemarin (26/1), dokter spesialis di RSUD dr. Abdul Azis Singkawang menggelar konferensi pers bersama orangtua Aisyah dan anggota DPRD setempat. “Sebelum dilakukan tindakan operasi, kami memberikan kesempatan kepada keluarga untuk berpikir matang-matang. Karena, kondisi bayi penderita hydrocepallus ini sepertinya sangat membahayakan,” ujar Dokter Spesialis Anak, dr. Diana Bancin Sp, A.

Belum lagi, kulit Aisyah yang tipis sangat tidak memungkinkan untuk dilakukan tindakan operasi. Meski begitu, Diana menyatakan, jika masih ingin Aisyah dioperasi, pihaknya menyatakan siap. “Tapi sebaiknya pikir-pikir dulu. Kalau kita paksakan untuk operasi, dikhawatirkan akan berdampak pada nyawa bayi,” terangnya.

Senada, dr. Sony Saragih Sp, Bs. Ia menyatakan, tindakan operasi memerlukan kondisi optimal dari pasien. Walau bedah kepala itu belum pasti dilakukan, ia telah membentuk tim. “Saya selaku operator, dr. Sandy selaku pembiusan. Sedangkan dr. Diana bagian pengecekan darah,” papar spesialis bedah syaraf itu.

Dari sekian banyak pasien yang ditangani, ia melanjutkan, ini yang terberat. Dijelaskan Sony, terberat dalam artian pembesaran di kepala bayi sudah di ambang batas. Jika dipaksakan operasi, dikhawatirkan akan terjadi infeksi.

“Jadi, sebaiknya pikir-pikir dulu sebelum dilakukan tindakan operasi. Jika memang mau dilakukan operasi, kami akan selalu siap,” ujarnya.

Sementara, berdasarkan pengalamannya, dr. Sandy menambahkan harapan bayi tersebut untuk hidup sangat tipis. “Tapi, jika Tuhan berkehendak lain, kemungkinan bayi tersebut bisa melewati operasi,” terangnya.

Yang pasti, keputusan ada di tangan keluarga. “Jika memang bersedia untuk tetap dioperasi, silakan, karena itu hak ibu. Jadi kami tidak memaksakan,” kata Sandy.

Akhirnya, ibu kandung Aisyah Putri, Mariyani, pun meminta tempo untuk berpikir. “Saya minta waktu dulu untuk memikirkan apakah anak saya dioperasi atau tidak,” tuturnya, lemas.

Diberitakan sebelumnya, Aisyah Putri yang malang berkepala jauh lebih besar dibandingkan tubuhnya karena dia menderita Hydrocepallus sejak lahir. Di sela rapat di Kantor Walikota Singkawang, Kamis (21/1), Sekda Syech Bandar memerintahkan agar Aisyah dibawa ke rumah sakit.

“Soal biaya belakangan, ini demi kemanusiaan,” ujarnya.

Petugas suruhan Bandar pun langsung menjemput Aisyah yang memang berasal dari keluarga tidak mampu di Jalan Manggis RT 26/RW 9, Kelurahan Roban, Kecamatan Singkawang Tengah, dan membawanya ke RSUD dr. Abdul Aziz Singkawang.

Kala itu, Sang Ibunda, Mariyani bercerita, sejak anak semata wayangnya itu lahir, berat badannya 2,5 kilogram dan sekarang 5,8 kilogram. Kendati kondisi seperti itu, putrinya tidak rewel. Sehingga ia masih bisa berjualan makanan di depan indekos yang ditempatinya. Mariyani tampak terharu dan bahagia begitu mengetahui bahwa jurnalis, Pemkot Singkawang, dan anggota DPRD Sodi M. Idris, ingin membantu pengobatan Aisyah Putri. (*)