eQuator.co.id – Melawi-RK. Setakat ini kondisi ruas jalan provinsi Nanga Pinoh-Sintang nyaris putus akibat gorong-gorong pecah, sehingga air membanjiri ruas jalan serta mengganggu kelancaran arus lalu lintas jalan, Rabu (11/7).
Tokoh masyarakat Melawi, Ritaudin mengeluhkan, perhatian instansi terkait yang terkesan mandek dalam menangani gorong-gorong pecah yang sudah terjadi hampir tujuh bulan di ruas Jalan Sintang-Pinoh. Yakni, tepatnya di daerah antara tower TVRI dan simpang jalan Sirtu. Bahkan saat ini kondisi jalan tersebut nyaris putus.
“Ini jalan provinsi yang sudah berbulan-bulan kondisinya seperti ini. Tapi, tak cepat ditangani oleh instansi terkait. Padahal kerusakannya sudah lama terjadi. Gorong-gorong yang pecah di ruas jalan ini membuat genangan air cukup tinggi saat turun hujan. Air yang begitu deras akhirnya menggerus aspal, karena saluran untuk mengalir tertutup tanah. Sementara perbaikan oleh kontraktor atau instansi tak juga tuntas. Karena upaya membangun gorong-gorong baru di titik lain justru terhenti hingga kini,” keluhnya, Rabu (11/7).
Sementara itu, anggota DPRD Melawi, Malin mengkritisi kinerja kontraktor serta instansi yang menangani perbaikan gorong-gorong pecah di Jalan Sintang Pinoh. Proyek ini semestinya tak sulit dikerjakan mengingat ruas jalan yang rusak tak terlalu panjang.
“Proyek di daerah kerap kali tidak jelas. Rakyat Melawi pun tak tahu siapa pemilik proyek perbaikan serta instansi yang mestinya menangani. Sekarang mengapa kontraktor ini bekerja sembarangan. Ngurus jalan gorong-gorong itu saja tak mampu yang nilainya tak sampai Rp200 juta. Maka pemangku kebijakan atau otoritas yang bertanggungjawab coba turun ke lapangan. Lihat betul-betul pekerjaan itu. Mumpung orang belum korupsi cepat dicegah dan ditegur,” tegasnya.
Tak hanya itu, Malin menegaskan, pengawas dan perencana pekerjaan perbaikan jalan tersebut jangan tidur. “Jangan-jangan ada kongkalikong antara pelaksana dan pengawas serta perencana. Kita tak tahu menahu. Apakah bentuk kerjanya, mau pakai kontraktual, UPJJ atau mungkin swakelola itu harusnya diawasi. Ini jalan sudah hampir putus. Nah, kalau sudah seperti ini siapa yang bertanggungjawab. Apakah harus demo dulu baru didengar,” cetusnya.
Reporter: Dedi Irawan
Redaktur: Andry Soe