Sambas-RK. Generasi muda harus paham dan tidak melupakan sejarah Kabupaten Sambas. Dengan memahami sejarah, maka akan tertanam budaya Melayu dengan adat yang tinggi. Sehingga lahir generasi penerus yang selalu meningkatkan adab dan berakhlak mulia.
“Peninggalan masa lalu merupakan sejarah yang harus diketahui oleh generasi muda saat ini. Jangan sampai generasi muda kita kehilangan identitas, sehingga tidak mengetahui sejarah Kabupaten Sambas,” kata Ketua Umum MABM Kabupaten Sambas H Subhan Nur pada acara Peresmian Museum Khazanah Melayu Subhan Nur, Rabu (8/8).
Selain peresmian museum, dilaksanakan juga pelantikan pengurus kecamatan MABM se-Kabupaten Sambas. Rangkaian acara diakhiri dengan Seminar Adat Budaya Melayu yang mengangkat tema ‘Budaya Terjaga Menjulang Martabat.’
Acara ini juga dihadiri Anggota DPR RI Dapil Kalbar Syarif Abdullah Alkadrie, Walikota Pontianak Sutarmidji, Bupati Sambas H Atbah Romin Suhaili Lc, Wakil Bupati Sambas Hj Hairiah SH MH, Pangeran Ratu Istana Alwazikhoebillah Sambas Muhammad Tarhan, mantan Bupati Sambas Burhanuddin A Rasyid dan Juliarti Djuhardi Alwi, serta Ketua MABM Kalbar Chairil Effendy. “Semua itu merupakan tanggung jawab saya memegang amanah ini. Museum ini merupakan pengikat kita kepada masa lalu di Kabupaten Sambas,” tegas Subhan Nur.
Disampaikan Anggota DPRD Provinsi Kalbar ini, sudah saat masyarakat Melayu menunjukkan eksistensinya. “Dengan terpilihnya gubernur yang baru, maka kita telah menunjukkan dan membuktikan bahwa dengan persatuan kita bisa,” tutupnya.
Di tempat yang sama, Bupati Sambas, H Atbah Romin Suhaili Lc mengatakan, budaya Melayu merupakan kebanggaan bagi masyarakat Kabupaten Sambas. “Kita bangga menjadi Melayu. Sebab, memiliki budaya yang tinggi dan adat yang begitu mulia,” ungkapnya.
Bupati berharap, kedepan budaya Melayu dengan adat yang tinggi bisa meningkatkan adab dan akhlak mulia. “Mari kita mencontoh Nabi Muhammad SAW yang mempunyai adab, budaya bahkan dalam urusan politik pun harus meneladani Nabi Muhammad SAW,” tuturnya.
Salah satu adat yang dibanggakan dan masih tetap lestari hingga kini, papar Bupati, yakni adat budaya besaprah. “Besaprah dalam bahasa Arab mengandung arti bulat. Jadi besaprah, kita melingkar seperti bulatan. Orang yang selalu besaprah bisa menjaga persatuan dan kekompakan. Mudah-mudahan seminar ini dapat meningkatkan peradaban, adat dan etika. Sehingga kita bisa membangun peradaban kita untuk lebih baik lagi,” pungkasnya.
Reporter: Sairi
Editor: Yuni Kurniyanto