Gagal Umroh, 48 Warga Kalbar Telantar di Jakarta

ilustrasi. net

eQuator – Pontianak-RK. Gagal berangkat ke Mekah, 48 calon jemaah umroh asal Kalbar kecewa dan meminta pertanggungjawaban travel Kafilah Rindu Ka’bah.

Sukirman, calon jemaah umroh asal Mempawah yang saat ini masih berada di Jakarta dihubungi Rakyat Kalbar, Selasa (29/12) mengaku bersama calon jemaah lainnya dijanjikan berangkat pada 22 Desember lalu. Namun ketika sudah berada di Jakarta dan sampailah di hari keberangkatan, ternyata dibatalkan sepihak oleh pihak travel. Dia pun membatalkan keberangkatan untuk menunaikan ibadah haji kecil ini.

“Sampai saat ini pihak travel Kalifah Rindu Ka’bah belum memberikan informasi atau kepastian, kapan akan diberangkatkan,” kesal Sukirman.

Sukirman bersama jamaah lainnya dari Pontianak pada 21 Desember lalu berangkat ke Jakarta dan menginap di salah satu hotel tak jauh dari Bandara Soekarno Hatta. “Saat kami berada di hotel, diberitahu pimpinan travel, kalau kami batal berangkat dengan berbagai alasan dan harus menunggu beberapa hari kemudian,” jelasnya.

Salah satu alasan Ali Zaenal pemilik travel Kafilah Rindu Ka’bah, dia bekerjasama dengan maskapai penerbangan yang kebetulan ada pergantian direktur utama, sehingga jemaah umroh ini ditunda keberangkatannya. Karena diminta menunggu oleh pihak travel, maka rombongan memutuskan untuk menginap di hotel beberapa hari. Namun tidak ada kabar berita dari pihak travel, akhirnya rombongan memutuskan menginap di pondok pesantren wilayah Bogor.

“Pondok pesantren ini tidak ada hubungannya dengan gagalnya keberangkatan kami. Kami menginap di pondok pesantren karena ada kenalan di sana,” kata Sukirman.

Kemudian rombongan ini terpaksa berpindah tempat dari hotel ke Pondok Pesantren Shuffah Hizbullah dan Madrasah Al Fatah Jalan Pesantren Al Fatah Pasieangin, Kecamatan Cileungsi, Bogor, dikarenakan keterbatasan biaya.

“Jadi perjalanan dan penginapan ke Jakarta itu kami tanggung sendiri. Tiga hari kami di hotel dan diputuskan pindah menginap di pondok pesantren karena keterbatasan biaya,” ungkap Sukirman.

Sementara pembayaran biaya umroh ke travel Kafilah Rindu Ka’bah, masing-masing jemaah berbeda-beda. Kisarannya Rp12 juta hingga Rp18 juta. Dengan rasa kecewa, 48 jemaah umroh ini memutuskan kembali ke kampung halaman.

“Jadi kami semua memutuskan pulang kampung ke masing-masing daerah. Jemaah sendiri ada yang berasal dari Mempawah, Pontianak, Sambas, Sungai Pinyuh dan beberapa daerah lainnya,” katanya.

Pihak travel dicoba untuk dikonfirmasi via telepon, namun belum memberikan jawaban.

Terpisah, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Kalbar, H Syahrul Yadi mengatakan, umroh banyak dikelola masyarakat umum, sehingga ada travel yang letaknya di Jakarta, namun wilayah kerjanya di Kalimantan. Parahnya lagi, keberadaan travel itu tidak dilaporkan ke Kemenag.

“Ini yang terkadang susah. Ada travel yang letaknya bukan di wilayah kita tapi di Jakarta, namun tidak melapor ke kita,” ungkap Syahrul.

Ia menjelaskan, patut diingat, bahwa travel ini, selain niatnya untuk ibadah, juga bisnis. Sehingga masyarakat patut berhati-hati memilih travel yang menawarkan keberangkatan untuk melaksanakan ibadah umroh.

“Bukan menjelekkan travel, namun ada memang diketahui travel yang abal-abal, hanya mengejar keuntungan dan tidak jelas. Yang jelas, kalau biaya keberangkatannya terlalu murah, maka hati-hati. Hal yang seperti ini harus teliti,” tegas Syahrul.

Menurut Syahrul, apabila ada masyarakat yang ingin menggunakan jasa travel untuk melaksanakan ibadah umroh, alangkah baiknya berkoordinasi terlebih dahulu dengan Kemenag setempat. “Saat ini yang resmi di Kalbar ada empat travel yang direkomendasikan,” katanya.

Mengenai biaya berangkat umroh saat ini, menurut Syahrul, rata-rata Rp30 juta. Kalau di bawah itu, tentunya perlu dipertanyakan. “Saat ini kita juga dapat melihat untuk ongkos pesawat pergi pulang saja sudah berapa? Belum biaya lainnya dalam perjalanan. Kalau terlalu murah, tentunya patut dipertanyakan,” tegas Syahrul.

Laporan: Isfiansyah, Ocsya Ade CP

Editor: Hamka Saptono