eQuator.co.id – Jakarta—RK. Narkotika menjadi ancaman nyata generasi bangsa. Hanya dalam sepekan, dari 23 Agustus hingga 30 Agustus, Polri sudah menangani 689 kasus narkotika. Peredaran paling banyak terungkap adalah ganja dan sabu. Keduanya memang narkotika paling ngehit di Indonesia.
Sesuai data Direktorat Tindak Pidana Narkoba (Dittipid Narkoba) Bareskrim, dari 35 Polda se-Indonesia terdapat 689 kasus narkotika yang dibongkar. Jumlah barang bukti yang yang disita fantastis, yakni ganja dengan berat 13,38 ton, sabu seberat 58 kg dan 15 ribu pohon ganja, ekstasi 5.448 butir, tembakau gorila 42 gram dan 24 linting.serta, psikotropika 14 ribu butir.
Direktur Dittipid Narkoba Bareskrim Brigjen Eko Daniyanto menuturkan bahwa dari 689 kasus tersebut terdapat 901 tersangka. Mereka terkategori dari pengendali hingga ke kurir. ”Artinya, semua jarigan dari atas hingga akarnya diungkap,” paparnya.
Dari ratusan kasus dalam sepekan itu, ada dua kasus yang cukup menonjol. Pertama, penemuan dan pemusnahan ladang ganja di Aceh seluas 3 hektar, lalu ada kasus dengan modus serbuk ekstasi dalam kemasan saset seberat 6 kg.
”Ada pula kasus Richard Muljadi di Polda Metro Jaya,” terangnya.
Pengalaman selama ini, narkotika paling banyak masuk dari Pantai Timur Sumatera. Hal itu diperkuat dengan pengungkapan kasus narkotika terbanyak di Polda Sumatera Utara dengan 230 kasus. Menurutnya, mereka kebanyakan mencoba memasukkan dengan kapal nelayan dari Malaysia menuju ke Indonesia.
”Kendati ada sedikit pergeseran mulai menggunakan kargo dan ekspedisi,” ujarnya.
Namun, yang sebenarnya juga menjadi perhatian adalah peredaran narkotika jenis kokain. Menurutnya, untuk pengungkapan kasus kokain terbilang sedikit di Indonesia, sepekan ini hanya ada pengungkapan 0,0038 gram yang digunakan oleh Richard Muljadi.
”Tapi beberapa waktu lalu ada yang di Bali, sekitar awal tahun ada pengungkapan 2 kg kokain dari Kolombia,” terangnya.
Dengan tertangkapnya Richard, maka dapat terendus adanya bandar kokain lainnya yang masih beroperasi. Dia mengatakan, kokain selama ini jarang terdeteksi karena memang pasarnya terbatas di Indonesia.
”Harganya mahal dan hanya orang dengan kemampuan finansial yang baik mampu membelinya,” tuturnya.
Berapakah jumlah bandar yang melawan dan ditembak saat ditangkap? Eko menuturkan bahwa tahun ini ada 38 orang bandar merasakan timah panas petugas.
”Dari 38 orang itu, 30 orang diantaranya kita kebumikan,” paparnya, lalu menyebut petugas jangan ambil risiko melawan bandar. (Jawa Pos/JPG)