Garuda Hancurkan Harimau Malaya 3-0

Terpenting, Jaga Harga Diri

eQuator.co.id – Walaupun setahun lebih tidak bermain di kancah internasional, Tim Garuda mampu menghancurkan Tim Harimau Malaya dengan skor telak 3-0.

Timnas Indonesia berhasil menunjukkan kapasitasnya sebagai skuat yang sempat ditakuti oleh negara-negara yang berada di Asia. Itu setelah tim Garuda menghancurkan Malaysia dengan tiga gol tanpa balas pada laga uji coba internasional di Stadion Manahan, Solo, Selasa (7/9) malam WIB.

Ketiga gol kemenangan timnas Indonesia dicetak oleh Irfan Bachdim, dan sepasang gol dari penyerang Persipura Jayapura, Boaz Solossa. Hasil positif tersebut tentu amat membanggakan untuk skuat asuhan Alfred Riedl itu, karena mereka mendapatkan hal ini tidak dengan mudah.

Ya, Andik Vermansah dan kawan-kawan hanya mempunyai waktu dua hari berlatih mempersiapkan laga melawan Harimau Malaysia. Tentunya masa persiapan yang digelar para pemain timnas Indonesia sama sekali tidak ideal untuk melakoni uji coba tersebut.

Akibatnya, sebagian khalayak luas memprediksikan tim Merah Putih tidak bakal bisa berbuat banyak di partai tersebut. Pasalnya, Malaysia melakukan persiapan selama sepuluh hari sebelum berhadapan dengan timnas Indonesia, dan membawa para pemain terbaiknya.

Terlebih, pada uji coba kali ini pelatih Alfred Riedl mengambil langkah berani dengan memanggil 13 pemain debutan dari 22 nama yang ada. Mereka adalah Teguh Amiruddin Indra Kahfi Ardhiyaksa, Hansamu Yama Pranata, Dedi Gusmawan, Rudolof Yanto Basna, Abdul Rahman, Abduh Lestaluhu, Ichsan Kurniawan, Bayu Pradana Andriatmo, Adam Alis Setyano, Septian David Maulana, Irsyad Maulana, Lerby Eliandry.

Tentunya keputusan yang dilakukan dalam pemanggilan para pemain debutan itu amat berisiko. Pasalnya, mereka belum teruji ketika bermain di level internasional bersama dengan timnas Indonesia, karena tekanannya lebih berat saat membela negara.

Bukan tak mungkin pria berpaspor Austria tersebut bakal dihujat habis-habisan bila timnas Indonesia sampai kalah dari Malaysia. Karena keberaniannya mengajak sejumlah penggawa tersebut yang berposisi di semua lini dari belakang hingga depan.

Riedl juga mesti memutar otak demi mencari pemain yang tepat untuk menjalankan strategi yang diterapkannya dalam laga tersebut. Sebab, klub hanya memberi izin melepas maksimal dua pemainnya membela timnas Indonesia.

Selain itu, laga kontra Malaysia merupakan partai internasional perdana timnas Indonesia pascapencabutan sanksi FIFA. Oleh karena itu wajar bila masyarakat di Tanah Air tak mau berekspetasi yang terlalu tinggi dengan hasil dari uji coba tersebut.

Namun, sekelumit permasalahan yang melanda tersebut tak menghalangi timnas Indonesia menuai kemenangan dengan skor yang telak. Para pemain timnas Indonesia sukses menjalani tantangan pertama ini sebelum terjun di Piala AFF yang akan berlangsung pada akhir tahun nanti.

Tentunya hasil yang diraih itu perlu disyukuri, dan dinikmati oleh para pemain. Tetapi, mereka tidak boleh terlalu lama larut dalam kegembiraan atas kemenangan melawan Malaysia itu. Mengingat pertandingan tersebut hanyalah laga uji coba.

Akan tetapi terlepas dari itu, pertandingan timnas Indonesia melawan Malaysia merupakan pelepas dahaga untuk publik Tanah Air. Pasalnya, sudah setahun lebih masyarakat Indonesia tidak bisa menonton permainan tim Merah Putih karena jatuhnya sanksi FIFA kepada Indonesia.

Terbukti 22 ribu lembar tiket yang dilepas untuk laga tersebut ludes terjual. Antusiasme para penonton itu menjadi bukti kalau masyarakat di Indonesia rindu untuk menyaksikan tim Indonesia bermain secara langsung dihadapan mereka.

Jutaan pasang mata juga turut menyaksikan pertandingan timnas Indonesia dengan Malaysia lewat layar kaca. Itu dikarenakan pecinta sepakbola nasional tak mungkin mau ketinggalan melihat tim kesayangan mereka yang telah kembali bermain di lapangan hijau.

Oleh karena itu, bisa dibilang sepakbola Indonesia secara perlahan sudah mulai bangkit dari tidur panjangnya. Meskipun bila bicara soal kualitas permainan timnas Indonesia belum terlalu menjanjikan karena satu pertandingan tak bisa menjadi tolok ukur.

Sebab, pertarungan yang sesungguhnya untuk timnas Indonesia baru akan terjadi di Piala AFF yang mulai dilaksanakan pada 19 November sampai dengan 14 Desember mendatang. Di mana lawan-lawan yang dihadapi adalah tim-tim yang tidak mudah untuk dikalahkan.

Pada turnamen terbesar di kawasan Asia Tenggara ini, timnas Indonesia menempati grup yang berat. Mereka berada di Grup A bersama dengan juara bertahan Thailand, tuan rumah Filipina, dan negara yang sepakbolanya sedang berkembang Singapura.

Sehingga, timnas Indonesia perlu bekerja ekstra keras agar dapat merengkuh gelar juara Piala AFF. Selama ini prestasi terbaik tim Garuda hanya menjadi runner-up dalam empat edisi yaitu tahun 2000, 2002, 2004, serta terakhir 2010.

Tetapi yang perlu diingat publik jangan terlalu berharap timnas Indonesia dapat memutus puasa gelar di Piala AFF, karena harapan terkadang tidak sesuai dengan kenyataan. Apalagi situasi sepakbola Indonesia baru saja menemui titik terang setelah awan gelap yang sempat menyelimuti.

Laman Goal.Com merilis, terpenting kini adalah mendukung agar timnas Indonesia bisa menjaga harga dirinya pada ajang tersebut. Mereka hanya perlu bermain sebaik mungkin dalam setiap pertandingan yang dilakukannya tanpa perlu terbebani target menjadi juara. (*)