eQuator – Putussibau-RK. Diperkirakan lebih dari seribu guru honor di Kabupaten Kapuas Hulu dibiayai pihak sekolah menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Penghasilan para guru honor ini berkisar Rp300-Rp500 ribu perbulan.
“PGRI Kapuas Hulu terus memperjuangkannya, minimal kalau mereka bisa diangkat jadi guru honor daerah, karena gajinya pun lumayan, ketimbang honor biasa yang hanya mengandalkan dana BOS dan dana komite,” Hj Sri Siti Aslindar SPd Msi, Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Kapuas Hulu, ditemui usai upacara HUT KORPRI ke-44 di Halaman Kantor Bupati Kapuas Hulu, Selasa (1/12).
Dijelaskan Sri, pendapatan guru honor biasa ini juga tergantung dari banyaknya jam mengajar disuatu sekolah. Satu jam mengajar itu honornya sekitar Rp25 ribu. “Jadi guru honor yang penghasilan Rp300 ribu masih kami temui,” ungkap Mantan Kepala Sekolah SMPN 2 Putussibau ini.
Sri menambahakan, rata-rata guru honor yang berpenghasilan rendah ini sudah bertugas sekitar 5-6 tahun. Padahal sambung Sri, peran guru honor tersebut penting dalam membantu pihak sekolah memenuhi kekurangan guru selama ini. “Kapuas Hulu masih kekurangan guru. Apalagi kebanyakan guru menumpuk di perkotaan, sementara masih ada enggan ditugaskan di daerah pedalaman,” tutur Sri.
Saat ini jumlah guru di Kapuas Hulu diperkirakan baru mencapai 4.000 orang. Sekitar 3.300 guru yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) selebihnya honor kontrak dan honor biasa.
Sementara itu Penjabat (Pj) Bupati Kapuas Hulu Marius Marcellus Tj SH, MM menyampaikan, Pemda telah mengusulkan agar guru yang sudah mengabdi 5 hingga 6 tahun masuk Kategori 1 (K-1) maupun Kategori 2 (K-2) untuk selanjutnya diusulkan pada pemerintah pusat supaya diangkat menjadi PNS. “Data-data terkait ini memang secara keseluruhan sudah ada yang diperbaiki. Kemarin kami sudah bahas masalah guru ini,” ujar Marcellus.
Menurut Pj Bupati, kekurangan guru di Kapuas Hulu juga dipengaruhi beberapa faktor, seperti penyebaran guru yang tidak merata dan belum adanya guru khusus pada bidang studi tertentu.
“Jangan sampai di sekolah tersebut anak muridnya belajar matematika, tapi yang mengajar guru biasa. Tentunya kualitas belajarnya juga berbeda,” ucap Marcellus.
Menurut Marcellus, masalah pendidikan di Kapuas Hulu tidak hanya terletak pada kekurangan guru, namun dari segi infrastruktur sarana-prasarana juga masih memperihatinkan. Bahkan masih ada bangunan sekolah di jaman dahulu yang belum tersentuh dengan perbaikan. Namun Marcellus yakin, dengan semangat dan tekad mengabdi pada negara, semua guru terus berjuang dan pemerintah akan berupaya memperbaiki duni pendidikan di daerah jadi lebih baik. “Saya berharap agar para guru dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik, meski dalam menjalankan tugas banyak tantangan, terutama masalah kesejahteraan,” tandasnya.
Laporan: Andreas
Editor: Arman Hairiadi