eQuator.co.id – JAKARTA-RK. Berlatar belakang sebagai menteri bukan jaminan lolos pada pemilu legislatif (Pileg). Hanya dua di antara enam menteri yang maju caleg lolos ke Senayan. Empat menteri anggota kabinet Jokowi-Jusuf Kalla (JK) kandas, setelah tidak mendapatkan suara signifikan di dapil masing-masing.
Pada pemilu kali ini, ada enam menteri Jokowi-JK yang nyaleg lagi. Yakni, Puan Maharani (PDIP), Yasonna H Laoly (PDIP), Imam Nahrawi (PKB), Hanif Dhakiri (PKB), Eko Putro Sandjojo (PKB), dan Lukman Hakim Saifuddin (PPP). Dari enam nama tersebut, hanya Puan dan Yasonna yang lolos di dapil masing-masing. Selebihnya, empat menteri lain tidak mampu membendung suara lawannya.
Pada pemilu kali ini, Imam yang berstatus Menpora pindah dapil. Setelah menang di dapil Jatim I pada Pileg 2014, pada pemilu kali ini dia mencoba peruntungan di dapil DKI Jakarta 1. Salah satu dapil yang dihuni nama-nama tenar. Misalnya, Mardani Ali Sera (PKS), Eko Hendro Purnomo alias Eko Patrio (PAN), hingga Habiburrokhman (Gerindra).
Dampaknya, suara Imam turun drastis. Dari 80.283 suara pada Pileg 2014 menjadi 29.909 suara. PKB sebagai partai yang menaungi Imam, Hanif, dan Eko mau tidak mau harus menerima kekalahan para menterinya. Meski demikian, turunnya suara para menteri itu tidak membuat performa PKB ikut turun. Terbukti, PKB masih masuk lima besar dan menyegel satu kursi pimpinan DPR dengan status wakil ketua.
Wasekjen DPP PKB Daniel Johan mengatakan, ada beberapa faktor gagalnya tiga menteri PKB ke Senayan. Namun, kata dia, faktor utama adalah mereka sibuk bekerja sebagai menteri. Hal itu diakui sendiri oleh ketiga menteri. ”Informasi yang saya dapat dari beliau-beliau seperti itu. Banyak tugas menteri yang harus dilaksanakan,” terang dia.
Mereka tidak ingin proses pencalegan mengganggu tugas sebagai menteri. Jadi, kata dia, walaupun mencalonkan diri sebagai anggota DPR, mereka tetap bekerja seperti biasa. Pileg tidak boleh mengganggu tugas utama mereka. Para menteri dituntut bisa membagi waktu antara tugas negara dan politik.
Terkait dapil baru, kata Daniel, para menteri selalu diberi dapil baru. Imam Nahrawi, misalnya, yang sebelumnya di dapil Jatim I dipindah ke dapil DKI I. Hanif Dhakiri yang sebelumnya di Jawa Tengah dipindah ke Jawa Barat, yaitu dapil Jabar VI yang meliputi Kota Depok dan Bekasi. Jadi, dapil baru tidak menjadi alasan.
Soal elektabilitas Imam Nahrawi yang tinggi di dapilnya tetapi tetap tidak lolos Senayan, Daniel mengatakan tidak tahu pasti apa penyebabnya. Mungkinkah terkait kasus korupsi yang membelit Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora)? Daniel enggan mengomentari. Dia tidak tahu apakah persoalan tersebut yang mengakibatkan Imam tidak berhasil mendulang suara di dapilnya.
Tentu, kata dia, gagalnya tiga menteri itu akan menjadi bahan evaluasi di internal PKB. ”Akan kami evaluasi apa penyebabnya,” katanya. Namun, lanjut dia, secara nasional, perolehan kursi PKB di DPR RI naik. Jika pada Pemilu 2014 PKB hanya memperoleh 47 kursi, pada Pemilu 2019 partai yang diketuai Muhaimin Iskandar itu meraih 59 kursi. (Jawapos/JPG)